Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Masih) Kulihat Bening di Matamu (3)

15 Oktober 2014   12:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:57 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

21.37

Memang mimpi dan seperti hanya mimpi.

Jelas terlihat tadi di atas panggung. Menjadi moderator penulis terkenal. Mega, gadis bergamis biru. Gadis yang pernah dan selalu singgah di hatiku. Waktu hujan hari pertama puasa ramadhan tahun ini tak sengaja kutemui di depan rumah makan padang. Cerdas dan anggun menahkodai acara bedah buku. Waktu awal hingga usai acara, tak satupun peserta beringsut dari tempat duduknya. Kang abik memang magnet bagi siapapun yang mendengarkan segala ucapannya. Lembut dan penuh ilmu.

Usai acara kutunggu Mega di depan aula. Berharap dia melewati koridor samping aula menuju ke luar masjid. Benar. Keberuntungan masih berpihak padaku. Gadis dengan ransel hitam berjalan menuju arah jalan raya. Ragu aku menyapanya. Takut dia akan marah atau tidak mengenalku lagi. Mengekor aku di belakangnya. Megapun mantap berjalan.

Ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt..... duaarrrrrr...

“Astagfirullahal’adzim... innalillahi wainailaihi rojiun..”

“Mega...!!!”

Berlari secepat kilat aku menuju arah mobil yang menabrak gapura masjid. Tempat Mega berdiri. Aku terkesiap. Gamis biru itu berlumuran darah. Isi tas ransel hitam yang dia bawa berhamburan.

Ya Allah.. apa yang terjadi. Andai dan andai saja. Tadi aku menyapa, pasti hal ini tidak akan terjadi. Mobil itu pasti tak akan menabrak Mega. Gadis yang selalu aku impikan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun