Pakaian bukan ukuran ketaatan. Saya sepakat. Keimanan seseorang tidak dinilai dari caranya berpakaian. Saya setuju. Pakaian tertutup juga tidak mutlak membuat perempuan aman dari tindak kejahatan. Saya sependapat.Â
Begitu pula penggunaan helm, bukan ukuran kepatuhan pengendara motor. Keselamatan pengendara motor juga tidak bisa seutuhnya ditentukan oleh pemakaian helm. Tetapi mengapa seorang perempuan muslim yang memutuskan melepas hijabnya setelah sekian lama atau baru beberapa waktu, menjadi isu sensitif ketimbang pengendara motor yang tidak memakai helm? Â
Ada dua kesamaan prinsip antara helm kensel dan hijab kensel; Pertama, keduanya akan bersinggungan dengan konsekuensi atas pelanggaran aturan. Kedua, keduanya berpotensi menggugurkan unsur keamanan atau keselamatan. Catatan pentingnya, penggunaan helm diatur oleh negara dalam Undang-Undang tentang lalu lintas. Hijab diarahkan oleh kitab suci agama Islam yang didukung oleh sunah nabi dalam aturan pengunaannya. Â Â Â
Seperti diketahui, pengunaan helm yang telah diatur oleh Undang-Undang salah satu tujuannya adalah untuk melindungi (keamanan) bagian kepala. Begitu pun hijab yang terdapat dalam kitab suci, dengan penafsiran yang diarahkan kepada cara berpakaian bagi perempuan muslim dalam menutupi tubuhnya, bertujuan untuk melindungi dan menjaga kehormatan. Â Â
Namun ada perbedaan respon masyarakat terhadap helm kensel dan hijab kensel. Perbedaan tersebut terjadi akibat adanya kecenderungan keterlibatan emosional yang jauh lebih mendalam pada fenomena hijab kensel, yang timbul dari rasa peduli, cinta kasih, kepo, iri hati atau benci.Â
Oleh karena itulah hijab kensel lebih banyak mendapat atensi publik. Terlebih ketika hijab kensel dilakukan oleh figur publik.  Apakah analogi helm kensel dan hijab kensel sebanding, atau bahasa intelektualnya apple to apple? Bukankah helm diwajibkan oleh aturan kepada perempuan dan laki-laki tapi hijab diwajibkan oleh aturan untuk perempuan saja?Â
Kita langsung saja melihat fakta perkara untuk membandingkan bahwa hijab dan helm bukan analogi jeruk dan rempeyek. Sebab motor berbeda dengan mobil yang tidak mewajibkan pengemudinya memakai helm, melainkan mewajibkan penggunan seat belt.Â
Fakta perkaranya, ngapain pakai hijab, bila terbukti tidak sedikit perempuan berhijab jadi korban pelecehan dan/atau perkosaan. Ngapain pakai helm, kalau terbukti banyak pengguna helm terluka atau meninggal saat kecelakaan dan/atau jadi korban begal.
Sekarang ini tidak sedikit loh perempuan berhijab yang suka selingkuh, pamer aurat, ikut pesta miras malah ada yang nyambi jadi wanita penghibur. Iya yang pakai helm juga banyak yang terabas lampu merah di perempatan, lawan arah, lewat jalur transjakarta atau melintas di jalur pejalan kaki. Â Â Â
Berhijab tidak menjamin perilaku atau ahlak seorang perempuan itu pasti baik. Berhelm juga tidak menjamin seorang pengemudi sepeda motor pasti patuh lalu lintas.Â
Banyak loh perempuan tidak berhijab rajin ibadah, suka sedekah, peduli sesama dan tidak neko-neko. Tidak sedikit juga loh pesepeda motor yang tidak pakai helm tapi tetap berhenti di perempatan ketika lampu menyala merah, tidak lawan arah, tidak lewat jalur transjakarta atau tidak melintas di jalur pejalan kaki.