Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kehangatan Mertua Selalu Ada Bersama Kami

16 Mei 2024   18:29 Diperbarui: 25 Mei 2024   10:50 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah tinggal di rumah baru ini  komunikasi dan kedekatan saya dengan mertua semakin intens. Apalagi setelah kami diberi rezeki untuk membeli sebuah sedan tua yang tangguh sehingga bisa dibawa touring ke Kuningan bolak-balik. 

Sebelum kami beli mobil, setiap lebaran kami selalu berkumpul bersama mertua dan ipar-ipar secara bergantian. Lebaran pertama setelah pernikahan kami lebaran bersama mertua di Kuningan. Setelah anak pertama kami lahir lebaran di rumah kontrakan kami. Lalu gantian di Bekasi, Cikarang, dan ke Depok lagi. 

Baca juga: Pengalaman Mudik Pertama Dengan Mobil Sendiri

Ketika lebaran pertama di Kuningan dengan mobil sendiri mertua kelihatan senang banget menjemput kami di depan Masjid Agung Kuningan, meski waktunya sudah jam 11 malam lewat. 

Beliau dengan sabar menunggu bahkan mau menambah uang tambahan ke tukang ojek yang mengantar sekalian menunggu. Begitu bertemu di depan masjid raut mukanya tetap ceria meskipun ada rasa kantuk yang tidak bisa disembunyikan. 

Lebaran adalah momentum di mana pesona seorang mertua sebagai orang tua semua muncul di tengah-tengah keluarga kami. Mulai dari shalat Ied pada pagi hari mertua selalu mengingatkan kepada kami semua untuk mempersiapkan diri pagi-pagi supaya semua orang bisa mendapat giliran mandi di kamar mandi yang adanya cuma satu. Mertua selalu mandi paling pertama sebelum shalat Subuh.

Setelah shalat Ied momen yang paling haru sudah menanti, yaitu sungkeman. Dimulai dari anak tertua sampai bungsu, lalu disusul dengan cucu-cucu sesuai urutan orang tuanya dalam keluarga. Saya meskipun bukan orang Sunda yang tumbuh dengan tradisi sungkeman ini, hati saya jadi ikut tersentuh mengikuti acara ini. 

Ketika kami bersalaman mertua langsung merapatkan mulutnya ke kuping saya sambil memegang pundak saya. Beliau selalu membisikkan agar menjaga anak istri, jangan lupa mendidik mereka untuk selalu melaksanakan shalat. Tidak lupa beliau selalu meminta maaf kalau perilaku putrinya membuat saya tidak berkenan.

Momentum lebaran tetap menjadi kenangan yang paling mengesankan bersama mertua. Beliau selalu memimpin kami untuk melaksanakan ritual-ritual penting seperti sungkeman, makan bersama, hingga silaturahmi ke suadara yang lain. Kehadirannya sangat terasa dan memberikan rasa teduh kepada keluarga semua anak-anaknya.

Ada saat di mana mertua terserang strok ringan di Kuningan. Mendapat kabar dari ibu mertua, saat itu juga saya bersama keluarga kecil kami langsung berangkat ke Kuningan. 

Saat itu saya bertugas di Semarang, jadi perjalanannya relatif lebih cepat dibanding kalau dari Depok. Sampai di Kuningan, saya dapati mertua duduk di lantai sambil selonjoran. Bicaranya pelan, mukanya sayu, badannya terlihat lemas. Hidupnya setelah terserang strok ringan menjadi tidak semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun