Mohon tunggu...
Sulis Giingsul
Sulis Giingsul Mohon Tunggu... profesional -

http://gembiraloka.wordpress.com/ Bekerja sebagai Desainer Interior Menguasai dua bahasa: 1) Bahasa Jawa campur dikit-dikit Indonesia 2) Bahasa Indonesia campur dikit-dikit Inggris

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Lisal Ikan-Ikan

11 Desember 2011   08:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:31 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

5/ LELAKI IKAN

Lelaki itu benar-benar mujur
Kutuk yang dirapalnya manjur
Perlahan, tubuhnya mengecil
Otaknya tentu juga mengecil
Jadilah ia seekor ikan yang lucu
Dewa menempatkannya di kolam
yang dibuat khusus untuknya

Rupa-rupanya, ia belum sadar perubahan
sambil berenang, komat-kamit ia terus merapal

Tiba-tiba, ia tampak terheran-heran
ketika menyadari tubuhnya telanjang
tetapi tak bisa lihat kemaluannya
Ia pun senang: tak perlu lagi malu
Lalu ia berenang kesana, kemari
mencari cermin ingin berkaca

Dewa selalu tahu sebelum kejadian
Telah disediakan sebuah cermin
di tempat yang mudah dicari

Sesaat kemudian,
di depan cermin, ikan itu terpukau
melihat ikan gemuk yang sangat lucu
Ia mengejar ingin menangkap
untuk digoreng tetapi sial
pikirnya:
Dewa tak mengijinkanku jadi ikan
menangkap ikan pun tidak

Waduk Sunter
sg
6/ LAYANG-LAYANG IKAN

ia telah menulis puisi lebih dari seratus judul
“tidak untuk dikirimkan!” katanya sambil tersenyum
untuk dijadikan layang-layang ikan, untuk diterbangkan.

jika cuaca cerah, selalu kulihat seekor layang-layang ikan
berenang-renang di langit, bergerak-gerak kesana-kemari
tinggi, tinggi sekali sampai di awan-awan.

jika angin semakin kencang, hatinya bertambah girang
ketika layang-layang ikan itu putus, bertepuk tanganlah ia
sambil berdoa hingga layang-layang lenyap tak tampak.

ia tak pernah berkecil hati walaupun mustahil
satu dari sejumlah layang-layang itu tersangkut
di kawat jemuran bajumu.

hingga petang, ia masih duduk di pematang
bercakap-cakap dengan bayang-bayang
tentang benang panjang.

Jogja
sg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun