- Tetap percaya pada perbankan nasional
Sebagai orang tua, ibu-ibu harus tetap memberi pembelajaran pada anak-anak untuk membangun kebiasaan menabung sejak kecil di bank-bank nasional yang ada. Harus ditanamkan sejak awal utuk punya trust pada perbankan kita untuk menggerakkan dana pembangunan ke sektor yang lain. Kelangsungan pembangunan kita juga bersumber dari rasa percaya tersebut, jangan sampai modal kita lari ke luar negeri seperti yang pernah terjadi yang meyebabkan kesengsaraan berkepanjangan.
- Menjauhi sikap spekulatif dalam berinvestasi
[caption id="attachment_355106" align="aligncenter" width="300" caption="sumber : thestatinvestor.wordpress.com"]
Beberapa waktu yang lalu kita mendengar adanya investasi ikan Lou Han, Tokek atau Tanaman jenis Aunthurium yang berharga fantastis dan tidak masuk akal. Cara-cara berinvestasi dengan memanfaatkan momen tertentu itu bisa dipastikan hanya akan memberi untung pada pihak-pihak tertentu/spekulan. Sedangkan pengikut selanjutnya akan mengalami kondisi berbeda seiring waktu dan penurunan permintaan.
Kita jangan ikut-ikutan latah menjalani investasi jenis ini. Investasi terbaik adalah kembali ke diri sendiri, yaitu untuk memiliki pengetahuan dan keahlian sebanyak yang kita bisa serta perlukan dan membaca perilaku sosial masyarakat tempat kita hidup sehingga mampu menentukan posisi, apakah akan mengikuti arus kebodohan massal, memperingatkan mereka, atau tidak ikut sama sekali dan tidak terlibat dalam penanggukan keuntungan, ataupun kerugian besar, dalam waktu sekejap.
- Sosialisasi Gerakan Cinta Rupiah
[caption id="attachment_355107" align="aligncenter" width="300" caption="sumber : liriklaguanak.com"]
Kebanggaan sebagai bangsa yang bermata uang “Rupiah” harus dibangkitkan secara terus-menerus dan menyeluruh ke semua lapisan masyarakat. Generasi muda sekarang yang nggak sempat menikmati “kesengsaraan krisis moneter 1997-1998” harus dibudayakan untuk cinta menggunakan dan menyimpan “Rupiah”.
Aksi beli dan simpan dollar dalam tabungan dengan maksud mengambil keuntungan di saat rupiah terperosok harus kita jauhi. Sikap yang mementingkan diri sendiri dan masa bodoh terhadap kondisi sekitar inilah yang menjadi awal kehancuran bangsa ini di masa lalu. Bangga dengan Rupiah, adalah menjadikan Rupiah dalam setiap transaksi dan menabung pun dalam bentuk Rupiah.
- Pencanangan Gerakan “I Love Indonesia”
[caption id="attachment_355108" align="aligncenter" width="300" caption="sumber : plusgoogle.com"]
Sebagai warga negara dan anak bangsa yang lahir, hidup dan tumbuh, bernafas dan mendapatkan kehidupan di bumi Indonesia, harus benar-benar mengimplementasikan gerakan “Cinta Indonesia”. Yang di mulai dari diri sendiri dan selanjutnya bisa lebih disosialisasikan ke khalayak umum, boleh lewat social media, radio ataupun televisi.
“I Love Indonesia” bisa diekspresikan lewat aneka produk dan jasa yang di kenakan/di pakai adalah hasil karya anak negeri. Bangga berwisata dengan tujuan/objek yang ada di bumi Nusantara ini. Mengembangkan,menikmati dan menyebarluaskan aneka jenis kuliner asli Indonesia yang nggak kalah dengan produk luar negeri. Dan tetap bangga mengadopsi nilai-nilai asli Bangsa, seperti gotong royong, tepo sliro, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri/kelompok di atas kepentingan masyarakat umum, bersikap jujur dan selamanya tetap “anti korupsi, anti kolusi dan anti nepotisme. Pudarnya sikap-sikap asli bangsa inilah yang menjadi gambaran pada saat sebelum terjadinya krisis moneter 1997-1998, yang dipertontonkan para pengemplang BLBI.
Gerakan ini harus terus didengungkan dari semua kalangan, mulai Pemimpin Negara, Pejabat Negara, pesohor negeri termasuk artis, seniman, pelajar, guru, karyawan, tokoh agama, para motivator untuk menjadikan semua yang dihasilkan negeri ini harus mendapat tempat dan dikonsumsi oleh rakyat dan masyarakat bangsa ini. Indonesia dengan kekuatan 250 juta penduduk harus berjaya di negeri sendiri, harus bisa menjadi pemain, dan bukan penikmat barang, jasa, kuliner dan budaya orang luar.
Demikian beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat dalam mendukung tercapainya stabilitas sistem keuangan yang akhirnya membuat perekonomian kita kuat dan terhindar dari krisis berkelanjutan seperti tahun 1997/1998 lalu.
Tulisan ini disertakan dalam blog competition yang di adakan Bank Indonesia bersama Kompasiana dengan tema “Bagaimana Menjaga Sistem Keuangan Agar Tetap Stabil”
Referensi :
http://www.bi.go.id/id/publikasi/perbankan-dan-stabilitas/kajian/Pages/KSK_230914.aspx
http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/se_154014.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan
http://www.bi.go.id/id/publikasi/gerai-info/Documents/Gerai%20BI%20Jan-Feb%202014%20low.pdf
http://www.slideshare.net/BagusCahyoJayaP/kebijakan-makroprudensial-kebanksentralan-bab-2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H