Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan 5 Sekawan ala Kampung

17 Juli 2024   10:09 Diperbarui: 17 Juli 2024   10:13 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerita petulangan anak (Sumber: IDNTimes.com)

"Saya lapar, kita harus menemukan sesuatu untuk dimakan," kata Bimo sambil memegangi perutnya yang keroncongan.

"Kita tidak punya apa-apa di sini. Kita harus bertahan," ujar Sari sambil mencoba memikirkan solusi.

Perut mereka semakin keroncongan, dan rasa lapar semakin menyiksa. Keadaan semakin memburuk saat bayangan halusinasi mulai menghantui mereka. Mereka mulai melihat bayangan mengerikan di dinding gua, suara-suara aneh mulai bergema di telinga mereka.

"Kita akan mati di sini," bisik Tomi dengan mimik putus asa.

"Jangan berkata begitu! Kita pasti bisa keluar dari sini," seru Raka yang berusaha untuk tetap tegar.

Perdebatan di dalam gua kecil itu semakin intens dan memanas. Bimo dan Tomi saling berteriak, menyalahkan satu sama lain atas keadaan mereka. Raka mencoba menenangkan mereka, tetapi emosinya sendiri juga mulai meledak.

"Berhenti! Kita harus bekerja sama, bukan saling menyalahkan!" seru Sari. Namun, suaranya malah tenggelam di tengah kekacauan teman-temannya. Ketegangan memuncak ketika Raka dan Tomi saling dorong, hampir terlibat dalam perkelahian kecil.

Mira mencoba memisahkan mereka, tetapi tenaganya tidak cukup kuat. Dalam kekacauan itu, mereka semua mulai merasa sangat mengantuk. Rasa kantuk yang sangat kuat menyerang mereka, membuat mereka berhenti dari semua perdebatan dan perkelahian.

"Apa yang terjadi? Mengapa aku begitu mengantuk?" bisik Sari sebelum matanya terpejam.

Satu per satu, mereka jatuh tertidur di lantai gua yang dingin dan gelap. Rasa lelah, lapar, dan takut perlahan-lahan tergantikan oleh keheningan tidur yang mendalam.

Ketika mereka terbangun, mereka merasa pusing dan bingung. Di sekeliling mereka, sinar obor dan lampu senter menerangi gua. Orang-orang kampung berdiri di sekeliling mereka dengan wajah-wajah penuh kekhawatiran tetapi lega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun