Teater adalah Proses Kreatif Kelompok
MENARIKNYA Â dari teater, menurut Nasruddin adalah sisi komunalitasnya. Teater adalah proses kreatif kelompok. Pengalamannya dulu ketika belajar di tetaer ESKA, setiap pengurus ternyata berasal dari daerah asal berbeda-beda. Mulai dari Padang, Lampung, Jawa Barat, Madura, Banjar, Sulawesi, Jogjakarta, jawa Timur, NTB dan dia sendiri dari Cilacap.
Dari sana ia bisa saling mengenal satu sama lain bertahun-tahun berproses bersama. Mengenal budaya masing-masing secara langsung. Dari sudut pandang ilmu sosiologis dan antropologi, suasana belajar dalam  interaksi semacam itu sangat optimal dan efektif.Â
Dalam seni teater, komuitas sangat dibutuhkan dalam berproses. Komunitas teater dalam sanggar merupakan wahana menempa diri sendiri dengan mempelajari ilmu seni peran dan ini sebenarnya  mirip semacam padepokan yang mengajarkan nilai spiritual. Jika masuk lebih dalam mengenal proses teater, sesungguhnya sedang diajak menempuh dimensi nilai spiritual.
Bernafas panjang dan selalu meyakini bahwa berkesenian teater dengan komunitas sebagai basisnya,  adalah seperti menanam benih yang buahnya  akan dipetik oleh siapapun yang tertarik mendekatinya. Anggap saja proses berkesenian kita adalah amal ibadah tersendiri bagi kita, ungkapnya.
Di samping itu, dalam teater dituntut untuk memahami Seni Sastra, Seni Peran dan Seni Musik, dan Seni Rupa. Karena sebuah pertunjukan teater, biasanya memerlukan skill kesenian tersebut. Sehingga sanggar teater menjadi pembelajaran seni yang efektif dan komplit bagi anggotanya.
Berproses dengan Pikiran Terbuka dan Sabar
PENGALAMAN berteater di ESKA, menjadikan dirinya terbiasa mengalir dalam berproses. Dilakukanya dengan pikiran terbuka dan sabar. Di Cilacap, dia terbiasa mendampingi komunitas teater untuk terus mensuport  proses dan mementaskan pertunjukan. Dalam menggali ide dan eksplorasi, Keilmuan yang dapat di sanggar ESKA sangat memengaruhinya.
Meskipun dalam berproses di Cilacap mengalami hambatan, seperti ruang interaksi teater yang kurang. Kurangnya komunitas yang berkembang. Tidak seperti di Purwokerto dengan dukungan kampus yang cukup, peristiwa teater, baik pementasan dan acara seni lain yang digerakan komunitas tetaer cukup intens dan sering. Menurutnya di Cilacap masih minim.
Meskipun demikian, dengan membaca, diskusi dan genre kesenian profetik yang diusung oleh Sanggar Teater ESKA tetap berdampak pada hasil karyanya. Dampaknya pada pilihan bentuk pertunjukan tetaer dan pilihan naskah yang hendak dipertunjukan. Unsur profetik yang dulu awalnya diusung oleh Kuntowijoyo dalam seni sastra, kemudian diambil semangatnya dalam seni teater profetik Tetaer ESKA, mempengaruhi dan membekas dalam karya-karyanya.
Hasil karyanya diapresiasi masyarakat dengan baik. Terbukti ketika karya dipentaskan, publik antusias. Baginya, apresiasi yang paling menarik ketika karya bersama dengan para petani Kulon Progo pentas di kampus-kampus besar, publik merespon baik atas usahanya mengkampayekan persoalan konflik agraria yang serius di pesisir Kulon Progo, dan  dapat  dikemas dalam sebuah pertunjukan teater yang melibatkan petani setempat untuk bermain.