Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Revitalisasi Bumi Teater di Era Revolusi Industri 4.0

22 November 2019   23:21 Diperbarui: 25 November 2019   06:39 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkat kiprah Bumi Teater, teater tidak lagi bersifat alternatif hiburan; tetapi menjadi seni unggulan yang menuntun masyarakat untuk membentangkan imajinasi, merekonstruksi mindset hasil bentukan nilai-nilai usang, menyuburkan kesadaran kosmis, mengkritisi adat-istiadat yang kaku, dan menertawakan kehidupan.

Sementara itu, perubahan signifikan tengah terjadi di Era Revolusi Industri 4.0. Teknologi digital menjajah seluruh ruang kehidupan, termasuk ruang-ruang dunia seni di Indonesia. Teknologi digital mengakibatkan dunia banjir informasi, termasuk informasi hiburan.

Sebagai cabang seni yang rentan dinilai sebagai 'hiburan', eksistensi teater sangat terancam redup dan padam di Era Revolusi Industri 4.0. Melalui teknologi digital, jutaan informasi hiburan menyerbu dunia virtual, sehingga membuat masyarakat rentan kebingungan untuk memilih jenis hiburan. Tanpa peran aktif praktisi seni multidisiplin dalam pengembangan teater dengan pemanfaatan teknologi digital; api seni akan redup, sulit menerangi peradaban, dan tersingkir dari panggung kehidupan.

Revitalisasi Bumi Teater bisa menjadi katalisator penting untuk menghidupkan nyala api seni di Era Revolusi Industri 4.0. Bumi Teater dapat mempelopori upaya-upaya untuk meningkatkan nilai jual teater melalui pemanfaatan teknologi digital. Dengan jalan ini, teater khususnya teater-teater yang berakar di Bumi Teater atau lazim disebut "Anak-anak Bumi", bisa memiliki eksistensi yang kokoh dan tetap berada di tempat yang terhormat di Era Revolusi Industri 4.0.        

     

Kiprah Bumi Teater

Bumi Teater berdiri pada 10 November 1976 di Padang. Peresmian Bumi Teater dikukuhkan pementasan Gaung karya/sutradara Wisran Hadi, dramatisasi puisi Zikrullah karya Hamid Jabbar, pembacaan puisi oleh Raudha Thaib dan Abrar Yusra, serta penampilan musik "Trio Keluarga Adam" untuk mengenang 5 tahun kepulangan Hoerijah Adam ke keabadian.  

Pementasan Bumi Teater, 'Anggun Nan Tongga' karya dan sutradara Wisran Hadi di Kuala Lumpur pada 1983. (Foto: Dok. Bumi)
Pementasan Bumi Teater, 'Anggun Nan Tongga' karya dan sutradara Wisran Hadi di Kuala Lumpur pada 1983. (Foto: Dok. Bumi)
Berjejer praktisi seni multidisiplin membidani kelahiran Bumi Teater. Mulai dari Wisran Hadi (penulis naskah drama, dramawan, pelukis, cerpenis/novelis), Hamid Jabbar (penyair, cerpenis), Puti Retno Raudhatujannah Taib (Upita Agustine/Raudha Thaib) (penyair, pelukis), A. Alin De (pelukis, dramawan), dan Herisman Is (pelukis). Darman Moenir (penyair, cerpenis/novelis) dan Harris Effendi Thahar (penyair, cerpenis) menyusul di tahun 1978. Tidak hanya membidani kelahiran Bumi Teater, tetapi para praktisi seni tersebut juga menjadi pengasuh dan menetapkan Wisran Hadi sebagai ketua.  

Wisran Hadi. Sumber: id.wikipedia.org
Wisran Hadi. Sumber: id.wikipedia.org
Penetapan Wisran Hadi sebagai ketua merupakan pilihan yang sangat tepat bagi Bumi Teater. Selain memiliki pengalaman seni multidisiplin---seni rupa, sastra, dan teater---Wisran Hadi memiliki latar belakang akademis yang mumpuni di bidang seni multidisplin. Tidak hanya di Indonesia semata, tetapi Wisran Hadi juga telah menjalani studi di Amerika Serikat.   

Hamid Jabbar. Sumber: viannyvugo.blogspot.com/
Hamid Jabbar. Sumber: viannyvugo.blogspot.com/
Puti Reno Raudaltuljannah Thaib. Sumber: harianhaluan.com
Puti Reno Raudaltuljannah Thaib. Sumber: harianhaluan.com
Sejak berdiri, Bumi Teater secara konsisten menghasilkan karya-karya teater yang 'berkelas'. Tidak kurang dari 60 karya yang dipentaskan Bumi Teater. Karya-karya Wisran Hadi tumbuh subur di Bumi Teater. Tidak hanya di Padang atau Provinsi Sumatera Barat, karya-karya Wisran Hadi dipentaskan Bumi Teater di Taman Ismail Marzuki Jakarta dan kota-kota lainnya. Mulai dari Ring (1976), Malin Kundang (1978), Malin Deman (1978), Perguruan (1978), Puti Bungsu (1979), Imam Bonjol (1980), Pewaris (1981), hingga Dara Jingga (1984), Anggun Nan Tongga (1994), hingga Wayang Padang (2006). Karya-karya tersebut turut mengukuhkan eksitensi Bumi Teater di jagat teater Nasional dan melegenda di Sumatera Barat.         

Bila dicermati, arus rekonstruksi mindset tradisional yang diwariskan praktisi seni Sumatera Barat di Era Pra Kemerdekaan, sangat kuat memengaruhi karya-karya Bumi Teater. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun