Amil tidak hanya sekadar memungut, mengumpulkan, dan menyalurkan zakat. Tetapi, amil juga bisa berperan sebagai penyuluh atau tenaga edukator/motivator yang menuntun para muzakki dan mustahiq zakat untuk meningkatkan kualitas hidup khususnya dalam upaya untuk mewujudkan financial freedom. Â
Bila upaya tersebut dinilai menghambat kinerja profesional SDM LAZ yang terfokus pada penerimaan dan penyaluran dana zakat, LAZ bisa menjalin kerja sama dengan stakeholder yang telah memiliki keahlian/keterampilan tersebut untuk ditransfer ke masyarakat subyek pemberdayaan.
Dengan demikian, masyarakat yang menjadi subyek pemberdayaan bisa 'berdaya', mampu berdikari, memiliki rich mindset, dan mewujudkan financial freedom secara kolektif. Â
Kedua, program re-programming pikiran bawah sadar masyarakat subyek pemberdayaan
Dalam riset programming hasil temuan Bruce Lipton, pikiran bawah sadar bisa diprogram ulang untuk diselaraskan dengan program yang sesuai tujuan hidup kita. Upaya re-programming bisa dilakukan dengan repetisi atau afirmasi. Di mana kita mengisi/memperbarui pikiran bawah sadar dengan informasi yang sesuai dengan tujuan kita.
Program re-programming bisa diwujudkan dengan penyaluran dana zakat untuk membangun budaya literasi di masyarakat subyek pemberdayaan. Upaya ini bisa diwujudkan dengan membangun perpustakaan, taman bacaan, atau ruang publik dengan konsep literasi. Masyarakat yang menjadi subyek pemberdayaan dituntun untuk gemar membaca literatur yang bermuatan positif.
Melalui proses membaca literatur yang bermuatan positif, masyarakat secara intens menyerap informasi-informasi baru yang dibutuhan untuk menumbuhkembangkan rich mindset. Upaya ini akan semakin baik bila dilengkapi dengan upaya menumbuhkan kecintaan menulis. Aktivitas menulis akan semakin menyuburkan rich mindset yang dibangun.
Tentunya, budaya literasi tidak terbatas pada membaca dan menulis saja. Pengembangan budaya literasi bisa merambah pada diskusi, pertunjukan/festival literasi, keterampilan bercerita, keahlian publis speaking, dan beragam transformasi dari aktivitas literasi.
Sebagian besar aktivitas dan kepentingan manusia dikendalikan bahasa. Karena itu, kecintaan pada budaya literasi akan menjadi katalisator kemajuan peradaban. Hal ini dikukuhkan fakta bahwa tingkat literasi selaras dengan kemajuan bangsa. Negara-negara dalam jejeran negara-negara maju merupakan negara yang memajukan budaya literasi. Â Â Â
Selanjutnya, budaya literasi merupakan lahan yang subur bagi masyarakat untuk melakukan proses dialektika dengan nilai-nilai/informasi-informasi baru dan memfilter nilai-nilai/informasi-informasi yang sebelumnya diyakini.