Mohon tunggu...
Sumaiyah
Sumaiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Sumaiyah

Thinking Big and Act Now

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemecahan Masalah Konflik dan Kekerasan dalam Masyarakat

20 Maret 2020   15:30 Diperbarui: 20 Maret 2020   15:46 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Upaya Pemecahan Masalah Konflik dan Kekerasan Melalui Integrasi dan Reintegrasi Sosial

1. Integrasi Sosial

Integrasi sosial menunjukkan keadaan masyarakat yang saling berhubungan. Integrasi sosial terdiri atas dua kata "integrasi" dan "sosial". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi diartikan sebagai pembaruan hingga menjadi kestuan. Adapun adanya penambahan kata "sosial" di belakang kata integrasi mengindikasikan bahwa proses integrasi tersebut ditujukan kepada masyarakat ataupun kelompok yang sifatnya luas, bukan kepada individu.

Berikut dibutuhkan faktor, syarat, dan aktor yang mendukung terciptanya integrasi sosial :

1. Syarat Terbentuknya Integrasi Sosial

Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff adapun syarat tersebut sebagai berikut :

  • Anggota masyarakat sadar bahwa mereka telah berhasil saling memenuhi kebutuhan mereka.
  • Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan serta dijadikan pedoman dalam berinteraksi.
  • Norma dan nilai sosial tersebut berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijalankan secara konsisten oleh seluruh anggota masyarakat pasackonflik, proses integrasi sosial. 

2. Proeses Terwujudnya Integrasi Sosial

Proses penciptaan integrasi sosial pascakonflik dan kekerasan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Konflik Menuju Akomodasi

konflik dan kekerasan kemudian diredam dan diselesaikan dengan cara melakukan akomadasi yang disesuaikan dengan sumber/akar konflik.

b. Akomodasi Menuju Kerja Sama

Akomodasi mencerminkan upaya kerja sama untuk menyelesaikan masalah baik internal maupun eksternal.

c. Kerja sama Menuju Koordinasi

Adanya kesadaran dalam kerja sama dapat menumbuhkan koordinasi.

d. Koordinasi Menuju Asimilasi

Proses asimilasi merupakan proses mengurangi perbedaan antarindividu atau kelompok untuk memperkuat kesatuan dan memperhatikan kepentingan ataupun tujuan bersama.

3. Sifat Integrasi Sosial

Menurut Paulus Wirutomo, integrasi sosial memiliki tiga sifat sebagai berikut :

1. Integrasi normatif, yaitu integrasi yang terbentuk karena terdapat kesepakatan nilai, norma, cita-cita bersama, dan rasa solodaritas antaranggota masyarakat

2. Integrasi  fungsional, yaitu integrasi yang terbentuknya karena adanya ketergantungan anatarkelompok masyarakat.

3. Integrasi koersif, yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya paksaan dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dengan menggunakan lembaga sosial.

Adapun makna dari pemaksaan memiliki tiga sifat berukut :

a. Legitimate, yaitu pemaksaan yang didukung oleh masyarakat.

b. Legal, yaitu pemaksaan yang disahkan oleh hukum.

c. Naked power, yaitu pemaksaan secara tidak resmi

4. Faktor Pendorong Integarasi Sosial

Adapun faktor tersebut sebagai berikut :

a. Besar Kecilnya Kelompok

konflik dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat dengan jumlah anggota sedikit cendrung lebih mudah mencapai integrasi sosial daripada kelompok masyarakat yang memiliki banyak anggota.

b. Homogenitas Kelompok

homogenitas kelompok ialah kemiripan atau kesamaan antaranggota dalam suatu kelompok masyarakat baik kepribadian, ciri, maupun adat istiadat.

c.Aktivitas Komunikasi

Komunikasi antarpihak yang berkonflik yaitu dengan mengadakan diskusi atau musyawarah terkait program yang dapat dijalankan secara bersama-sama pascakonflik.

d. mobolitas Geografis

Mobolitas geografis yaitu adanya pengungsi yang menghindari konflik.

5. Pihak yang Terlibat dalam Proses Integrasi Sosial

pihak-pihak yang terlibat disebut sebagai pemangku kepentingan (stakeholder). Stakeholder merupakan pihak yang telibat dalam suatu kegiatan atau program pembangunan dan pihak yang nantinya berfungsi sebagai mediator, edukator, fasilator, atau dinamisator. Stakeholder dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Pihak dari Dalam

Pihak dari dalam yang terlibat proses integrasi sosial adalah pihak yang berasal dari komunitas yang mengalami konflik dan kekerasan.

b. Pihak dari Luar

Pihak dari luar yang terlibat proses integrasi adalah pihak yang tidak terlibat konflik. Adapun pihak luar yang terlibat proses integrasi sebagai berikut .

-Polri dan Militer

-LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

2. Reintegrasi Sosial

Reintegrasi merupakan upaya untuk kembali membangun kepercayaan anatrpihak yang terlibat konflik agar bersatu kembali.

a. Faktor Pendorong Reintegrasi Sosial

Faktor pendorong reintegrasi sosial sebagai berikut :

1. Konflik dan kekerasan terjadi kembali dalam masyarakat

2. Terdapat permintaan untuk membangun kembali hubungan antarmasyarakat yang tereceraibelai

3. Keinginan menciptakan kembali kondisi aman,tentramm dan harmonis seperti sediakala

b. Proses Pelaksanaan Reintegrasi Sosial

Adapun upaya reintegrasi sosial tersebut sebagai berikut :

1. Membangun kepercayaan (trust building) antarpihak yang terlibat konflik.

2. Penguatan identitas bersama.

3. Penguatan melalui kegiatan bersama.

4. Pembuatan kebijakan pemerintah yang proreintegrasi

c. Pihak-pihak yang dapat Terlibat dalam Proses Reintegrasi Sosial

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses reintegrasi sosial sebagai berikut :

1.  Badan Khusus Reintegrasi

2. NGO Luar Negeri

3. Oranisasi Internasional

3. Konflik dan Kekerasan yang Membutuhkan Proses Integrasi dan Reintegrasi

Contoh konflik dan kekerasan yang membutuhkan proses integrasi serta reintegrasi sosial sebagai berikut :

a. Konflik dan Kekerasan di Tingkat Lokal

konflik dan kekerasan di tingkat lokal  merupakan konflik dan kekerasan yang terjadi antarindividu atau antarkelompok dalam lingkup atau skala wilayah relatif sempit. Contoh bentrok antarwarga,bentrok antarpemuda kompleks,tawuran pelajar, dan konflik antarnelayan.

b. Konflik dan Kekerasan di Tingkat Nasional

konflik dan kekerasan di tingkat nasioanal adalah konflik yang terjadi antarkelompok masyarakatyang berada dalam satu negara. Contoh konflik nasional  yang membutuhkan proses integrasi dan reintegrasi sosial adalah konflik Poso.

c. Konflik dan Kekerasan di Tingkat Internasional

Konflik dan kekerasan di tingkat internasional adalah konflik tang melibatkan dua negara atau lebih. Enam faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik internasioanal sebagai berikut :

1. Campur tangan negara lain dalam membantu masyarakat yang ingin bebas dari suatu negara.

2. Upaya suatu negara mempertahankan hak previlage atas teritorial negara lain.

3. Campur tangan negara lain dalam penyelesaian konflik suatu negara.

4. Usaha mempersatukan negara yang terpecah belah.

5. Perbuatan kepemilikan teritorial wilayah.

6. Keinginan menghancurkan negara lain.  

B. Upaya Pemecahan Masalah Konflik dan Kekerasan melalui Peneltian Sosial

1. Peran Penelitian Sosial dalam Penyelesaian Konflik dan Kekerasan

Penelitian sosial dapat diartikan sebagai upaya ilmiah yang dilakukan untuk mengungkapkan suatu fenomena berlandaskan teori teretentu. Secara teknis peran penelitian sosial terhadap upaya penyelesaian konflik dan kekerasan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam menyusun program atau langkah yang mampu menumbuhkan perdamaian berdasarkan karakter masyarakat.

2. Hasil penelitian konflik dapat menjadi referensi kepustakaan baru di bidang keilmuan tentang konflik.

2. Tahap-Tahap Penelitian Sosial Berorientasi pada Pemecahan Konflik dan Kekerasan

a. Menentukan Topik dan Objek Penelitian

Topik merupakan suatu fenomena atau gejala sosial yang akan diteliti. Menurut Muri Yusuf, syarat konflik agar dapat diteliti sebagai berikut :

1. Faktual, artinya konflik yang dipilih harus benar-benar terjadi dalam masyarakat/bukan rekayasa.

2. Aktual, artinya konflik yang dipilih hendaknya masih hangat diperbincangkan publik atau konflik terbaru.

3. Bermanfaat, artinya topik atau konflik yang dipilih memang memerlukan pemecahan dan bermanfaat bagi peneliti, institusi, masyarakat, maupun perkembangan ilmu pengetahuan

4. Terjangkau, artinya konflik yang diteliti berada pada batas jangkauan dan kemampuan peneliti.

5. Korelatif, artinya berhubungan dengan pendekatan penelitian.

b.  Menentukan Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, dan Tujaun Penelitian

        Dalam konteks penelitian sosial konflik, penulisan latar belakang dilakukan berdasarkan topik penelitian berupa konflik atau kekerasan yang telah dipilih. Latar belakang yang baik yaitu dapat menjelaskan perbedaan anatara harapan masyarakat dan kenyataan yang terjadi. Oleh karena itu, pada bagian latar belakang, peneliti hendaknya menjelaskan keadaan yang seharusnya terjadi (diharapkan) dalam masyarakat. 

         Dalam penelitian terdapat dua jeni pertanyaan. Pertama pertanyaan empiris, yaitu pertanyaan yang dijawab melalu observasi atau pengamatan langsung di lapangan. Kedua pertanyaan teoretis, yaitu pertanyaan  yang dapat dijawab melalui rekayasa lingkungan. Bordens dan Abdot mengemukakan setidaknya terdapat tiga karakteristik yang harus dipenuhi rumusan malah agar dapat dikatakan baik sebagai baerikut :

1. Asking the answerable question (menyakan pertanyaan yang dapat dijawab).

2. Asking the right question (menyakan pertanyaan yang benar).

3. Asking the important question (menyakan sesuatu yang penting).

c. Melakukan Kajian Pustaka dan Membaca Penelitian yang Relevan

Gay dan Diehl menuturkan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa manfaat bagi peneliti seperti berikut :

1. Menghindari perilaku plagiarisasi terhadap karya ilmiah lain.

2. Membantu peneliti untuk membangun struktur berpikir yang sistematis.

3. Memudahkan peneliti menyusun instrumen pengumpulan data di lapangan.

4. Membantu peneliti untuk mambangun hipotesis sebelum melakukan penelitian.

5. Memberikan informasi mengenai aspek yang sudah dan belum diselesaikan peneliti lain.

6. Memberikan informasi tentang langkah awal yang dapat dilakukan pada saat di lapangan.

7. Membantu peneliti menentukan strategi dan prosedur teknis selama melakukan penelitian.

8. Menginformasikan langkah yang dibutuhkan peneliti agar topik  dikaji dapat dipecahkan.

Kajian pustaka adalah suatu upaya yang harus dilakukan peneliti sebelum terjun ke lapangan.

d. Mengumpulan , Mengolah, dan Menganalisis Data

Secara umum tidak ada perbedaan metode pengumpulan data dan pengolahan  data pada penelitian sosial biasa dan penelitian sosial konflik. Akan tetapi terdapat tahap khusus pada penelitian sosial konflik yaitu analisis konflik. 

e. Menarik Kesimpulan, Membuat Rekomendasi, dan Membuat Laporan Penelitian

Tahap terakhir pada penelitian ialah menyusun kesimpulan. Simpulan merupakan garis besar yang diambil berdasarkan hasil analisis data. Kesimpulan yang baik merupakan pernyataan  yang mampu menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Setelah penarikan kesimpulan dan saran atau rekomendasi dilakukan, tahap terakhir dari penelitian adalah menulis laporan penelitian. Penelitian adalah aktivitas ilmiah.

3. Alat Bantu Analisis Konflik dalam Mengolah Data Penelitian

Adapun alat bantu analisis konflik sebagai berikut :

a. Peta Konflik

Pemetaan konflik menunjukkan hubungan antarbagian/tokoh dalam konflik. Adapun tujuan pemetaan konflik sebagai berikut :

1. Memahami situasi yang lebih baik.

2. Melihat sekutu ataupun lawan dalam konflik.

3. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan.

4. Melihat lebih jelas hubungan antarpihak yang terlibat.

5. Memperjelas letak kebohongan yang mnejadi isu konflik.

6. Memeriksa keseimbangan aktivitas, kontak, ataupun hubungan antarpihak.

7. Mengidentifikasi kemungkinan untuk intervensi atau melakukan suatu tindakan.

b. Pohon Konflik

Pohon Konflik merupakan salah satu alat analisis konflik yang bertujuan mengidentifikasi penyebab konflik dan kekerasan. Adapun tujuan pohon konflik sebagai berikut :

1. Memudahakan analisis secara rinci dalam menjelajahi penyebab konflik.

2. Memudahkan menganalisis pengaruh masalah utama terhadap pihak yang terlibat konflik.

3. Membantu peneliti mengilustrasikan hubungan antara masalah utama, penyebab, dan dampak konflik dalam suatu bagan/gambar.

4. Memudahkan suatu kelompok atau tim dalam mengambil keputusan untuk menangani konflik.

c. Segitiga SPS 

Segitiga SPS (sikap, perilaku, dan situasi) dapat digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang motivasi pihak yang terlibat konflik. Tujuan Penggunaan segitiga SPS sebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh setiap komponen.

2. Mengidentifikasi faktor SPS untuk setiap kelompok.

3. Mengidentifikasi titik awal intervensi dalam sitausi konflik.

4. Menghubungkan faktor SPS dengan berbagai kebutuhan dan ketakutan setiap pihak.

d. Analisis Kekuatan Konflik

Analisis kekuatan konflik merupakan teknik analisis yang menunjukan bentuk persebaran kekuatan dari kedua belah pihak yang mengalami konflik. Adapun  tujuan penggunaan analisis kekuatan konflik sebagai berikut :

1. Membantu mengukur besarnya kekuatan suatu kelomp0k dalam memengaruhi kelompok lain.

2. Memperoleh gambaran lengkap tentang kekuatan-kekuatan yang memengaruhi suatu konflik.

3. Menyediakan cara untuk mengidentifikasi kekuatan positif dan negatif.

4. Membantu membuat keputusan dalam pemecahan masalah dengan meningkatkan kekuatan postif dan menurunkan kekuatan negatif.

4. Contoh Proses Penelitian Sosial Berorientasi Pemecahan Konflik dan Kekerasan

a. Menentukan Topik dan Objek Penelitian

Dalam menentukan topik, peneliti perlu mencari informasi melalui bebrbagai sumber seperti medai massa, media elektronik, media sosial, ataupun informasi dari orang terdekat. Terdapat banyak kasus yang dapat diteliti dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menentukan Latar Belakang, Rumusan Masalah, dan Tujuan Penelitian

Latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian bersifat fleksibel. Artinya, isi latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian bergantung  pada ketersediaan data, keterjangkauan data, kebutuhan, ketertarikan, kemampuan, dan kemauan peneliti.

c. Proses Pengumpulan data

Dalam proses pengumpulan data, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan peneliti seperti observasi, survei, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan konflik ialah observasi dan wawancara.

1. Observasi dilakukan dengan cara mengunjungi tetmpat terjadinya konflik.

2. Wawancara , pengumupulan data dapat diperkuat memalalui wawancara.

d. Pengolahan Data

1. Mendeskripsikan Konteks Konflik

2. Dinamika Konflik

3. Analisis Konflik

e. Penarikan Kesimpulan

Adapun kesimpulan penelitian sosial konflik sebagai berikut :

1.  Konflik dipicu oleh dua hal.

2.  Konflik berakibat pada terganggunya hubungan sosial.

3.Konflik dapat diselesaikan memalalui sikap

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun