Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maulid: Mengurai Kerinduan pada Ahlakul Karimah dan Adab Bukan pada Karamah dan Nasab

18 September 2024   13:27 Diperbarui: 18 September 2024   13:28 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sederet nama-nama pendakwah bahkan berulang kali dilaporkan ke meja hijau dan untuk kasus-kasus tertentu menerima dakwaan dan berakhir di dalam sel tahanan. 

Suatu peristiwa hukum yang tentu saja kian menambah portofolio yang buruk bagi para pemuka agama Islam itu sendiri di tengah maraknya Islamofobia. Dan logisnya, stigma Islamofobia justru lahir atau muncul dari perilaku baik ucapan maupun perbuatan yang bertentangan dengan kemuliaan ahlak yang dibawa oleh Nabi Muhammad. 

Sebab bila merujuk pada Hadist yang berbunyi إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَکَارِمَ الْاَخْلَاق‏ "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia", berarti bahwa seluruh masalah sosial, budaya dan agama, serta hadirnya kedamaian, kenyamanan dan keamanan pada masa itu, solusi atau pemecahannya mengacu pada ahlak mulia yang dibawa oleh Nabi Mumammad. 

Kisah Ahlakul Karimah dan Adab Nabi Muhammad

Di antara ribuan kisah ahlakul karimah dan adab Nabi Muhammad, ada tiga kisah yang patut diteladani dan seringkali dikisahkan dari generasi ke generasi melalui beragam acara, dakwah, pengajaran dan diceritakan kembali di berbagai media baik berupa teks, gambar, audio-video. Dua kisah ini mendeskripsikan bahwa pada ujungnya ahlak mulia, budi luhur dan adab menunjukkan bagaimana pada dirinya melekat problem solving. 

Kisah pertama, tentang Nabi Muhammad yang setiap hari dicaci, dihina dan dilempari kotoran unta pada suatu jalan yang dilewatinya ketika pergi ke mesjid untuk beribadah. 

Jangankan membalas perbuatan orang itu, saat suatu hari Nabi Muhammad tahu bahwa orang yang melemparinya dengan kotoran unta tidak melakukan kebiasaan buruknya karena sakit, Nabi Muhammad malah menjenguknya. 

Kisah kedua, ada seorang pengemis Yahudi buta di pasar Madinah Al Munawarah yang selalu meminta-minta. Tetapi setiap kali mengemis, ia selalu mengatakan hal-hal buruk tentang sosok Nabi Muhammad. Ia kerap berakata,  "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, tukang sihir, apabila kalian mendekatinya akan dipengaruhinya."

Namun Nabi Muhammad yang mengetahui perbuatan si pengemis sama sekali tidak merasa sakit hati atau marah. Beliau justru memberi makanan dan menyuapi sang pengemis dengan penuh kasih sayang. Kebiasaan tersebut terus berlanjut setiap hari, bahkan si pengemis itu tak tahu bahwa yang menyuapinya makan adalah Nabi Muhammad yang ia benci. 

Hingga suatu hari Rasulullah wafat. Kemudian melalui Aisyah RA berpesan pada Abu Bakar tentang kebiasaan Nabi Muhammad yang selalu memberi pengemis makan. Abu Bakar segera datang menemui pengemis di pasar sambil membawa makanan. Ketika diberi makanan oleh Abu Bakar, pengemis itu menolak karena ia tahu bahwa orang yang memberinya makanan kali ini bukanlah seperti orang yang biasanya.

Ia menolak makanan dari Abu Bakar sebab orang yang biasa mendatanginya selalu menyuapi, dan terlebih dahulu menghaluskan makanan sebelum menyuapinya. Mendengar informasi itu, Abu Bakar hanya bisa menangis karena ia tahu betapa mulianya Nabi Muhammad kepada semua orang, sekalipun pada orang yang telah menghinanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun