Koentjaraningrat, seorang pelopor dalam bidang antropologi di Indonesia, memberikan perspektif yang mendalam dan terstruktur berkaitan dengan kebudayaan, pergeseran budaya, dan transmisi budaya. Dalam karyanya yang berjudul "Pengantar Antropologi," ia menyajikan dasar teori yang penting untuk memahami cara kebudayaan tumbuh, berubah, dan diturunkan dari satu generasi ke generasi lain. Pandangannya sangat relevan dalam masyarakat yang selalu berubah dan terus berinteraksi dengan budaya lain.
Bagi Koentjaraningrat, kebudayaan mencakup keseluruhan ide, tindakan, dan karya manusia yang diperoleh melalui proses pembelajaran. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan hasil dari pemikiran manusia yang berkembang dan diwariskan secara sosial. Ia mengelompokkan kebudayaan ke dalam tiga bentuk utama: ide, aktivitas, dan artefak. Ketiga bentuk ini saling terkait dan membentuk suatu sistem yang rumit.
Kebudayaan sebagai elemen kehidupan manusia bersifat dinamis. Ini berarti kebudayaan berkembang seiring berjalannya waktu. Perubahan ini dapat terjadi baik dari dalam masyarakat itu sendiri maupun melalui interaksi dengan budaya lain. Konsep perubahan budaya dan transmisi kebudayaan menjadi dua hal penting dalam memahami dinamika ini.
Konsep Perubahan Budaya
Koentjaraningrat mengartikan perubahan budaya sebagai proses penyesuaian yang terjadi dalam elemen-elemen budaya suatu masyarakat, baik besar maupun kecil. Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor dari dalam maupun luar. Faktor internal meliputi inovasi atau penemuan yang memengaruhi pola hidup masyarakat. Contohnya adalah kemajuan dalam teknologi atau munculnya pemikiran baru. Sementara faktor eksternal mencakup interaksi dengan budaya lain, melalui perdagangan, peperangan, kolonisasi, atau globalisasi.Â
Koentjaraningrat mengidentifikasi tiga kategori perubahan budaya:
1. Perubahan Kecil
Perubahan kecil adalah perubahan yang tidak berpengaruh besar terhadap keseluruhan sistem budaya. Contoh dari ini termasuk perubahan dalam gaya pakaian atau arsitektur.
2. Perubahan Besar
Perubahan besar melibatkan perubahan signifikan dalam struktur budaya. Misalnya, pergeseran dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Perubahan jenis ini sering kali membawa penyesuaian besar dalam berbagai aspek kehidupan.
3. Perubahan Terencana dan Tidak Terencana
Perubahan terencana biasanya berasal dari program pemerintah atau organisasi tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, seperti pembangunan infrastruktur atau pendidikan. Di sisi lain, perubahan yang tidak terencana terjadi secara tiba-tiba, seperti akibat migrasi atau bencana alam.
Dalam perubahan budaya, terdapat juga resistensi atau penghalang dari masyarakat. Koentjaraningrat menyatakan bahwa resistensi ini sering muncul dari perbedaan antara nilai-nilai baru dan nilai-nilai lama yang sudah terintegrasi dalam budaya masyarakat.
Konsep Transmisi Kebudayaan
Transmisi budaya merujuk pada proses pewarisan atau penyampaian elemen budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Menurut Koentjaraningrat, proses ini berlangsung melalui berbagai cara, termasuk pendidikan formal, keluarga, tradisi lisan, dan media massa. Transmisi budaya menjamin bahwa elemen penting dari kebudayaan tetap ada meskipun seiring waktu, elemen-elemen ini bisa mengalami penyesuaian atau perubahan.
Koentjaraningrat mengungkapkan beberapa faktor penting dalam penyampaian budaya:
1.Keluarga sebagai Tempat Pertama Keluarga merupakan lembaga yang paling awal dan utama dalam proses penyampaian budaya. Anak-anak dibekali dengan nilai-nilai, norma, dan tradisi sejak mereka kecil melalui interaksi sehari-hari.
2.Sistem Pendidikan Resmi Sekolah serta institusi pendidikan berperan krusial dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat masa kini. Pendidikan formal juga berfungsi sebagai wadah untuk mengenalkan budaya-budaya lain melalui pembelajaran.
3.Cerita dan Upacara Lisan Cerita rakyat, musik, dan puisi termasuk dalam tradisi lisan yang berfungsi sebagai media penting untuk menyampaikan nilai-nilai serta sejarah suatu masyarakat. Ritual keagamaan atau adat juga berfungsi memperkuat jati diri budaya.
4.Peran Media dan Teknologi Terkini Dalam pembicaraan mengenai globalisasi, media dan teknologi modern telah menjadi instrumen yang sangat berpengaruh dalam penyampaian budaya. Internet, televisi, dan platform media sosial memungkinkan penyebaran aspek-aspek budaya dengan cepat ke berbagai belahan dunia. Namun, ini juga mengakibatkan tantangan berupa keseragaman budaya, di mana budaya lokal berisiko tergantikan oleh dominasi budaya global.
Hubungan antara Perubahan Budaya dan Penyampaian Budaya
Proses perubahan budaya dan penyampaian budaya saling berhubungan erat. Penyampaian budaya memfasilitasi keberlangsungan elemen-elemen budaya dan pewarisan, sedangkan perubahan budaya memungkinkan penyesuaian sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan baru. Dalam tulisannya, Koentjaraningrat menekankan pentingnya keseimbangan antara kedua proses ini untuk mempertahankan keberlanjutan budaya di tengah dinamika perubahan.
Sebagai ilustrasi, di masyarakat tradisional, penyampaian budaya seringkali dilakukan melalui cara informal, seperti tradisi lisan atau adat. Namun, dengan munculnya modernisasi, elemen budaya ini bisa berubah atau bahkan tergantikan oleh unsur-unsur baru yang dianggap lebih relevan. Proses ini menimbulkan tantangan dalam menjaga identitas budaya, sekaligus memberikan kesempatan untuk pengayaan budaya melalui akulturasi dan inovasi.
Koentjaraningrat menyajikan suatu kerangka yang rinci untuk memahami dinamika budaya lewat konsep perubahan budaya serta penyampaian budaya. Perubahan budaya memperlihatkan kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan situasi yang selalu berubah, sedangkan penyampaian budaya mencerminkan usaha untuk mempertahankan unsur-unsur penting dari budaya. Di tengah-tengah globalisasi dan modernisasi, pemahaman kedua konsep ini semakin penting untuk menjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan penerimaan inovasi. Dengan demikian, pemikiran Koentjaraningrat masih relevan sebagai pedoman bagi masyarakat dalam menghadapi tantangan budaya di masa mendatang.
Referensi :
1.Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
2.Soekanto, S. (2002). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
3.Harsaputra, I. (2015). "Transformasi Budaya Lokal dalam Era Globalisasi." Jurnal Ilmu Sosial, 12(2), 45-60.
4.Pelly, U. (1994). Aspek-aspek Sosial Budaya Indonesia. Jakarta: Pustaka Pelajar.
5.Geertz, C. (1983). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H