Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maulid: Mengurai Kerinduan pada Ahlakul Karimah dan Adab Bukan pada Karamah dan Nasab

18 September 2024   13:27 Diperbarui: 18 September 2024   13:28 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam adalah teladan sempurna bagi seluruh umat, yang memancarkan keindahan akhlak yang mampu mentransformasi kepada jiwa-jiwa manusia yang kosong, tersesat, labil dan lemah iman. Karena setiap tindakan dan ucapannya adalah cerminan kasih sayang, kesabaran, dan keadilan yang tak terhingga. Melalui sifat shiddiq (benar dan jujur), amanah (dapat dipercaya, fathonah (cerdas), dan tablig (menyampaikan), ahlak dan adab Beliau tiada tanding dan banding. Sehingga sulit bagi umat menemukan sosok hidup seperti Nabi Muhammad untuk menjadi panutan di tengah tsunami ahlak yang sedang terjadi.

Perkara kemuliaan ahlak pulalah yang kini cenderung meluntur hingga ke kalangan para tokoh agama, sebab lebih mengedepankan kisah-kisah karamah (keramat, penghormatan atau kemuliaan dari Allah Subhanahu Wa Taala) yang disisipkan ke dalam setiap dakwah atau berbagai acara dan program keagamaan untuk menarik perhatian umat ketimbang menunjukkan kisah-kisah tentang ahlakul karimah dan adab. 

Begitupun yang tampak dalam kehidupan sehari-hari para pemuka agama sekarang, terutama Islam, yang tersaji pada umat lewat media sosial bukanlah ahlak yang luhur dan adab yang sempurna melainkan condong pada perilaku pamer, kasar, berpolemik, termasuk di dalamnya menonjolkan perihal nasab daripada adab. 

Suatu perilaku yang tidak menguraikan kerinduan umat pada sosok Nabi Muhammad, yang membawa ahlakul karimah dan adab untuk menyempurnakan agama Allah, melainkan memunculkan pertanyaan, dugaan, pertentangan sampai superioritas atas pertalian kekeluargaan berdasarkan hubungan darah, baik ke atas, ke bawah, maupun ke samping, yang lagi-lagi tanpa melekatkan ahlakul karimah dan adab bersamanya. 

Padahal di zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, tradisi membanggakan (menyombongkan) nasab adalah salah satu sifat jahiliyah, dan Nabi Muhammad datang untuk menghapusnya. Meskipun tidak boleh membanggakan (menyombongkan) nasab, dalam konteks lain juga tidak boleh menutupi nasab. 

Namun yang pasti dan patut menjadi renungan seluruh umat Islam adalah firman Allah dalam ayat yang memiliki arti "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu"

Referensi


https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230410130121-569-935681/kisah-pengemis-buta-yang-menghina-nabi-muhammad

https://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad  

https://kalam.sindonews.com/berita/1403444/70/kisah-seorang-arab-badui-bertanya-tentang-akhlak-rasulullah      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun