Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Keabnormalan Baru Demokrasi Indonesia

5 Januari 2024   07:37 Diperbarui: 5 Januari 2024   07:39 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bahasa seorang ekonom ternama, yang geram dengan indikasi upaya Jokowi memuluskan jalan politik bagi putranya, menyebut dalam media sosial X-nya sebagai lebih brutal dan vulgar dari Orba hingga mengatakan bahwa nasib rakyat dan bangsa dipermainkan (dipertaruhkan) dengan (pada) anak-anak bawang tidak berkualitas, KKN pula.

Seorang  jurnalis senior yang dikenal vokal di televisi sekaligus caleg yang diusung oleh partai Perindo dan jubir TPN Ganjar Mahfud, Aiman Witjaksono ketika melayat ke rumah duka setelah beredarnya berita duka bahwa Rizal Ramli meninggal dunia--- menilai sosok ekonom ternama tersebut sebagai sosok yang kritis dan berani berkata benar.

Aiman selanjutnya menuturkan, "Almarhum Rizal Ramli saya kenal lebih dari 10 tahun lalu ya, saya cukup dekat sering diskusi dengan beliau, beliau adalah sosok yang kritis, sosok yang tak pernah terbeli dengan apapun". 

Seperti diketahui, melalui beragam program acara diskusi, debat dan berita di berbagai media, selama ini sosok Rizal Ramli dikenal tak henti melakukan kritik pedas terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan praktik-praktik KKN. Bahkan sudah mulai dilakukan pada masa orde baru sampai masa kenormalan baru  demokrasi alias reformasi.

Kritik-kritik pedasnya pun tetap beliau ungkapkan meski posisi dirinya sedang berada dalam lingkaran kekuasaan. Oleh karena itu sosok Rizal Ramli disebut sebagai "Sang Penerobos atau Rajawali Ngepret"   

Di masa-masa akhir orde baru, demokrasi Indonesia pernah mengalami kemelut, gejolak, krisis hingga terjadi peristiwa yang meruntuhkan kedigdayaannya dengan awalan tragedi 13 Mei 1998. Sebuah tragedi yang terjadi akibat krisis ekonomi dan terutama ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa dan pelaksanaan demokrasi yang dinilai telah keluar jauh dari koridor idealisme.

Adiksi kuasa yang sudah berjalan 32 tahun memenuhi ambisi penguasa orde baru akhirnya tumbang oleh kemuakkan rakyat melalui demonstrasi besar-besaran yang dimotori oleh kekuatan intelektual mahasiswa. Ketagihan akan kuasa oleh penguasa dan kroni-kroni orde baru kala itu adalah ketidaknormalan demokrasi yang sudah saatnya dibuat kenormalan baru demokrasi melalui tuntutan reformasi.     

Sebuah konsep di masa pandemi Covid-19 yang kemudian memiliki kepantasan untuk diadopsi ketika sekarang terjadi dalam konteks sebaliknya dalam kehidupan demokrasi bangsa Indonesia di tengah keberlangsungan pelaksanaan pemilu yang dalam bahasa Rizal Ramli dikatakan lebih brutal dan vulgar dari orde baru.

Yaitu adopsi adaptasi kehidupan demokrasi yang terjadi sebagai akibat dari kenormalan baru demokrasi (reformasi) yang kembali menunjukkan anomalinya sehingga memunculkan secara alami adaptasi keabnormalan baru demokrasi, yang mau tidak mau melahirkan respon antipati dari sebagian besar para pelaku politik terhadap anomali ketidaknormalan baru demokrasi tersebut.  

Keabnormalan baru demokrasi berarti ketidaknormalan baru demokrasi yang dinilai oleh sebagian besar orang, telah dilaksanakan dengan tidak menggunakan standar demokrasi sehingga respon penolakan yang timbul secara alami dan serentak terhadap dinamika politik yang berkembang menjadi suatu sistem pertahanan terhadap virus demokrasi yang sudah teridentifikasi.          

Benar bahwa demokrasi bukan sistem terbaik dan memiliki kecenderungan filosofi falibilisme, yang menyatakan bahwa demokrasi juga bisa salah atau keliru, tetapi tentunya tidak merujuk pada kesalahan atau kekeliruan dengan indikasi perencanaan yang sistematis dengan menabrak etika, moral, nilai atau norma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun