Salah satu contoh, ketika kampanye caleg langsung  terjun ke lapangan, sudahlah menebarkan APK melanggar peraturan dan tanpa ada sosialisasi visi misi kecuali hanya menarasikan janji dan beberapa di antaranya menyebar vote buying, yang berarti juga pelanggaran dan kecurangan, nilai materi vote buying yang diberikan nyatanya sistem cicil dan sejumlah kecilnya cenderung melecehkan.
Ujungnya, demokrasi adalah ujian bagi semua pelakunya. Di tingkat bawah, masyarakat atau konstituen diuji oleh "ketidakkuasaan mengingat keluarga". Sedangkan para kandidat dan penguasa diuji oleh ambisi dan adiksi kuasa yang dalam bahasa Prof. Ikrar Nusa Bhakti sebagai "Kuasa Memanggul Lupa".
Sementara bagi mereka yang lolos dari ujian demokrasi, baik dari kalangan bawah, menengah maupun atas adalah mereka (manusia) yang telah selesai dengan dirinya. Mereka yang telah selesai dengan dirinya adalah mereka yang sudah mampu berdamai dengan dirinya dan tidak lagi mengejar kepentingan diri, ambisi dan egonya.Â
Namun dalam konteks ini, yang perlu ditambahkan adalah mereka yang telah selesai dengan dirinya, juga harus mampu mengarahkan, membina dan membimbing keluarganya (istri dan anak-anak) menjadi manusia yang identik dengan dirinya. Bukankah meledaknya narasi mahkamah keluarga atau dinasti politik sehingga muncul "kuasa memanggul lupa", isunya bermula dari ranah keluarga? Â Â Â Â Â Â
Â
Referensi
Aliansi Jurnalis Independen. (2024, 16 Januari). Pernyataan Kongres I Penyintas Rezim Presiden Jokowi. Diakses pada 25 Januari 2024, dari https://aji.or.id/read/press-release/1681/pernyataan-kongres-i-penyintas-rezim-presiden-jokowi.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H