Artinya, untuk kebutuhan wudu (ibadah) apabila dilakukan sesuai sunah nabi yang hanya menggunakan 0.6 liter dikali lima waktu perhari, maka hanya diperlukan 3 liter/orang/hari untuk keperluan ibadah. Hal tersebut berarti, kebutuhan air wudu hanya sekira 4.3 persen dari total kebutuhan pokok minimal air 70 liter/orang/hari.
Tetapi untuk mendapatkan minimal penggunaan kebutuhan wudu (ibadah) 4.3 persen dari total minimal kebutuhan pokok air bersih sebesar 70 liter, diperlukan upaya penanaman kesadaran dalam hal membiasakan berwudu dengan cara Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam berwudu. Â
Dengan demikian, menjaga wudu merupakan upaya menanamkan kesadaran untuk mengubah kebiasaan berlebih-lebihan atau boros, yang mengarahkan pada dua kemanfaatan yang dapat memberikan kontribusi dalam melestarikan keberlanjutan bumi.
Pertama semangat melakukan penghematan energi melalui praktik langsung dalam  penggunaan air wudu dan kedua semangat ibadah yang menerus atau berkelanjutan (semangat menanamkan kebiasaan baik), yang sesuai dengan cara Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam atau cara Islami.
Semangat menghemat energi yang menjadi bagian dari pemanfaatan energi berkelanjutan adalah dengan mengikuti cara berwudu Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam yang menggunakan 0.6 liter air dibanding 4.42 liter menggunakan ukuran volume air berdasar hasil penelitian untuk sekali berwudu.
Semangat itu lalu bisa berlanjut dengan menampung penggunaan air bekas wudu yang dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman, irigasi perkebunan, kebutuhan kebersihan hewan peliharaan, cuci kendaraan atau dijadikan sarana pelestarian lingkungan lainnya dari limbah air wudu. Â
Sedang semangat berikutnya merupakan semangat untuk belajar membiasakan diri untuk melaksanakan ibadah-ibadah (kebiasaan baik) menerus atau berkelanjutan secara menyeluruh (kaffah) dan sesuai dengan cara Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam atau Islami. Di titik ini yang diharapkan atau lebih tepat dituntut adalah semangat istiqomah dalam beribadah.
Ibadah sendiri dapat diartikan sebagai perkataan dan perbuatan, baik yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir) dengan berharap dicintai atau dirhidoi Allah Subahanahu Wa Ta'ala.
Sehingga istiqomah dalam beribadah yang dimaksud merupakan upaya membiasakan diri untuk selalu menjaga perbuatan baik di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala secara konsisten dan tidak berubah. Hal tersebut sejalan dengan teori Atomic Habits dari James Clear tentang perubahan kecil yang memberikan hasil luar biasa.
Istiqomah dalam beribadah bahkan mempunyai nilai lebih dari sisi spiritual ketimbang teori atomic habits. Pertanyaannya, apa yang bisa dilakukan oleh sikap istiqomah dalam beribadah terhadap kelestarian keberlanjutan bumi?
Agama Islam ternyata menginginkan manusia untuk menjaga lingkungan dan melestarikan bumi. Pesan tersebut di antaranya terdapat dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 30 tentang Khalifah penjaga bumi, Surat Al Araf ayat 56 tentang larangan membuat kerusakan di muka bumi, dan Surat Al Isra ayat 26 tentang larangan untuk berlebih-lebihan atau boros.