Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan 5 Sekawan ala Kampung

17 Juli 2024   10:09 Diperbarui: 17 Juli 2024   10:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerita petulangan anak (Sumber: IDNTimes.com)

Keempat temannya hanya berpandang-pandangan mendengar usulan Bimo tersebut. Akhirnya Sari dan Mira saling mengangguk pertanda setuju. Sementara Raka dan Tomi tampak berpikir dulu, tetapi keduanya juga ikut mengangguk seperti Sari dan Mira. Mereka sepakat main petak umpet di taman tua yang berada di ujung kampung dekat rumah Kiai Hasan.

Mereka lalu berjalan beriringan menuju taman yang sudah penuh dengan rumput dan ilalang di tengahnya. Meski sudah lama ditelantarkan taman ini selalu menjadi tempat berkumpul anak-anak kampung setiap sore. Patung-patung yang berada di pinggir taman sudah ditumbuhi lumut yang tebal sehingga meninggalkan jejak-jejak berwarna hijau di wajah dan bagian tubuh lainnya. Di sisi luar taman mengalir sungai yang jernih dikelilingi pohon-pohon besar dan hutan yang lebat. Di dalam hutan ini terdapat sebuah tempat menyerupai gua yang sangat jarang dijamah oleh warga kampung.

Di ujung taman terdapat sebuah bangunan berbentuk saung yang menjadi tempat anak-anak beristirahat setelah lelah bermain. Di saung inilah Raka, Tomi, Bimo, Sari, dan Mira beristirahat sambil melihat keadaan taman yang dikelilingi oleh semak dan pohon-pohon besar, tempat sempurna untuk bersembunyi. Kelima murid Kiai Hasan ini duduk sejenak sambil membicarakan aturan main petak umpet. 

Ketika hari menjelang senja dan bayangan mulai memanjang, suasanan taman menjadi agak mistis. Anak-anak ini tidak memedulikannya. Mereka turun dari saung dan menuju ke tengah taman untuk memulai permainan petak umpet. Mereka berdiri membentuk lingkaran sambil menggerakkan tangan bermain hom pim pa. Setelah beberapa kali hom pim pa akhirnya Raka yang menjadi penjaganya.

"Baiklah, aku akan mulai menghitung sampai sepuluh. Kalian semua cari tempat bersembunyi!" kata Raka sambil menutup matanya dengan tangan.

Anak-anak lainnya berlarian mencari tempat bersembunyi. Sari bersembunyi di balik patung singa, Bimo memanjat pohon tua, Tomi merangkak di bawah semak-semak, dan Mira, dengan imajinasi liarnya, bersembunyi di dekat gua kecil.

"Tu wa ga pat ..." suara Raka terdengar menggema di sekitar taman sebagai perintah kepada teman-temannya untuk segera bersembunyi. Setelah menyelesaikan hitungan ke sepuluh Raka langsung membuka matanya. Matanya dengan sigap mengamati pohon-pohon besar  dan semak-semak rindang yang berada di luar taman. Suasana menjadi hening. Raka melangkah pelan-pelan mendekati pohon yang paling dekat dengannya.

Kosong. Tidak ada temannya yang bersembunyi di sana. Kali ini dia berjalan menuju ke pohon lain yang ada di belakngan pohon pertama tadi. Dia sempat melewati beberapa semak yang dikiranya akan menjadi tempat persembunyian. Tapi kosong semua. Begitu juga dengan pohon yang kedua. Tidak ada orang yang bersembunyi di sana.

Akhirnya Raka berbalik arah untuk kembali ke tempat penjagaannya. Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba terdengar suara yang cukup keras dari dalam hutan.

"Teman-teman! Ayo kemari, cepat!"

Raka menghentikan langkahnya dan memalingkan wajahnya ke arah sumber suara tadi. Suara tadi menghilang. Dia mencoba untuk mengingat-ingat siapa pemilik suara tersebut. Raka belum bergerak dari tempatnya tadi. Dia sedang mengarahkan seluruh kekuatan ingatannya untuk mengenali suara yang memanggil-manggil tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun