Seiring dengan berkembangnya zaman, permasalahan mengenai lingkungan mulai banyak bermunculan. Bahkan masalah lingkungan telah menjadi topik di seluruh dunia ini. Sehingga dengan banyaknya permasalahan lingkukan yang terjadi di dunia ini, terdapat konsep environmental security atau keamanan lingkungan.Â
Konsep keamanan lingkungan juga timbul karena adanya kesadaran manusia akan masalah lingkungan yang sebagian besar terjadi karena tingkah laku manusia sendiri yang tidak dapat menjaga lingkungan sekitar dengan baik. Istilah keamanan lingkungan ini juga mengacu dari adanya rasa ketidakamanan atau kekhawatiran yang dialami oleh setiap individu akibat adanya perubahan lingkungan sekitar kita yaitu, salah satunya seperti kenaikan suhu bumi yang dari tahun ke tahun suhunya semakin meningkat.Â
Maka, dapat kita pahami bahwa lingkungan adalah sebuah isu yang paling transnasional, dan keamanan sendiri merupakan dimensi yang penting dari keamanan nasional, perdamaian, serta hak asasi manusia. Sehingga keamanan lingkugan merupakan pusat dari keamanan nasional, yang terdiri dari dinamika dan interkoneksi antara manusia dan sumber daya alam. Sehingga dapat dikatakan juga bahwa keamanan lingkungan juga berhubunga erat dengan keamanan manusia atau human security (G. Zurlini, 2008).
Salah satu masalah lingkungan yang paling dikhawatirkan oleh masyarakat di dunia ini yaitu mengenai pemanasan global atau kenaikan suhu bumi. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) merilis outlook tahunan dan telah mempredisikan bahwa suhu bumi akan naik sekitar 1 – 1,5 derajat celcius setiap tahun hingga pada lima tahun kedepan (Syatiri, 2020). Kenaikan suhu bumi dikarenakan beberapa sebab, antara lain yaitu karena meningkatnya gas rumah kaca. Gas rumah kaca sendiri terjadi karena adanya pembakaran minyak bumi, bahan bakar batu bara serta pembakaran gas alam. Penyebab lainya yaitu polusi udara karena bahan bakar kendaraan, efek rumah kaca, adaya penggunaan CFC yang berlebihan, adanya penggundulan hutan, dan lain sebagainya (Nugroho, 2021).Â
Diantara beberapa penyebab yang telah disebutkan diatas, hasil pembakaran batu bara memiliki efek yang jauh lebih merusak kondisi iklim di dunia ini daripada minyak dan gas. Karena proses pembakaran batu bara menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang lebih banyak, sehingga batu bara melepaskan 66% lebih banyak karbon dioksida per unit energi yang dihasilkan.Â
Kemudian CO2 tersebut terakumulasi di atmosfer bumi, sehingga menimbulkan efek rumah kaca dan akhirnya menyebabkan terjadiya pemasan global atau kenaihan suhu bumi (Welle, 2020). Perlu kita ketahui bahwa batu bara merupakan bahan bakar fosil yang melimpah dari cadangan global.Â
Kemudian IEA meramalkan dalam World Energy Outlook for 200922 bahwa hingga pada tahun2030 permintaan global terhadap batu bara akan tumbuh lebih besar daripada permintaan akan gas alam maupun minyak. World Coal Institute juga meramalkan bahwa penggunaan batubara akan meningkat sebesar 60% selama 20 tahun mendatang. Sehingg dapat diperkirakan bahwa 45% emisi karbon dioksida pada tahun 2030 akan terkait dengan batu bara (Nettleton, 2010)
Terdapat negara yang dinobatkan sebagai peyumbang terbesar gas emisi rumah kaca yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi yaitu China. World Research Institute (WRI) mencatat bahwa lebih dari setengah emisi gas rumah kaca global disumbang oleh sepuluh negara di dunia ini. China pun menjadi urutan pertama sebagai peyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. Tercatat bahwa China menghasilkan 12.399,6 juta metrik ton karbon dioksida ekuivalen (MtCO2e), jumlah tersebut setara degan 26,1% dari total keseluruhan emisi global (Pusparisa, 2021).
China sebagai penyumbang gas emisi rumah kaca terbesar di dunia dikarenakan China masih menggunakan batu bara sebagai sumber enegi utamanya. Kemudian terdapat sebuah janji dari pemerintah China bahwa mereka akan mengontrol laju pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2021-2025. Akan tetapi melihat pada tahun 2020, China kembali menjadi penghasil tenaga listrik berbasis batu bara terbesar di dunia.Â
Hasil produksi China mencapai 53% dari total keseluruhan negara di dunia. Serta instalasi batu bara di China mencapai 38,4 GW pada tahun tersebut. Jumlah tersebut setara dengan tiga kali lipat dari rata-rata yang dibangun oleh negara lain di dunia (CNN, 2021). Melihat hal tersebut, saya sendiri tidak yakin bahwa China dapat mengontrol dengan baik laju pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara, karena sudah dapat kita ketahui di tahun 2020 saja China merupakan negara terbesar penghasil tenaga listrik berbasis batu bara, maka dengan itu tentunya bisa kita prediksi bahwa China pada tahun 2021-2025 masih belom dapat mengontrol dengan baik penggunaan batu bara sebagai sumber energi yang dapat berakibat pada kenaikan suhu di bumi ini.
Perlu kita ketahui bahwa China juga memiliki janji untuk menghentikan pertumbuhan emisi gas rumah kaca tahunannya pada tahun 2030 di bawah kesepakatan Iklim Paris. Salah satu upaya yang dilakukan China yaitu dengan membangun ladang panel surya raksasa. Sehigga sekarang ini China telah memiliki ladang panel surya terbesar di dunia.Â