Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Fiksi Penggemar RTC) Super Dayat

11 September 2015   11:25 Diperbarui: 11 September 2015   11:45 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sopo dulu dong bosnya! Ya nggak bos?” lanjut Jarwo sambil tersenyum geli-geli bagaimana gitu. Tangannya yang kekar mencolek lengan bosnya yang berkacak pinggang tidak diturunkan. Apa tidak lelah ya? Tanya saja sendiri. Berani tidak? Kalau tidak berani nanti kusampaikan ke Jarwo, biar dia yang bertanya.

“Huss, berani-beraninya kamu menyebut namaku seperti itu.

“Push up!” bentak si bos yang ternyata bernama Sopo lebih keras. Memekakkan telinga. Jarwo hanya melongo.

“Kapan bos?” tanya Jarwo tak mengerti.

“Jarwo-jarwo! Besok!” yang disemprot hanya mesam mesem saja.

“S-E-K-A-R-A-N-G!”

“Iya bos” seperti sapi dicongok hidungnya saja. Jarwo push up.

 

***

 

Chek-chek, satu dua, tes-tes. Semakin netes semakin kemretes. Suara sound system yang sedang dicek menggema. Memenuhi ruang Desa Tempuk sore itu. Langit terlihat cerah. Lampu-lampu sudah mulai dinyalakan. Musik menambah riuh suasana sore ini. Anak-anak berlari-lari di area lapangan tempat pertunjukkan. Tapi mereka tidak bisa mendekati panggung pertunjukkan karena terhalang pagar pembatas setinggi orang dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun