Oleh karena itu, demi menyelamatkan nyawa manusia prosedur penanganan pasien dalam dunia medis sangat kompleks. Prinsip ini berlaku juga untuk tim medis dalam menangani atlet yang mengalami insiden di lapangan.Â
Dengan kompleksitas prosedur tersebut, tim medis memerlukan waktu untuk membuat keputusan yang tepat terkait kondisi dan penanganan lanjutan pasien.
Dalam olahraga, waktu yang tersedia bagi tim medis untuk membuat keputusan yang akurat sangat terbatas. Selain itu, para tenaga medis harus menghadapi tekanan dari tim atlet, federasi, wasit, panitia, hingga publik.Â
Situasi ini sering kali membuat tim medis "dipaksa" untuk membuat keputusan yang sangat cepat di bawah tekanan tinggi. Keterbatasan waktu ini dapat mengakibatkan kesalahan atau penilaian yang tampak tidak memadai setelah insiden terjadi.
Prosedur medis dalam situasi darurat yang sangat kompleks ini sering menjadi ganjalan bagi petugas medis untuk menegakkan etika medis dalam menangani atlet yang cedera di lapangan.Â
Hasilnya terkadang tidak sesuai harapan meskipun semua langkah yang diambil sudah benar dan sesuai dengan prosedur penanganan cedera. Apalagi publik yang tidak sepenuhnya paham dengan protokol medis dan batasan-batasan yang dihadapi oleh tim medis, pasti akan memandang bahwa kegagalan menangani pasien merupakan kelalaian tim medis.
Padahal, banyak faktor lain yang berkontribusi terhadap insiden yang dialami atlet, seperti kondisi kesehatan atlet sebelumnya atau faktor-faktor non-medis.Â
Publik sering kali memiliki ekspektasi yang tidak realistis tentang apa yang dapat dilakukan tim medis dalam situasi darurat. Ketika hasilnya tidak sesuai harapan, mereka cenderung menyalahkan tim medis.
Birokrasi Pertandingan
Ketika berada dalam sebuah turnamen, tim medis bukanlah sebuah entitas yang berdiri sendiri dan memiliki otonomi istimewa dalam menangani atlet yang cedera selama kompetisi.Â