Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agar Bencana Tidak Menjadi Neraka Dunia

6 Juli 2017   22:53 Diperbarui: 6 Juli 2017   23:20 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengoptimalkan Sosialisasi Sadar Bencana Sandiwara Radio ADB 2

Bila kita tarik benang merah, para leluhur bangsa Indonesia mewariskan upaya pendayagunaan imajinasi melalui tradisi lisan (bercerita). Wujud tradisi lisan bisa berbentuk tradisi pantun, syair, teater, cerita rakyat, lagu rakyat, pepatah-petitih, dan sebagainya. Melalui tradisi ini, para leluhur mewariskan imajinasi agar sebuah masyarakat atau komunitas sosial bisa survive dengan jalan berinovasi untuk memajukan peradaban.

Di era teknologi informasi, tradisi lisan yang merangsang imajinasi, muncul dengan sempurna melalui sandiwara radio. Sandiwara radio ADB merupakan salah satu sandiwara radio bermutu. Warna suara pengisi suara, musik, dan sound effect berhasil membuat pendengar seolah-olah berada dalam konteks kisah cinta yang lahir dalam situasi bencana alam tersebut. Meskipun demikian, upaya edukasi masyarakat mengenai bencana alam melalui sandiwara radio, masih perlu dioptimalkan khususnya dalam menyambut mengudaranya ADB Bagian ke-2.

Ilustrasi ADB Episode ke-2. Gambar dokumentasi BNPB.
Ilustrasi ADB Episode ke-2. Gambar dokumentasi BNPB.
 penting yang tidak boleh diabaikan untuk mengoptimalkan sandiwara radio ADB 2 adalah dukungan dari tokoh-tokoh pembentuk opini publik, yaitu 'pemimpin opini' dan 'agen perubahan'. Secara sederhana, pemimpin opini dapat diartikan sebagai seseorang yang pendapat dan sikapnya menjadi teladan bagi orang banyak untuk menciptakan keputusan dan gerakan kolektif. 

Pemimpin opini meliputi tokoh-tokoh masyarakat seperti kiai, pendeta, biksu, guru, pemangku adat, dan politisi yang memiliki reputasi baik. Agen perubahan merupakan orang-orang berperan aktif dalam mengenalkan inovasi baru untuk mewujudkan perubahan yang progresif. Semua orang yang berperan aktif dalam 'mengenalkan' inovasi baru bisa dikategorikan sebagai agen perubahan.

Sebagai poros utama penanggulangan bencana, BNPB dapat menjalin kerjasama dengan pemimpin opini. BNPB dapat mengundang mereka untuk bergabung dengan masyarakat umum untuk mendengarkan pemutaran ADB Bagian ke-2. Bila para tokoh masyarakat turut mendengarkan sandiwara radio, masyarakat berpotensi besar untuk mengikuti jejak langkah mereka. 

Masyarakat pun bisa berdialog secara interaktif dengan pemimpin opini, sehingga mereka bisa menyampaikan aspirasi dan pendapat terkait upaya-upaya menghadapi dan menanggulangi bencana. Berkat jalinan komunikasi antara masyarakat dan pemimpin opini yang dijembatani ADB, bencana tidak akan lagi menimbulkan kepanikan yang berujung kerugian moral dan materi, tetapi memperkuat semangat gotong-royong dan memperkokoh ikatan kekeluargaan untuk melewati zona kritis. Tidak menutup kemungkinan, dialog ini akan memunculkan ide inovasi atau penciptaaan teknologi baru untuk menanggulangi bencana.

Selain pemimpin opini, BNPB dapat melibatkan keberadaan agen perubahan. Agen perubahan tidak harus orang-orang yang terkenal atau berpengaruh, tetapi bisa berasal dari kumpulan individu (komunitas) atau orang biasa yang memiliki semangat luar biasa dalam mewujudkan perubahan progresif dan berperan aktif dalam mengenalkan inovasi yang menuntun masyarakat menuju kehidupan yang lebih berkualitas. 

Di era teknologi informasi ini, blogger atau pengguna media sosial yang bisa memengaruhi (diikuti) banyak follower, bisa dikategorikang sebagai agen perubahan. Kerja sama dengan agen perubahan akan memudahkan BNPB untuk lebih efektif dalam proses persebaran informasi, menciptakan kegiatan-kegiatan inovatif terkait penanggulangan bencana, dan mengerahkan energi untuk tercapai tujuan yang diharapkan. 

Dengan demikian, proses sosialisasi sadar bencana melalui ADB 2, tidak hanya terbatas pada pengudaraan sandiwara itu semata. Berkat ADB, tercipta event kreatif lain yang memperteguh kesadaran bencana dalam memori kolektif masyarakat. Event ini bisa berbentuk permainan atau outbond yang berfungsi sebagai latihan atau simulasi masyarakat dalam menghadapi bencana. Melalui event ini, masyarat akan semakin akrab dengan bencana alam. Bila bencana alam datang, masyarakat siap untuk mengungsi dan tidak ketakutan. Dan bila bencana alam berlalu, mayarakat siap membangun kembali kehidupan baru dan tidak mengalami trauma.

Untuk mencapai penyebaran informasi sosialisasi yang lebih besar, BNPB juga bisa menjalin kerja sama dengan program televisi yang menjadi favorit masyarakat seperti Mata Najwa. Program tersebut akan sukses menghadirkan masyarakat, agen perubahan, dan pemimpin opini dalam satu ruang. Penyiaran melalui televisi membuat siaran ini memiliki distribusi yang sangat luas. Dengan demikian sosialisasi sadar bencana akan jauh lebih efektif dan terdistribusi lebih luas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun