Mohon tunggu...
Sult Harias
Sult Harias Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Merayakan Semarak Manusia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Keseragaman Spektrum Politik di Indonesia

30 Juni 2024   06:30 Diperbarui: 13 Oktober 2024   00:45 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Ketua Umum masing-masing Partai Politik di Indonesia (8/1/2023) | KOMPAS.COM/IRFAN KAMIL

Adapun begitu tidak menjadi keasingan bilamana banyaknya jumlah partai politik dengan dasar agama Islam atau pan-islamisme, layaknya PBB, PKB, maupun PKS. Dengan memiliki fokus tujuan yang berdasarkan agama, para politikus dapat serta-merta mengembangkan dan memenuhi aspirasi mayoritas yang merupakan pemeluk agama Islam.

Namun, hadirnya pengaruh pan-islamisme yang sangat perkasa dapat melahirkan sentimen yang dirasa tidak menguntungkan untuk kelompok-kelompok marjinal atau minoritas. Pengupayaan dalam mencegah terjadinya hal ini, sekaligus untuk semakin merangkul antar golongan, menciptakan partai politik dengan haluan yang mengutamakan asas "nasionalisme" sebagai dasar utama. 

Liputan6 - Pawai Bendera Partai Politik
Liputan6 - Pawai Bendera Partai Politik

"Nasionalisme" dalam konteks ini, hanyalah julukan lain bagi paham sekulerisme, yakni mementingkan negara diatas apapun dalam membuat kebijakan, layaknya PDI-P, Demokrat, Golkar, dan lain sebagainya. Menjadinya bersimpangan dengan ideologi pan-islamisme yang meletakkan dasar Islam sebagai fokus utama.

Dengan adanya dua fokus kategori ini, kondisi sosial politik yang diciptakan berupa dilema dalam mengkoordinasi tujuan dan basis pendukung. Pula menghadirkan kebingungan bagi rakyat dalam memilih sebuah partai sebab kesan "semua partai sama saja."

Yang Islam agar dapat merangkul kelompok minoritas, harus bersikap sekuler dalam beberapa hal, seperti mengurangi tendensi syariah dan mengimplementasikan Islam liberal-moderat. Dan sebaliknya dengan yang sekuler, dimana terjadinya pengurangan tendensi sekuler agar mereka dapat merangkul kelompok Islam untuk meraih suara terunggul.  

Alhasil terciptanya kesan keseragaman dalam spektrum politik yang justru tidak jelas. Tidak ada yang sejatinya kiri atau kanan. Hanya terdapat pemimpin masing-masing partai yang memiliki agenda tersendiri. Yang manakala berpindah kubu jika merasa dirugi atau diuntungkan bagaikan ular. Yang tanpa pendirian bagaikan manusia tanpa tulang punggung.

Jika semua partai ber-ideologi yang sama, maka tidak akan ada fokus yang khusus dalam pemberdayaan. Tidak akan terciptanya sistematika oposisi berupa penentang yang tegas. Hanya tokoh-tokoh partai yang mudah disuap. Bagaikan pragmatis yang paling hina.

Maka apa gunanya berserikat, bila opsi yang diberikan sama saja sifatnya? Seragam. Tanpa beda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun