Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Keabnormalan Baru Demokrasi Indonesia

5 Januari 2024   07:37 Diperbarui: 5 Januari 2024   07:39 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (KOMPAS) nasional.kompas.com

Banyak negara mulai mengimplementasikan adaptasi kebiasaan baru atau new normal di masa pandemi Covid-19 yang mewabah sejak akhir tahun 2019. Dua bulan sejak kasus pertama positif virus corona ditemukan di Depok, Presiden Jokowi mulai menggaungkan penerapan konsep new normal di Indonesia.

Secara sederhana new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal dengan menerapkan pola kehidupan baru. Sebagai konsep, new normal merupakan kebijakan membuka kembali aktivitas ekonomi, sosial dan kegiatan publik secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan.

Dimulai dengan permintaan Presiden Jokowi kepada masyarakat Indonesia untuk bisa berdamai dan hidup berdampingan dengan virus corona, dan berkata di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis (7/5/2020), "Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan".

Istilah berdamai dan berdampingan lalu dipertegas oleh Presiden Jokowi melalui akun twitternya (sekarang X) @Jokowi dengan mencuitkan, hidup berdampingan harus dilakukan karena virus ini tak akan segera menghilang dan tetap ada di tengah masyarakat. Berdampingan menurut Jokowi, bukan berarti masyarakat harus menyerah. "Tapi menyesuaikan diri", cuitnya lagi.  

Penyesuaian diri yang dimaksud pada akhirnya merupakan kenormalan baru yang harus diterapkan oleh masyarakat sembari menanti hadirnya vaksin virus corona.

Selanjutnya sesudah vaksin ditemukan, penerapan adaptasi kenormalan baru yang tetap dilakukan secara konsisten, perlahan namun pasti menuai hasil, masa-masa kelam akibat pandemi Covid-19 beranjak pergi. Kehidupan perekonomian kembali bergeliat normal. Masyarakat mulai meninggalkan virus corona tetapi tentu saja tidak bisa melupakannya.       

Ingatan akan virus corona kembali lagi ketika jenis virusnya terus bermutasi ke beragam bentuk varian baru dan lagi-lagi tak henti menyebar ke berbagai negara di dunia. Hanya setidaknya sekarang, walaupun sedekat itu dengan penyebaran yang berulang, sebagian besar orang telah melakukan vaksin dan sedikit lainnya masih menerapkan konsep new normal atau adaptasi kenormalan baru. Sehingga serangan virus corona jenis varian baru masih dapat diantisipasi. 

Masa-masa penerapan konsep new normal sudah dilewati oleh bangsa Indonesia. Berikutnya, selepas pandemi Covid-19 masyarakat dipertemukan dengan pesta demokrasi 2024 yang prosesnya telah berjalan sejak pertengahan tahun 2022.

Namun di bulan Oktober 2023 ketika proses pesta demokrasi semakin mendekati hari pelaksanaan dan memasuki tahap pencalonan presiden dan wakil presiden, aktivitas demokrasi dikejutkan oleh sebuah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dengan hasil putusan yang mengguncang demokrasi dan dunia politik Indonesia, serta memunculkan beraneka reaksi dari berbagai kalangan terhadap putusan MK tersebut.

Antara lain ada yang menyebut Putusan MK sebagai putusan ganda, putusan aneh, putusan penuh sandiwara, cawe-cawe politik, jungkir balik politik, akrobatik politik hingga narasi Mahkamah Konstitusi ke Mahkamah Keluarga yang ujungnya menimbulkan narasi politik dinasti atau dinasti politik.  

Dalam bahasa seorang ekonom ternama, yang geram dengan indikasi upaya Jokowi memuluskan jalan politik bagi putranya, menyebut dalam media sosial X-nya sebagai lebih brutal dan vulgar dari Orba hingga mengatakan bahwa nasib rakyat dan bangsa dipermainkan (dipertaruhkan) dengan (pada) anak-anak bawang tidak berkualitas, KKN pula.

Seorang  jurnalis senior yang dikenal vokal di televisi sekaligus caleg yang diusung oleh partai Perindo dan jubir TPN Ganjar Mahfud, Aiman Witjaksono ketika melayat ke rumah duka setelah beredarnya berita duka bahwa Rizal Ramli meninggal dunia--- menilai sosok ekonom ternama tersebut sebagai sosok yang kritis dan berani berkata benar.

Aiman selanjutnya menuturkan, "Almarhum Rizal Ramli saya kenal lebih dari 10 tahun lalu ya, saya cukup dekat sering diskusi dengan beliau, beliau adalah sosok yang kritis, sosok yang tak pernah terbeli dengan apapun". 

Seperti diketahui, melalui beragam program acara diskusi, debat dan berita di berbagai media, selama ini sosok Rizal Ramli dikenal tak henti melakukan kritik pedas terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan praktik-praktik KKN. Bahkan sudah mulai dilakukan pada masa orde baru sampai masa kenormalan baru  demokrasi alias reformasi.

Kritik-kritik pedasnya pun tetap beliau ungkapkan meski posisi dirinya sedang berada dalam lingkaran kekuasaan. Oleh karena itu sosok Rizal Ramli disebut sebagai "Sang Penerobos atau Rajawali Ngepret"   

Di masa-masa akhir orde baru, demokrasi Indonesia pernah mengalami kemelut, gejolak, krisis hingga terjadi peristiwa yang meruntuhkan kedigdayaannya dengan awalan tragedi 13 Mei 1998. Sebuah tragedi yang terjadi akibat krisis ekonomi dan terutama ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa dan pelaksanaan demokrasi yang dinilai telah keluar jauh dari koridor idealisme.

Adiksi kuasa yang sudah berjalan 32 tahun memenuhi ambisi penguasa orde baru akhirnya tumbang oleh kemuakkan rakyat melalui demonstrasi besar-besaran yang dimotori oleh kekuatan intelektual mahasiswa. Ketagihan akan kuasa oleh penguasa dan kroni-kroni orde baru kala itu adalah ketidaknormalan demokrasi yang sudah saatnya dibuat kenormalan baru demokrasi melalui tuntutan reformasi.     

Sebuah konsep di masa pandemi Covid-19 yang kemudian memiliki kepantasan untuk diadopsi ketika sekarang terjadi dalam konteks sebaliknya dalam kehidupan demokrasi bangsa Indonesia di tengah keberlangsungan pelaksanaan pemilu yang dalam bahasa Rizal Ramli dikatakan lebih brutal dan vulgar dari orde baru.

Yaitu adopsi adaptasi kehidupan demokrasi yang terjadi sebagai akibat dari kenormalan baru demokrasi (reformasi) yang kembali menunjukkan anomalinya sehingga memunculkan secara alami adaptasi keabnormalan baru demokrasi, yang mau tidak mau melahirkan respon antipati dari sebagian besar para pelaku politik terhadap anomali ketidaknormalan baru demokrasi tersebut.  

Keabnormalan baru demokrasi berarti ketidaknormalan baru demokrasi yang dinilai oleh sebagian besar orang, telah dilaksanakan dengan tidak menggunakan standar demokrasi sehingga respon penolakan yang timbul secara alami dan serentak terhadap dinamika politik yang berkembang menjadi suatu sistem pertahanan terhadap virus demokrasi yang sudah teridentifikasi.          

Benar bahwa demokrasi bukan sistem terbaik dan memiliki kecenderungan filosofi falibilisme, yang menyatakan bahwa demokrasi juga bisa salah atau keliru, tetapi tentunya tidak merujuk pada kesalahan atau kekeliruan dengan indikasi perencanaan yang sistematis dengan menabrak etika, moral, nilai atau norma.

Sehingga wajar apabila muncul gelombang penolakan secara serentak dengan masing-masing reaksi kecewa, marah, kesal, muak dan segenap respon antipati lainnya. Maka seperti apa yang dicuitkan PresidenJokowi ketika pandemi Covid-19 agar masyarakat bisa hidup berdamai dan berdampingan sambil menunggu ditemukannya vaksin yang efektif, begitu pulalah adaptasi keabnormalan baru demokrasi, masyarakat harus mulai terbiasa berdamai dan berdampingan dengan anomali ketidaknormalan baru demokrasi sampai ditemukannya vaksin demokrasi yang ampuh untuk menetralisasi.

Bagi masyarakat yang meyakini anomali ketidaknormalan baru demokrasi atau keabnormalan baru demokrasi sebagai jenis virus demokrasi yang bisa menjangkiti tubuh demokrasi dan merusaknya secara perlahan, menciptakan vaksin demokrasi sambil menanti hasil pesta demokrasi adalah suatu keniscayaan.

Referensi  

https://bekasi.tribunnews.com/2024/01/03/rizal-ramli-meninggal-dunia-aiman-witjaksono-sebut-indonesia-kehilangan-sosok-kritis

https://indonesia.go.id/ragam/komoditas/ekonomi/mengenal-konsep-new-normal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun