Mohon tunggu...
sulas sky
sulas sky Mohon Tunggu... Blogger -

Penulis/Semestalover/Backpacker/Bloger/Agriculture/PLANTBOOK /Malalamen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak-anak Kota Kecil yang Terpencil

16 Maret 2018   03:09 Diperbarui: 16 Maret 2018   03:35 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Emang bisa dapat uang"

"jangan bernyanyi karena uang, tapi karena kamu suka bernyanyi, uang nanti  akan menyusul"

"saya bernyanyi untuk uang kak"

Dengan kembali bernyanyi dan suaranya masih sumbang dan sama sekali tidak enak di dengar. Dia mengikuti para pendatang dan menegadahkan tangan. Dia ditolak tapi dia lumayan nekad. Jika tidak pandai -- pandai berkata tidak jadilah kamu korban palak yang dilakukan anak -- anak.

Kota kecil ini semakin rapi dengan fasilitas dibangun di sana -- sini tapi anak -- anak masih saja mencari -- cari sendiri  tanpa di dampingi.

Kepada pihak yang disebut berwenang sebaiknya mulai turun tangan mengingat suatu hari anak yang menertawakan kalimat mati dan melakoni lompatan ke muara lewat jembatan bisa saja benar -- benar menghilang karena di renggut alam. Anak -- anak kecil yang berjualan  dan bernyanyi dengan nada sumbang bisa saja menjadi ancaman bagi lingkungan sekitar karena mereka perlu uang tapi tidak bisa terpenuhi dengan hasil berjualan dan bernyanyi.

Kepada orang tua yang merasa tidak mampu menafkahi mereka, cobalah berbagi cerita kepada pihak lain yang mungkin bisa membantu dari pada diam membisu seolah -- olah anak - anak adalah batu yang bisa bertahan tanpa sandang, pangan dan papan yang tidak menentu.

Blogger Diary : 15 Maret 2017

Sulassky

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun