Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjaga Wudu adalah Caraku Melestarikan Keberlanjutan Bumi

17 Januari 2024   12:25 Diperbarui: 17 Januari 2024   12:27 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://twitter.com/wwf_id/status/753167271950901250 (@WWF_ID/Yayasan WWF Indonesia/@rezafeto)

Wudu berasal dari kata yang mengandung makna kebaikan, keindahan dan kebersihan. Wudu adalah menyucikan diri (sebelum salat) dengan membasuh muka, tangan, kepala dan kaki. Sebuah tata cara sebagai syarat wajib salat dengan menggunakan material air.

Air, terutama air bersih merupakan sumber vital kehidupan. Salah satu sumber daya yang terbatas dan diprediksi akan menjadi langka di masa mendatang. Di beberapa wilayah dan negara, krisis air bersih terbukti sudah terjadi. Tapi apa korelasi ketersediaan air bersih dengan menjaga wudu dan melestarikan keberlanjutan bumi?

Seperti diketahui, wudu dan salat lima waktu dalam literatur agama Islam merupakan ibadah wajib yang tak bisa terpisahkan. Dalam sehari semalam salat wajib yang dilaksanakan adalah lima waktu, yang berarti sama dengan lima kali berwudu.

Sebuah penelitian tentang durasi waktu berwudu dan penggunaan volume air wudu yang terindeks dalam sebuah jurnal Universitas Muhammadiyah Palembang Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik menunjukkan bahwa waktu berwudu rata-rata 64.2 detik dengan volume penggunaan air sebesar 4.42 liter pada tiap kran dengan kecepatan air 0.070 liter per detik.

Hasil penelitian tersebut juga menemukan bahwa volume air yang dikonsumsi untuk air wudu ternyata 7,36 kali lipat dari konsumsi penggunaan air wudu yang dianjurkan (disunahkan) oleh Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasallam, yang hanya setara dengan 0.6 liter untuk sekali wudu.

Sementara menjaga wudu adalah upaya memperbaharui wudu apabila dirasa berhadas atau batal. Diproses ini menjaga wudu dipahami sebagai usaha untuk menjaga semangat beribadah atau istiqomah dalam beribadah. Yakni semangat melaksanakan ibadah secara menerus atau berkelanjutan yang sesuai dengan cara Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam atau cara Islami.

Menjaga wudu boleh juga disebut sebagai upaya melestarikan wudu dengan menjaganya dari batal atau penyebab batal wudu dalam konteks keberhematan pengunaan air bersih, yang juga diajarkan oleh Nabi Mumahammad Sholallahu Alaihi Wassalam.  

Meskipun begitu, selain untuk kebutuhan ibadah, volume kebutuhan penggunaan air bersih juga disumbang oleh aktivitas lain semisal makan, minum, mandi, cuci dan kakus.

Hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Departemen PU tahun 2006 menunjukkan pemakaian air rata-rata rumah tangga di perkotaan di Indonesia sebesar 144 liter perhari untuk setiap orang. Pemakaian terbesar adalah untuk keperluan mandi sebesar 60 liter perhari perorang atau 45 persen dari total pemakaian air.

Pemakaian tersebut antara lain untuk minum dan masak, cuci pakaian, mandi, bersih rumah serta keperluan ibadah. Masih berdasarkan survei yang sama, kebutuhan pokok minimal air di Indonesia yaitu 70 liter/orang/hari.

Artinya, untuk kebutuhan wudu (ibadah) apabila dilakukan sesuai sunah nabi yang hanya menggunakan 0.6 liter dikali lima waktu perhari, maka hanya diperlukan 3 liter/orang/hari untuk keperluan ibadah. Hal tersebut berarti, kebutuhan air wudu hanya sekira 4.3 persen dari total kebutuhan pokok minimal air 70 liter/orang/hari.

Tetapi untuk mendapatkan minimal penggunaan kebutuhan wudu (ibadah) 4.3 persen dari total minimal kebutuhan pokok air bersih sebesar 70 liter, diperlukan upaya penanaman kesadaran dalam hal membiasakan berwudu dengan cara Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam berwudu.  

Dengan demikian, menjaga wudu merupakan upaya menanamkan kesadaran untuk mengubah kebiasaan berlebih-lebihan atau boros, yang mengarahkan pada dua kemanfaatan yang dapat memberikan kontribusi dalam melestarikan keberlanjutan bumi.

Pertama semangat melakukan penghematan energi melalui praktik langsung dalam  penggunaan air wudu dan kedua semangat ibadah yang menerus atau berkelanjutan (semangat menanamkan kebiasaan baik), yang sesuai dengan cara Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam atau cara Islami.

Semangat menghemat energi yang menjadi bagian dari pemanfaatan energi berkelanjutan adalah dengan mengikuti cara berwudu Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam yang menggunakan 0.6 liter air dibanding 4.42 liter menggunakan ukuran volume air berdasar hasil penelitian untuk sekali berwudu.

Semangat itu lalu bisa berlanjut dengan menampung penggunaan air bekas wudu yang dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman, irigasi perkebunan, kebutuhan kebersihan hewan peliharaan, cuci kendaraan atau dijadikan sarana pelestarian lingkungan lainnya dari limbah air wudu.  

Sedang semangat berikutnya merupakan semangat untuk belajar membiasakan diri untuk melaksanakan ibadah-ibadah (kebiasaan baik) menerus atau berkelanjutan secara menyeluruh (kaffah) dan sesuai dengan cara Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam atau Islami. Di titik ini yang diharapkan atau lebih tepat dituntut adalah semangat istiqomah dalam beribadah.

Ibadah sendiri dapat diartikan sebagai perkataan dan perbuatan, baik yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir) dengan berharap dicintai atau dirhidoi Allah Subahanahu Wa Ta'ala.

Sehingga istiqomah dalam beribadah yang dimaksud merupakan upaya membiasakan diri untuk selalu menjaga perbuatan baik di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala secara konsisten dan tidak berubah. Hal tersebut sejalan dengan teori Atomic Habits dari James Clear tentang perubahan kecil yang memberikan hasil luar biasa.

Istiqomah dalam beribadah bahkan mempunyai nilai lebih dari sisi spiritual ketimbang teori atomic habits. Pertanyaannya, apa yang bisa dilakukan oleh sikap istiqomah dalam beribadah terhadap kelestarian keberlanjutan bumi?

Agama Islam ternyata menginginkan manusia untuk menjaga lingkungan dan melestarikan bumi. Pesan tersebut di antaranya terdapat dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 30 tentang Khalifah penjaga bumi, Surat Al Araf ayat 56 tentang larangan membuat kerusakan di muka bumi, dan Surat Al Isra ayat 26 tentang larangan untuk berlebih-lebihan atau boros.

Nilai-nilai pelestarian bumi yang termuat dalam ayat-ayat Al Qur'an kemudian diterjemahkan oleh Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam lewat keteladanan atau contoh nyata dalam segenap aktivitas ibadah atau kehidupan sehari-hari.

Beberapa aksi nyata yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam dalam rangka menjaga lingkungan dan melestarikan bumi menjadi representasi dari "menjaga wudu adalah caraku melestarikan keberlanjutan bumi", antara lain:

  • Melakukan penghematan air, salah satu aksi nyata yang konsisten adalah penggunaan air untuk wudu yang hanya satu mud atau sekira 600 ml/0.6 liter.
  • Tidak berlebih-lebihan dalam mengonsumsi makanan, ditunjukkan dengan konsep mengisi sepertiga perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan seperti untuk bernapas. Konsep ini selain membentuk pola makan yang sehat, juga bisa menjadi salah satu cara dalam mengendalikan kelebihan makanan dan terbuang, yang berarti ikut menjaga lingkungan dari limbah domestik.
  • Memperbaiki barang yang masih layak pakai seperti menjahit pakaian dan memperbaiki sendal. Ini berarti mencontohkan konsep sustainable. 
  • Menerapkan gaya hidup minimalis, beliau tidak membeli barang-barang kecuali karena kebutuhan. Salah satunya adalah alas tidur yang beliau gunakan terbuat dari dedaunan atau kulit berisi sabut, yang akan meninggalkan bekas di kulit jika tidur di atasnya.

Representasi lain dari "menjaga wudu adalah caraku melestarikan keberlanjutan bumi" dapat ditelusuri melalui berbagai literatur sirah nabawiyah dan dengan menggali ayat-ayat dalam Al Quran yang memaparkan tentang bagaimana cara melestarikan keberlanjutan bumi.

Maka menjaga wudu adalah caraku melestarikan keberlanjutan bumi merupakan konsep yang dapat ditempuh, terutama oleh setiap umat Islam dalam konteks benar-benar menjaga wudu untuk menerapkan dua kemanfaatannya.

Yaitu menerapkan konsep meneladani perilaku kehidupan Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam dan berpedoman pada ayat-ayat dalam Al Quran sebagai upaya nyata untuk melestarikan keberlanjutan bumi melalui sikap istiqomah dalam beribadah atau membiasakan diri berbuat kebaikan secara konsisten dan tidak berubah dalam upaya ikut menjaga dan melestarikan keberlanjutan bumi.

Referensi

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2007, 6 Maret). Pemakaian Air Rumah Tangga Perkotaan 144 Liter Perhari. Diakses pada 17 Januari 2024, dari https://pu.go.id/berita/pemakaian-air-rumah-tangga-perkotaan-144-liter-perhari.

Mafra, Ramadisu., Kurnia., Ardabili., Ferdiansyah., Handaka., Irawan. (Desember, 2018). Pengukuran Durasi Waktu Berwudhu dan Volume Penggunaan Air pada Masjid-masjid di Kota Palembang. Jurnal Arsir, 2 (2), 71-79.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun