Mohon tunggu...
Sult Harias
Sult Harias Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Merayakan Semarak Manusia

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Keseragaman Spektrum Politik di Indonesia

30 Juni 2024   06:30 Diperbarui: 13 Oktober 2024   00:45 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Ketua Umum masing-masing Partai Politik di Indonesia (8/1/2023) | KOMPAS.COM/IRFAN KAMIL

Jika Kamu ditanyakan "Apakah haluan politik Partai Golkar?" atau "Apakah aliran politik Partai NasDem?" pasti hadirlah kebingungan dalam menjawabnya. 

Dari sekian belas partai politik yang aktif hadir dalam kancah politik di Indonesia, dari yang memiliki jumlah pendukung tertipis hingga yang terhebat, mengapa tidak terlihat adanya perbedaan ideologi secara jelas antara setiap partai politik yang berserikat?

Jika mengobservasi kancah politik di Inggris, terdapat perbedaan yang cukup terlihat antara Conservative Party yang kanan-konservatif, Labour Party yang kiri-sosial demokrat, dan Liberal Democrats yang tengah-liberal.

Bahkan, serupa dengan kancah politik di Amerika Serikat yang dikuasai hanya oleh dua partai mayoritas, yaitu Republican Party yang kanan-konservatif dan Democratic Party yang kiri-progresif. Terdapat pula sejumlah partai lainnya dengan fokus ideologi tertentu yang dianggap sebagai third parties, seperti Green Party, Alliance Party, ataupun Libertarian Party.

Sistem ideologi partai yang digunakan oleh contoh-contoh sebelumnya memiliki fokus atau tujuan tertentu berdasarkan ideologi yang dianut. Hal ini supaya dapat terciptanya sebuah tujuan abadi yang tidak dapat menyimpang dari ideologi dasar politik.

Yang disapa sebagai demokrat mengembangkan visi dan misi yang mengutamakan inklusivitas dan progresivitas. Yang disapa sebagai konservatif cenderung mempertahankan nilai-nilai tradisional dan enggan melakukan perubahan besar-besaran. Dan yang disapa sebagai komunis, fasis, religius, hijau, maupun feminis, mengembangkan visi dan misi sesuai dengan pahamnya. 

Menggunakan pendekatan yang serupa, bagaimanakah kita dapat mendiferensiasikan ideologi partai-partai di Indonesia? 

Meskipun Pancasila pada dasarnya sudah merangkup ideologi kiri dan kanan menjadi satu kesatuan, maka lebih tepat jika ideologi partai politik di Indonesia dibedakan menjadi dua fokus kategori; Islam dan Sekuler.

Sebagai negeri yang menganut asas ketuhanan dan memiliki tingkat kereligiusan tertinggi di dunia, agama tidak dapat dipungkiri hierarkinya sebagai pengaruh pivotal dalam kancah politik di Indonesia. Terutama pengaruh Islam dalam arus perpolitikan yang merupakan agama dengan pemeluk mayoritas. 

Sama halnya dengan pengaruh rasa "nasionalisme" yang menjadi gasolin pada kobaran api berupa perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Di mana dibutuhkannya sebuah semangat universal dalam mengusir penjajah dari Tanah Air; Sebuah semangat kemerdekaan yang tetap dirasakan hingga kini.

Adapun begitu tidak menjadi keasingan bilamana banyaknya jumlah partai politik dengan dasar agama Islam atau pan-islamisme, layaknya PBB, PKB, maupun PKS. Dengan memiliki fokus tujuan yang berdasarkan agama, para politikus dapat serta-merta mengembangkan dan memenuhi aspirasi mayoritas yang merupakan pemeluk agama Islam.

Namun, hadirnya pengaruh pan-islamisme yang sangat perkasa dapat melahirkan sentimen yang dirasa tidak menguntungkan untuk kelompok-kelompok marjinal atau minoritas. Pengupayaan dalam mencegah terjadinya hal ini, sekaligus untuk semakin merangkul antar golongan, menciptakan partai politik dengan haluan yang mengutamakan asas "nasionalisme" sebagai dasar utama. 

Liputan6 - Pawai Bendera Partai Politik
Liputan6 - Pawai Bendera Partai Politik

"Nasionalisme" dalam konteks ini, hanyalah julukan lain bagi paham sekulerisme, yakni mementingkan negara diatas apapun dalam membuat kebijakan, layaknya PDI-P, Demokrat, Golkar, dan lain sebagainya. Menjadinya bersimpangan dengan ideologi pan-islamisme yang meletakkan dasar Islam sebagai fokus utama.

Dengan adanya dua fokus kategori ini, kondisi sosial politik yang diciptakan berupa dilema dalam mengkoordinasi tujuan dan basis pendukung. Pula menghadirkan kebingungan bagi rakyat dalam memilih sebuah partai sebab kesan "semua partai sama saja."

Yang Islam agar dapat merangkul kelompok minoritas, harus bersikap sekuler dalam beberapa hal, seperti mengurangi tendensi syariah dan mengimplementasikan Islam liberal-moderat. Dan sebaliknya dengan yang sekuler, dimana terjadinya pengurangan tendensi sekuler agar mereka dapat merangkul kelompok Islam untuk meraih suara terunggul.  

Alhasil terciptanya kesan keseragaman dalam spektrum politik yang justru tidak jelas. Tidak ada yang sejatinya kiri atau kanan. Hanya terdapat pemimpin masing-masing partai yang memiliki agenda tersendiri. Yang manakala berpindah kubu jika merasa dirugi atau diuntungkan bagaikan ular. Yang tanpa pendirian bagaikan manusia tanpa tulang punggung.

Jika semua partai ber-ideologi yang sama, maka tidak akan ada fokus yang khusus dalam pemberdayaan. Tidak akan terciptanya sistematika oposisi berupa penentang yang tegas. Hanya tokoh-tokoh partai yang mudah disuap. Bagaikan pragmatis yang paling hina.

Maka apa gunanya berserikat, bila opsi yang diberikan sama saja sifatnya? Seragam. Tanpa beda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun