Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Optimalisasi Budaya Literasi Lokal dalam Meningkatkan Efektivitas Komunikasi Budaya Sadar Bencana

14 September 2018   16:18 Diperbarui: 14 September 2018   17:13 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Miracle of Kamaksashi. Sumber foto: mnj.gov-online.go.jp

Desakan beberapa oknum politisi yang tergesa-gesa 'ganti presiden' untuk menetapkan bencana gempa bumi Lombok sebagai 'bencana Nasional' bentuk politik agitasi yang memanipulasi bencana alam. Halaman media sosial pun ramai dengan meme dan status oknum tersebut yang mengecam pemerintah. Pemerintah dinilai tidak becus dan begitu banyak caci-maki yang direproduksi ratusan akun media sosial tanpa identitas yang jelas.      

Jadwal ganti presiden sudah ditetapkan tahun 2019 dan calon presiden beserta calon wakil presiden pun telah ditetapkan. Tetapi, oknum-oknum tersebut memang terindikasi kuat untuk melumpuhkan kinerja pemerintah dengan menggiring opini publik menuju imaji negatif.

Sebab, setiap tagar ganti presiden selalu memunculkan distribusi informasi yang membentuk citra negatif terhadap sistem sosial politik NKRI yang masih berada dalam kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).        

Padahal, pada masa bencana alam gempa bumi Lombok, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Seandainya proses pembentukan imaji negatif oleh oknum politisi beserta massanya tersebut terwujud, tidak menutup kemungkinan Asian Games 2018 gagal diselenggarakan. Para atlet luar negeri yang menjadi peserta akan membatalkan keikutsertaan karena menduga bencana alam terjadi diseluruh wilayah Indonesia karena sifatnya Nasional.

Selain itu, bila pembentukan imaji negatif berhasil dan bencana Lombok ditetapkan sebagai bencana Nasional, perekonomian Lombok yang tertumpu pada wisata akan hancur dan porak-poranda. Sebab, wisatawan tentu tidak akan sudi mengunjungi daerah yang mengancam keselamatan jiwa mereka.       

Politik agitasi yang memanipulasi penderitaan bencana merupakan salah satu bentuk dari citra imaji negatif terhadap bencana alam. Imaji negatif ini berwujud ketakutan. Masih mayoritas masyarakat Indonesia menghadapi bencana alam dengan cara yang tidak benar berupa ketakutan.

Citra ketakutan inilah yang dimanfaatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang berada di belakang perempuan bercadar dengan nama populer Maharani Hasan tersebut. Mereka percaya bahwa tindakan tersebut akan menimbulkan ketakutan dari pihak lawan politik mereka.         

Segala bentuk praktik yang menipulasi penderitaan bencana alam harus dihentikan. Manusia yang beragama dan beriman pada Tuhan tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan manusia lain, terutama memanfaatkan penderitaan korban bencana alam untuk kepentingan dirinya dan golongannya. Selain itu, kita harus menghormati perasaan para korban bencana alam yang telah kehilangan harta dan juga jiwa.  

Imaji negatif terhadap bencana alam harus dihentikan. Agar tidak dimanipulasi oknum politisi atau orang-orang yang berkepentingan. Sebagai agen perubahan penting dalam penanggulangan bencana alam di Indonesia, BNPB perlu mengadopsi literasi lokal dalam peningkatan kualitas budaya sadar bencana.

Agar bencana alam di Indonesia disikapi dengan 'cara yang benar' yang didukung imaji positif. Dengan demikian, upaya penanggulangan bencana alam akan lebih efektif, serta bebas dari tindakan manipulatif pihak-pihak berkepentingan yang menjual airmata dan penderitaan masyarakat yang mengalami bencana alam.                             

Dari 'Miracle of Kamaishi' menuju 'Keajaiban Simeulue' 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun