Di sana, mereka bertemu dengan seorang tetua desa yang tampak bijaksana. Dengan hati-hati, mereka menceritakan semua yang telah terjadi sejak mereka menemukan pintu batu di taman tua.
Tetua itu mendengarkan dengan seksama, lalu berkata, "Kalian mengingatkanku pada kisah lama tentang tujuh pemuda yang melarikan diri dari kezaliman dan tertidur dalam sebuah gua selama ratusan tahun. Tuhan melindungi mereka dan membangunkan mereka di zaman yang lebih aman. Mungkin kalian mengalami sesuatu yang serupa, tetapi dalam bentuk yang berbeda."
Anak-anak itu terkejut mendengar cerita tersebut. Mereka mulai menghubungkan pengalaman mereka dengan kisah legendaris yang sering diceritakan Kiai Hasan setelah mengaji.Â
"Kami berada di dimensi lain yang terlindung dari waktu," kata Sari dengan takjub. "Seperti tujuh pemuda dalam kisah itu, tetapi kami tidak tidur, kami berpetualang."
Tetua desa menjelaskan bahwa mereka berada di tempat yang dikenal sebagai "Alam Keajaiban", sebuah dunia yang tersembunyi dari dunia nyata dan hanya bisa diakses oleh mereka yang memiliki keberanian dan hati yang murni. Dunia ini terhubung dengan waktu yang berbeda, sehingga mereka bisa berada di sana tanpa menyadari perubahan waktu yang terjadi di dunia mereka sendiri.
"Bagaimana kami bisa kembali?" tanya Tomi dengan cemas.
"Kalian harus menemukan jalan yang sama yang kalian tempuh. Alam Keajaiban ini penuh dengan makhluk-makhluk yang menjaga pintu-pintu antara dimensi. Kalian harus menghadapi mereka dengan keberanian dan hati yang tulus, seperti yang kalian lakukan selama ini," jawab tetua desa. Dengan bimbingan dari tetua desa, anak-anak itu mempersiapkan diri untuk perjalanan kembali. Mereka harus melewati rintangan-rintangan yang lebih menantang dan makhluk-makhluk yang lebih menakutkan dari sebelumnya.
Mereka kembali ke gua kecil yang pertama kali mereka masuki. Makhluk besar seperti raksasa dan makhluk tentakel yang pernah mereka temui sebelumnya masih ada di sana. Anak-anak berlari dengan napas tersengal-sengal, mencoba melarikan diri dari makhluk besar dengan tentakel yang mengejar mereka. Rasa takut dan kelelahan membuat langkah mereka semakin berat. Mereka tidak punya pilihan selain terus berlari. Akhirnya, mereka menemukan sebuah gua kecil dan bergegas masuk, berharap makhluk itu tidak bisa mengikuti mereka ke dalam.
Di dalam gua, mereka mencoba menenangkan diri sambil  memandang satu sama lain dengan wajah yang pucat.
"Kita tidak bisa terus seperti ini," kata Raka dengan suaranya yang bergetar. "Kita harus menemukan tempat yang lebih aman."
"Tapi ke mana? Di luar sana penuh dengan makhluk-makhluk mengerikan," balas Tomi yang mulai panik.