Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agar Bencana Tidak Menjadi Neraka Dunia

6 Juli 2017   22:53 Diperbarui: 6 Juli 2017   23:20 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ADB Episode 1. Gambar dokumentasi BNPB.

"Aku sedang menikmati puncak Gunung Merapi yang disaput awan. Yang mengeluarkan lahar panas. Mengalir turun ke lembah-lembah di bawah. Sungguh perkasa Eyang Merapi. Dia juga perkasa jika dalam keadaan murka. Lihat Bekel Manyuro! Lahar panas yang mengalir di lereng-lereng merapi seperti cairan darah. Darah yang mendidih agar bisa disalurkan keluar. Agar perut gunung bisa kembali tenang dan tentram. Kalau kamu ingin mengerti soal-soal seperti ini Bekel Manyuro, kamu harus belajar. Ini ilmu tentang kehidupan. Sedangkan ilmu tentang dunia saja orang harus belajar. Apalagi ilmu tentang kehidupan. Ilmu tentang nasib manusia. Kita ini berasal darimana, sekarang ada di mana, dan nantinya mau ke mana."

Rangkaian kalimat tersebut merupakan tutur kata Jatmiko pada Bekel Manyuro dalam fragmen sandiwara radio bertajuk Asmara di Tengah Bencana (ADB) Bagian I bagian Episode ke-45. Sandiwara radio ADB diangkat dari roman sejarah karya S. Tidjab dengan judul yang sama. Sandiwara radio ini dijadikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai medium edukasi mengenai bencana alam dan upaya untuk menanggulanginya.

ADB mengisahkan cinta sepasang anak manusia yang berbeda status sosial dengan latar belakang pemerintahan Mataram Kuno dalam melawan pendudukan kolonial VOC saat terjadinya bencana letusan (erupsi) Gunung Merapi. Pemilihan sound effect, musik, dan warna suara para pengisi suara yang luar biasa, membuat roman ADB benar-benar terasa 'hidup'. 

Meskipun hanya melalui suara, pendengar ADB seolah-olah menyaksikan secara langsung terjadinya peristiwa cinta yang hadir dalam bencana tersebut. Melalui sandiwara ADB, para pendengarnya akan lebih mengenal perubahan alam yang lazim disebut 'bencana'. Bahwa bencana alam merupakan bagian dari kehidupan yang tidak akan menghancurkan masa depan. Dengan memahami esensi bencana alam, kita tidak lagi menganggapnya sebagai pembawa penderitaan layaknya neraka dunia, melainkan tantangan untuk berinovasi dan memperteguh persatuan.

Imajinasi dan Daya Survive

Albert Einstein mengatakan bahwa imajinasi lbih penting daripada ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi melingkupi dunia. (Imagination is more important than knowledge. Knowledge is limited. Imagination encircles the world). Sebagaimana karya sastra pada umumnya, ADB yang ditulis S. Tidjab merupakan rumah bagi imajinasi. Sastrawan Indonesia, Linda Christanty (indoprogress.com/15 November 2012) menuturkan bahwa: Para penulis menggunakan imajinasi untuk menciptakan karakter-karakter, merangkai cerita, mencipta adegan-adegan, membangun alur atau plot,

 para pejuang menggunakannya untuk merancang atau membayangkan strategi serta taktik bagi kemenangan mereka. Imajinasi membuat orang bisa survive. Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut, bisa kita simpulkan bahwa imajinasi merupakan upaya manusia menggunakan daya akal untuk berinovasi atau menciptakan teknologi yang bermanfaat untuk bertahan hidup dan menciptakan kemakmuran kolektif, serta memajukan peradaban.

Dari tutur kata Jatmiko pada Bekel Manyuro di atas, terlihat perspekif yang berakar dari kearifan lokal Jawa. Alih-alih ketakutan dan melarikan diri sebagaimana orang yang mengalami bencana alam dalam siaran televisi, Jatmiko malah memuji dan mengagumi Gunung Merapi. Bahkan, Gunung Merapi yang cenderung diidentikkan sebagai sumber bencana alam, dipanggilnya dengan nama Eyang Merapi. 

Dalam kearifan lokal Jawa, Eyang merupakan panggilan kehormatan pada orang yang lebih tua daripada orangtua kita. Realitasnya, Gunung Merapi ketika meletus bukan semata menimbulkan korban sebagaimana diberitakan media massa, melainkan menyemburkan abu vulkanik yang kaya unsur hara dan menyuburkan tanah pertanian. Tidak heran bila Orang Jawa menyebutnya Eyang karena sifatnya membuat orang akan terkenang pada kakek atau nenek yang bisa murka tetapi juga penyayang. Bencana-bencana alam yang lain pun selalu menyimpan hikmah atau manfaat.

Erupsi Gunung Merapi. Foto dari: http://www.jogja.co/erupsi-merapi-kumpulan-foto/
Erupsi Gunung Merapi. Foto dari: http://www.jogja.co/erupsi-merapi-kumpulan-foto/
Meskipun menghormati Eyang Merapi, Jatmiko juga menggunakan imajinasi. Dalam ADB, Jatmiko menyebut imajinasi sebagai 'ilmu kehidupan' yang meliputi ilmu tentang nasib manusia berupa asal, keberadaan, dan masa depan. Bila kita korelasikan dengan perkembangan zaman, sinergi 'kearifan lokal dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan 'ilmu kehidupan' yang dimaksud Jatmiko. Karena itu, ADB yang diangkat dari karya S. Tidjab, merupakan medium yang tepat dalam menyebarkan sosialisasi sadar bencana. 

Sebab, melalui ADB, S. Tidjab tidak hanya mengenalkan kita pada bencana alam sebagai bagian dari kehidupan alami manusia, tetapi juga pandangan hidup dan nilai-nilai kemanusiaan yang menyangkut upaya manusia untuk survive meraih masa depan. Bahwa bencana alam bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan cara Tuhan menguji integrasi dan solidaritas sebuah bangsa. ADB Bagian 1 telah sukses mengudara pada tahun 2016 dan bisa dinikmati melalui youtube. Melihat kualitas ADB Bagian 1 yang bermutu, kita bisa memastikan bahwa ADB Bagian 2 yang akan mengudara mulai 7 Juli 2017, bisa jauh lebih sukses lagi.

Mengoptimalkan Sosialisasi Sadar Bencana Sandiwara Radio ADB 2

Bila kita tarik benang merah, para leluhur bangsa Indonesia mewariskan upaya pendayagunaan imajinasi melalui tradisi lisan (bercerita). Wujud tradisi lisan bisa berbentuk tradisi pantun, syair, teater, cerita rakyat, lagu rakyat, pepatah-petitih, dan sebagainya. Melalui tradisi ini, para leluhur mewariskan imajinasi agar sebuah masyarakat atau komunitas sosial bisa survive dengan jalan berinovasi untuk memajukan peradaban.

Di era teknologi informasi, tradisi lisan yang merangsang imajinasi, muncul dengan sempurna melalui sandiwara radio. Sandiwara radio ADB merupakan salah satu sandiwara radio bermutu. Warna suara pengisi suara, musik, dan sound effect berhasil membuat pendengar seolah-olah berada dalam konteks kisah cinta yang lahir dalam situasi bencana alam tersebut. Meskipun demikian, upaya edukasi masyarakat mengenai bencana alam melalui sandiwara radio, masih perlu dioptimalkan khususnya dalam menyambut mengudaranya ADB Bagian ke-2.

Ilustrasi ADB Episode ke-2. Gambar dokumentasi BNPB.
Ilustrasi ADB Episode ke-2. Gambar dokumentasi BNPB.
 penting yang tidak boleh diabaikan untuk mengoptimalkan sandiwara radio ADB 2 adalah dukungan dari tokoh-tokoh pembentuk opini publik, yaitu 'pemimpin opini' dan 'agen perubahan'. Secara sederhana, pemimpin opini dapat diartikan sebagai seseorang yang pendapat dan sikapnya menjadi teladan bagi orang banyak untuk menciptakan keputusan dan gerakan kolektif. 

Pemimpin opini meliputi tokoh-tokoh masyarakat seperti kiai, pendeta, biksu, guru, pemangku adat, dan politisi yang memiliki reputasi baik. Agen perubahan merupakan orang-orang berperan aktif dalam mengenalkan inovasi baru untuk mewujudkan perubahan yang progresif. Semua orang yang berperan aktif dalam 'mengenalkan' inovasi baru bisa dikategorikan sebagai agen perubahan.

Sebagai poros utama penanggulangan bencana, BNPB dapat menjalin kerjasama dengan pemimpin opini. BNPB dapat mengundang mereka untuk bergabung dengan masyarakat umum untuk mendengarkan pemutaran ADB Bagian ke-2. Bila para tokoh masyarakat turut mendengarkan sandiwara radio, masyarakat berpotensi besar untuk mengikuti jejak langkah mereka. 

Masyarakat pun bisa berdialog secara interaktif dengan pemimpin opini, sehingga mereka bisa menyampaikan aspirasi dan pendapat terkait upaya-upaya menghadapi dan menanggulangi bencana. Berkat jalinan komunikasi antara masyarakat dan pemimpin opini yang dijembatani ADB, bencana tidak akan lagi menimbulkan kepanikan yang berujung kerugian moral dan materi, tetapi memperkuat semangat gotong-royong dan memperkokoh ikatan kekeluargaan untuk melewati zona kritis. Tidak menutup kemungkinan, dialog ini akan memunculkan ide inovasi atau penciptaaan teknologi baru untuk menanggulangi bencana.

Selain pemimpin opini, BNPB dapat melibatkan keberadaan agen perubahan. Agen perubahan tidak harus orang-orang yang terkenal atau berpengaruh, tetapi bisa berasal dari kumpulan individu (komunitas) atau orang biasa yang memiliki semangat luar biasa dalam mewujudkan perubahan progresif dan berperan aktif dalam mengenalkan inovasi yang menuntun masyarakat menuju kehidupan yang lebih berkualitas. 

Di era teknologi informasi ini, blogger atau pengguna media sosial yang bisa memengaruhi (diikuti) banyak follower, bisa dikategorikang sebagai agen perubahan. Kerja sama dengan agen perubahan akan memudahkan BNPB untuk lebih efektif dalam proses persebaran informasi, menciptakan kegiatan-kegiatan inovatif terkait penanggulangan bencana, dan mengerahkan energi untuk tercapai tujuan yang diharapkan. 

Dengan demikian, proses sosialisasi sadar bencana melalui ADB 2, tidak hanya terbatas pada pengudaraan sandiwara itu semata. Berkat ADB, tercipta event kreatif lain yang memperteguh kesadaran bencana dalam memori kolektif masyarakat. Event ini bisa berbentuk permainan atau outbond yang berfungsi sebagai latihan atau simulasi masyarakat dalam menghadapi bencana. Melalui event ini, masyarat akan semakin akrab dengan bencana alam. Bila bencana alam datang, masyarakat siap untuk mengungsi dan tidak ketakutan. Dan bila bencana alam berlalu, mayarakat siap membangun kembali kehidupan baru dan tidak mengalami trauma.

Untuk mencapai penyebaran informasi sosialisasi yang lebih besar, BNPB juga bisa menjalin kerja sama dengan program televisi yang menjadi favorit masyarakat seperti Mata Najwa. Program tersebut akan sukses menghadirkan masyarakat, agen perubahan, dan pemimpin opini dalam satu ruang. Penyiaran melalui televisi membuat siaran ini memiliki distribusi yang sangat luas. Dengan demikian sosialisasi sadar bencana akan jauh lebih efektif dan terdistribusi lebih luas. 

Strategi ini berpotensi besar untuk memicu pemimpin opini atau agen perubahan penanggulangan bencana yang lahir tanpa dibentuk BNPB, melainkan berdasarkan kesadaran pribadi atas cinta Tanah Air. Tanah Air kita hanya satu, yaitu Indonesia. Berperan aktif dalam sosialisasi dan upaya-upaya sadar bencana alam merupakan salah satu wujud nyata cinta kita pada Indonesia.

Dapat kita simpulkan bahwa bencana alam bukanlah neraka dunia yang senantiasa menimbulkan penderitaan, melainkan gejala alamiah alam yang menuntut manusia untuk beradaptasi dengan perubahan alam. Untuk mewujudkannya, kita perlu mendayagunakan imajinasi, sehingga memicu inovasi dalam menciptakan teknologi untuk beradaptasi dengan alam.

Di masa lalu, para leluhur bangsa Indonesia memupuk imajinasi melalui tradisi lisan. Di masa sekarang, sandiwara radio merupakan upaya pelestarian tradisi lisan yang sangat efektif dalam menyebarkan sadar bencana. Bila kita optimalkan sosialisasi sadar bencana melalui ADB Episode ke-2, bencana alam tidak lagi menjadi neraka dunia, melainkan semakin merekat persatuan dalam wadah NKRI dan solidaritas bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun