Mohon tunggu...
Sul Pandri
Sul Pandri Mohon Tunggu... -

Aktif pada Pemberdayaan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan Sarana Pendidikan Karakter

23 Juni 2015   18:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bulan ramadhan, konsumerisme seolah-olah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat yang sulit dihilangkan. Meskipun berpuasa, pengeluaran finansial justru melonjak untuk memenuhi kebutuhan makan-minum sehari-hari. Ramadan yang seyogianya melatih kesederhanaan dan mampu menekan pengeluaran karena berpuasa malah memboroskan uang. Bahkan, tak jarang acara buka bersama yang sering kali dilakukan di bulan Ramadan mengeluarkan biaya yang sangat besar. Fenomana ini sangguh bertentangan dengan Firman Allah Q.S Al Isro: 26-27 ".. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan dan syetan itu sangat ingkar terhadap Tuhannya".

Ayat lain dijelasakan : ".. Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Al Anam: 141). "Dan orang-orang yang baik adalah yang apabila menyalurkan (hartanya) maka ia tidak berlebih-lebihan dan tidak terlalu pelit. Dan adalah di antara kedua itulah yang baik." (Al Furqan: 76). Semakin jelas bahwa Ramadan secara esensial mengandung nilai dan proses pembelajaran tentang hidup yang sederhana.

Keempat, mendidik manusia untuk bersikap jujur. Dalam ibadah puasa, kita dilatih dan dituntut untuk berlaku jujur. Kita dapat saja makan dan minum seenaknya di tempat sunyi yang tidak terlihat seorangpun. Namun kita tidak akan mau makan atau minum, karena kita sedang berpuasa. Padahal, tidak ada orang lain yang tahu apakah kita puasa atau tidak, Namun kita yakin, perbuatan kita itu dilihat Allah swt.

Orang yang sedang berpuasa juga dapat dengan leluasa berkumur sambil menahan setetes air segar ke dalam kerongkongan, tanpa sedikitpun diketahui orang lain. Perbuatan orang itu hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan. Hanya Allah dan diri si shaim itu saja yang benar-benar mengetahui kejujuran atau kecurangan dalam menjalankan ibadah puasa. Tetapi dengan ibadah puasa, kita tidak berani berbuat seperti itu, takut puasa batal.

Orang yang berpuasa dilatih untuk menyadari kehadiran Tuhan. Ia dilatih untuk menyadari bahwa segala aktifitasnya pasti diketahui dan diawasi oleh Allah Swt. jika kesadaran ketuhanan ini telah menjelma dalam diri seseorang melalui puasa, Insya Allah akan terbangun sifat-sifat kejujuran. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda; ”Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh dengan puasanya.” (HR. Al Bukhari). Ketika kita dalam keadaan berpuasa namun tetap berdusta maka puasa tidak akan diterima Allah Swt.

Kelima, mendidik manusia untuk bersifat sabar. Menurut arti bahasa sabar adalah menahan atau bertahan. Bertahan atau menahan diri dari rasa gelisah, cemas dan marah, menahan lidah dari keluh kesah menahan anggota badan atau tubuh dari kekacauan. Secara umum sabar menggambarkan kemampuan seorang muslim mengendalikan diri dalam menghadapi segala peristiwa yang dialami sesuai dengan petunjuk agama Islam.

Bulan ramadhan disebut juga ”syahrul shabr”. Puasa ramadhan bermakna bulan penempaan kesabaran, karena menjalankan ibdah puasa itu sendiri butuh kesabaran. Bulan ramadhan adalah merupakan pembuktian terhadap kesabaran dalan menjalankan perintah Allah Swt. Menutut Imam al-Ghazali kesabaran itu ada 3 dimensi; sabar dalam ketaatan kepada Allah Swt, sabar dari kedurhakaan kepada Allah Swt dan sabar dalam mendapatkan ujian dari Allah Swt.

Abu Bakar Ibnul Anbari mengatakan puasa itu dinamakan sabar, karena puasa adalah menahan diri dari makan, minum, berkumpul suami-istri serta menahan diri dari syahwat. Puasa juga melatih diri untuk sabar dalam negendalikan amarah dan mampu memaafkan kesalahan orang lain. Q.S. al-Imran ayat 134 mengatakan : ”..dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Dalam hadits juga disampaikan : ”orang yang kuat bukannlah orang yang kuat mengalahkan lawannya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika sedang marah” (Muttafaq `alaih). Orang yang mengerjakan ibadah puasa sama halnya dengan berjuang, berjuang untuk menguasai dan menundukkan hawa nafsunya. Jika hawa nafsu berhasil ditundukkan, mampu untuk mengendalikan diri dari segala hal yang merusak ibadah puasa maka itu artinya kesabalan telah terlaksanan dalam menaati Allah Swt. “..dan Allah beserta orang yang sabar” (Q.S. Al-Anfal:66).

Keenam, mendidik manusia untuk hidup disiplin. Puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak dari terbit fajar sampai dengan terbenamnnya matahari. Puasa Ramadhan adalah ibadah yang sangat memperhatikan kedisiplinan dalam menjaga perjalanan waktu sejak makan syahur sampai dengan berbuka puasa. “Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam”. (QS. Al-Baqarah:187). Ayat ini mengajarkan untuk disiplin dalam penyelenggaraan ibadah puasa.

Tidak mudah bagi seseorang untuk berdisiplin masalah waktu, jika tidak dibiasakan atau dilatih beribadah tepat waktu. Orang yang merasakan kenikmatan puasalah yang mampu menjadi disiplin. Rasulullah Saw dalam sebuah haditsnya mengatakan; ”jika hari ini lebih baik dari kemarin termasuk orang yang beruntung, akan tetapi jika hari ini sama dengan kemarin maka termasuk orang yang merugi dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin maka termasuk orang yang dilaknat Allah” (HR. Hakim).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun