Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Generasi Topping: Cara Kelas Menengah Terbebas dari Himpitan Ekonomi

6 Maret 2024   07:45 Diperbarui: 6 Maret 2024   08:57 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Forbes/kompas.com

Sementara pada praktiknya, nilai-nilai ekonomi yang bisa diraih oleh generasi topping terbilang tidak sulit untuk dilakukan. Sebab sudah banyak contoh nyata yang terbukti berhasil menaikkan kelasnya bahkan hingga mampu meraih kekayaan bombastis. 

Di era generasi topping setiap orang punya kesempatan untuk berada di puncak, yang diperlukan hanya membuat konten secara konsisten yang lalu ditempatkan di berbagai platform digital atau flatform media sosial.

Konten-konten yang ditempatkan akan memberikan identifikasi profesi pembuatnya sebagai konten kreator hingga mampu membentuk dirinya ke profesi lain seperti blogger, vlogger, youtuber, influencer, story teller, podcaster, streamer, gamer, pedagang online shop atau profesi digital lainnya. 

Memang untuk meraih posisi puncak sampai bisa mendapatkan nilai-nilai ekonomisnya tidak sesederhana apa yang tampak. Tapi setidaknya, dengan menjadi bagian dari generasi topping, kesempatan kelas menengah untuk membebaskan diri dari himpitan ekonomi tidak saja jauh lebih besar, melainkan juga berpeluang menjadi kaya. 

Cara-cara yang sangat mungkin dilakukan untuk terbebas dari himpitan ekonomi dan mendapatkan kekayaan bila kelas menengah menjadi bagian dari generasi topping yang aktif adalah dengan membuat konten-konten kreatif, inovatif, menarik apalagi bila mengandung unsur edukasi atau kemanfaatan. 

Baik konten berupa teks atau tulisan, suara atau audio, gambar atau visual, video atau audio-visual, dan gabungan semua bentuk itu, yang kemudian diposting atau ditempatkan di platform digital atau media sosial. 

Produksi konten-kontennya lalu dibagikan untuk mendapatkan atensi publik, yang dengan atensi tersebut akan membentuk enggagement dan algoritma positif yang bisa menghadirkan suatu fase viral, trending, headline, fyp atau yang setara dan ujungnya meraih sukseskadabra atau puncak. 

Di akhir pencapaian itulah popularitas terbentuk dan menyerupa ke berbagai sebutan semisal microcelebrity; selebgram, seleb tiktok, seleb X, influencer atau lainnya. 

Berikutnya, nilai-nilai ekonomis akan segera berdatangan dengan sendirinya. Diundang oleh banyak media sebagai tamu podcast atau talk show, tawaran kolaborasi, bintang iklan, endorsemen, produk apapun yang dijual akan cenderung meledak di pasaran atau nilai-nilai ekonomis lainnya. 

Tetapi untuk menggapai itu, selain diperlukan kemauan dan konsistensi dalam memproduksi konten, diperlukan juga ciri khas atau karakter khusus pembentuk branding, yang dengannya atensi publik, enggagement, algoritma positif hadir dan menciptakan fase viral, trending, headline, fyp atau yang setara. Kemudian boom atau sukseskadabra tiba. Himpitan ekonomi terbebas, pundi-pundi kekayaan terbentang di depan mata. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun