Mohon tunggu...
Sulfiya
Sulfiya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Hallo semuanya selamat datang, terimakasih telah berkunjung di profil saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Environmental Security: China Penyumbang Gas Emisi Rumah Kaca Terbesar di Dunia

25 Juni 2021   17:01 Diperbarui: 25 Juni 2021   17:20 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Seiring dengan berkembangnya zaman, permasalahan mengenai lingkungan mulai banyak bermunculan. Bahkan masalah lingkungan telah menjadi topik di seluruh dunia ini. Sehingga dengan banyaknya permasalahan lingkukan yang terjadi di dunia ini, terdapat konsep environmental security atau keamanan lingkungan. 

Konsep keamanan lingkungan juga timbul karena adanya kesadaran manusia akan masalah lingkungan yang sebagian besar terjadi karena tingkah laku manusia sendiri yang tidak dapat menjaga lingkungan sekitar dengan baik. Istilah keamanan lingkungan ini juga mengacu dari adanya rasa ketidakamanan atau kekhawatiran yang dialami oleh setiap individu akibat adanya perubahan lingkungan sekitar kita yaitu, salah satunya seperti kenaikan suhu bumi yang dari tahun ke tahun suhunya semakin meningkat. 

Maka, dapat kita pahami bahwa lingkungan adalah sebuah isu yang paling transnasional, dan keamanan sendiri merupakan dimensi yang penting dari keamanan nasional, perdamaian, serta hak asasi manusia. Sehingga keamanan lingkugan merupakan pusat dari keamanan nasional, yang terdiri dari dinamika dan interkoneksi antara manusia dan sumber daya alam. Sehingga dapat dikatakan juga bahwa keamanan lingkungan juga berhubunga erat dengan keamanan manusia atau human security (G. Zurlini, 2008).

Salah satu masalah lingkungan yang paling dikhawatirkan oleh masyarakat di dunia ini yaitu mengenai pemanasan global atau kenaikan suhu bumi. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) merilis outlook tahunan dan telah mempredisikan bahwa suhu bumi akan naik sekitar 1 – 1,5 derajat celcius setiap tahun hingga pada lima tahun kedepan (Syatiri, 2020). Kenaikan suhu bumi dikarenakan beberapa sebab, antara lain yaitu karena meningkatnya gas rumah kaca. Gas rumah kaca sendiri terjadi karena adanya pembakaran minyak bumi, bahan bakar batu bara serta pembakaran gas alam. Penyebab lainya yaitu polusi udara karena bahan bakar kendaraan, efek rumah kaca, adaya penggunaan CFC yang berlebihan, adanya penggundulan hutan, dan lain sebagainya (Nugroho, 2021). 

Diantara beberapa penyebab yang telah disebutkan diatas, hasil pembakaran batu bara memiliki efek yang jauh lebih merusak kondisi iklim di dunia ini daripada minyak dan gas. Karena proses pembakaran batu bara menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang lebih banyak, sehingga batu bara melepaskan 66% lebih banyak karbon dioksida per unit energi yang dihasilkan. 

Kemudian CO2 tersebut terakumulasi di atmosfer bumi, sehingga menimbulkan efek rumah kaca dan akhirnya menyebabkan terjadiya pemasan global atau kenaihan suhu bumi (Welle, 2020). Perlu kita ketahui bahwa batu bara merupakan bahan bakar fosil yang melimpah dari cadangan global. 

Kemudian IEA meramalkan dalam World Energy Outlook for 200922 bahwa hingga pada tahun2030 permintaan global terhadap batu bara akan tumbuh lebih besar daripada permintaan akan gas alam maupun minyak. World Coal Institute juga meramalkan bahwa penggunaan batubara akan meningkat sebesar 60% selama 20 tahun mendatang. Sehingg dapat diperkirakan bahwa 45% emisi karbon dioksida pada tahun 2030 akan terkait dengan batu bara (Nettleton, 2010)

Terdapat negara yang dinobatkan sebagai peyumbang terbesar gas emisi rumah kaca yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi yaitu China. World Research Institute (WRI) mencatat bahwa lebih dari setengah emisi gas rumah kaca global disumbang oleh sepuluh negara di dunia ini. China pun menjadi urutan pertama sebagai peyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. Tercatat bahwa China menghasilkan 12.399,6 juta metrik ton karbon dioksida ekuivalen (MtCO2e), jumlah tersebut setara degan 26,1% dari total keseluruhan emisi global (Pusparisa, 2021).

China sebagai penyumbang gas emisi rumah kaca terbesar di dunia dikarenakan China masih menggunakan batu bara sebagai sumber enegi utamanya. Kemudian terdapat sebuah janji dari pemerintah China bahwa mereka akan mengontrol laju pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2021-2025. Akan tetapi melihat pada tahun 2020, China kembali menjadi penghasil tenaga listrik berbasis batu bara terbesar di dunia. 

Hasil produksi China mencapai 53% dari total keseluruhan negara di dunia. Serta instalasi batu bara di China mencapai 38,4 GW pada tahun tersebut. Jumlah tersebut setara dengan tiga kali lipat dari rata-rata yang dibangun oleh negara lain di dunia (CNN, 2021). Melihat hal tersebut, saya sendiri tidak yakin bahwa China dapat mengontrol dengan baik laju pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara, karena sudah dapat kita ketahui di tahun 2020 saja China merupakan negara terbesar penghasil tenaga listrik berbasis batu bara, maka dengan itu tentunya bisa kita prediksi bahwa China pada tahun 2021-2025 masih belom dapat mengontrol dengan baik penggunaan batu bara sebagai sumber energi yang dapat berakibat pada kenaikan suhu di bumi ini.

Perlu kita ketahui bahwa China juga memiliki janji untuk menghentikan pertumbuhan emisi gas rumah kaca tahunannya pada tahun 2030 di bawah kesepakatan Iklim Paris. Salah satu upaya yang dilakukan China yaitu dengan membangun ladang panel surya raksasa. Sehigga sekarang ini China telah memiliki ladang panel surya terbesar di dunia. 

Ladang panel surya tersebut luasnya mencapai 10 mil persegi dan sekarang sudah mempunyai 4 juta panel surya. Ladang panel surya raksasa tersebut dapat menghasilkan listrik 850 megawatt dan cukup untuk mengisi daya sekitar 140.000 rumah. Dan bahkan China mencapai kondisi dimana biaya untuk memproduksi energi menggunakan panel surya sama atau bahkan lebih rendah dari energi yang berasal dari batu bara (BBC, 2019). Akan tetapi, walaupun sudah memiliki ladang panel surya terbesar di dunia, China tetap saja masih mengandalkan batu bara sebagai sumber energi utama. 

Oleh karena itu, tentunya China akan tetap menjadi peyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Karena seperti yang dijelaskan diatas bahwasannya proses pembakaran batu bara menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang lebih banyak, sehingga dapat menyebabkan kenaikan suhu bumi. Jika terus menerus menggunakan batu bara yang merupakan bahan bakar fosil, maka suhu bumi diproyeksikan akan naik sekitar 4 derajat celcius pada akhir abad ini dan akan naik lebih dari 7 derajar celcius. 

Dengan kenaikan suhu bumi tersebut tentunya dapat mengancam keberlangsungan hidup manusia. Karena dengan adanya kenaikan suhu bumi pastinya suhu dibumi akan semakin panas, sehingga dapat menyebabkan kekeringan, adanya kekeringan juga dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian. 

Penyebab kenaikan suhu lainya yaitu es di kutub selatan dan kutub utara bumi pun juga dapat mencair, sehingga terdapat peningkatan volume air yang dapat menyebabkan banjir di berbagai wilayah di bumi ini, bahkan pulau-pulau kecil dapat tenggelam karena naikknya permukaan air laut, dan juga dapat mengakibatkan badai besar dan tsunami, kemudian juga dapat menyebabkan kebakaran hutan, krisis air bersih, serta dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti stress, busung lapar, dan lain sebagainya.

Melihat penjabaran diatas maka pemerintah suatu negara harus membuat dan mengambil kebijakan nasional di setiap negaranya dengan harus melihat juga dari sisi keamanan lingkungan, karena hal tersebut dapat mempengaruhi keamanan nasional secara luas. Kemudian harus ada pegimplementasian konsep keamanan lingkungan terhadap suatu negara. 

Setiap negara harus mempunyai sebuah kebijakan yang mendukung untuk mengimplemetasikan konsep keamanan lingkungan. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah China bisa mengambil kebijakan yang tepat agar China tidak lagi menjadi penyumbang gas emisi rumah kaca terbesar di dunia. Dengan ladang panel surya terbesar di dunia yang dimiliki China, China seharusnya dapat memanfaatkan ladang panel surya yang merupakan sebuah sumber energi terbaharukan sebagai pengganti batu bara sebagai energi utama di China. 

Seharusnya pemerintah dapat dengan tegas untuk meminimalisir penggunaan batu bara sebagai sumber energi, agar gas emisi rumah kaca di China dapat menurun. Kemudian melihat dari aspek human security, sebenarnya penggunaan batu bara sebagai sumber energi yang diandalkan di China tidak baik utuk kesehatan mausia. 

Dari pejelasan diatas yang mengatakan bahwa China merupakan penghasil tenaga listrik berbasis batu bara terbesar di dunia, maka hal tersebut tentunya membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan masyarakat di China. Karena partikel hasil dari pembakaran batu bara dapat masuk ke paru-paru dan menyebabkan penyakit pernapasan, serta pembangkit listrik yang menggunakan batu baru sebagai sumber energinya juga dapat menghasilkan zat radioaktif 100 kali lebih banyak daripada pembangkit listrik tenaga nuklir. 

Oleh karena itu, tentunya masyarakat China merasa terancam terhadap kesehatannya. Karena kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, jika manusia sakit maka taruhannya adalah nyawanya. 

Terdapat data kesehatan dan polusi yang dikumpulkan dari sumber resmi China, bahwa batu bara selama puluhan tahun telah meningkatkan jumlah kematian akibat penyakit pernafasan dan jantung di wilayah sebelah utara Sugai Huai (VOA, 2013). Dari data tersebut membuktikan bahwa penggunaan batu bara sebagai sumber energi memiliki dampak negatif yaitu meningkatkan suhu bumi hingga mengakibatkan kematian manusia.

Daftar Pustaka

BBC. (2019, November 12). Punya ladang panel raksasa, kenapa China masih gunakan batu bara? Retrieved from BBC News Indonesia: https://www.bbc.com/indonesia/media-50386184

CNN. (2021, Maret 29). China Penghasil Listrik Tenaga Batu Bara Terbesar Sejagat. Retrieved from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210329093304-85-623244/china-penghasil-listrik-tenaga-batu-bara-terbesar-sejagat

G. Zurlini, F. M. (2008). Encyclopedia of Ecology.

Nettleton, G. (2010, Agustus). Batubara dan perubahan iklim. Retrieved from Down to Earth: https://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/batubara-dan-perubahan-iklim

Nugroho, F. T. (2021, Februari 3). 10 Penyebab Pemanasan Global yang Perlu Diketahui dan Dipahami. Retrieved from m.bola.com: https://m.bola.com/ragam/read/4473763/10-penyebab-pemanasan-global-yang-perlu-diketahui-dan-dipahami

Pusparisa, Y. (2021, Februari 16). databoks. Retrieved from 10 Negara Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Terbesar: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/02/16/10-negara-penyumbang-emisi-gas-rumah-kaca-terbesar

Syatiri, A. S. (2020, Juli 24). Darurat Kenaikan Suhu Bumi, Darurat Energi Terbarukan. Retrieved from Kompas.com: https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/24/163933923/darurat-kenaikan-suhu-bumi-darurat-energi-terbarukan?page=all

VOA. (2013, Juli 10). Polusi Udara di China Utara Turunkan Angka Harapan Hidup. Retrieved from voaindonesia.com: https://www.voaindonesia.com/a/polusi-udara-di-china-utara-turunkan-angka-harapan-hidup/1698591.html

Welle, D. (2020, Januari 16). detiknews. Retrieved from Jerman Akan Hentikan Penggunaan Batu Bara, Ini Alasannya: https://news.detik.com/dw/d-4861528/jerman-akan-hentikan-penggunaan-batu-bara-ini-alasannya  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun