3.Cerita dan Upacara Lisan Cerita rakyat, musik, dan puisi termasuk dalam tradisi lisan yang berfungsi sebagai media penting untuk menyampaikan nilai-nilai serta sejarah suatu masyarakat. Ritual keagamaan atau adat juga berfungsi memperkuat jati diri budaya.
4.Peran Media dan Teknologi Terkini Dalam pembicaraan mengenai globalisasi, media dan teknologi modern telah menjadi instrumen yang sangat berpengaruh dalam penyampaian budaya. Internet, televisi, dan platform media sosial memungkinkan penyebaran aspek-aspek budaya dengan cepat ke berbagai belahan dunia. Namun, ini juga mengakibatkan tantangan berupa keseragaman budaya, di mana budaya lokal berisiko tergantikan oleh dominasi budaya global.
Hubungan antara Perubahan Budaya dan Penyampaian Budaya
Proses perubahan budaya dan penyampaian budaya saling berhubungan erat. Penyampaian budaya memfasilitasi keberlangsungan elemen-elemen budaya dan pewarisan, sedangkan perubahan budaya memungkinkan penyesuaian sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan baru. Dalam tulisannya, Koentjaraningrat menekankan pentingnya keseimbangan antara kedua proses ini untuk mempertahankan keberlanjutan budaya di tengah dinamika perubahan.
Sebagai ilustrasi, di masyarakat tradisional, penyampaian budaya seringkali dilakukan melalui cara informal, seperti tradisi lisan atau adat. Namun, dengan munculnya modernisasi, elemen budaya ini bisa berubah atau bahkan tergantikan oleh unsur-unsur baru yang dianggap lebih relevan. Proses ini menimbulkan tantangan dalam menjaga identitas budaya, sekaligus memberikan kesempatan untuk pengayaan budaya melalui akulturasi dan inovasi.
Koentjaraningrat menyajikan suatu kerangka yang rinci untuk memahami dinamika budaya lewat konsep perubahan budaya serta penyampaian budaya. Perubahan budaya memperlihatkan kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan situasi yang selalu berubah, sedangkan penyampaian budaya mencerminkan usaha untuk mempertahankan unsur-unsur penting dari budaya. Di tengah-tengah globalisasi dan modernisasi, pemahaman kedua konsep ini semakin penting untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan penerimaan inovasi. Dengan demikian, pemikiran Koentjaraningrat masih relevan sebagai pedoman bagi masyarakat dalam menghadapi tantangan budaya di masa mendatang.
Referensi :
1.Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
2.Soekanto, S. (2002). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
3.Harsaputra, I. (2015). "Transformasi Budaya Lokal dalam Era Globalisasi." Jurnal Ilmu Sosial, 12(2), 45-60.
4.Pelly, U. (1994). Aspek-aspek Sosial Budaya Indonesia. Jakarta: Pustaka Pelajar.
5.Geertz, C. (1983). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H