"Emang bisa dapat uang"
"jangan bernyanyi karena uang, tapi karena kamu suka bernyanyi, uang nanti  akan menyusul"
"saya bernyanyi untuk uang kak"
Dengan kembali bernyanyi dan suaranya masih sumbang dan sama sekali tidak enak di dengar. Dia mengikuti para pendatang dan menegadahkan tangan. Dia ditolak tapi dia lumayan nekad. Jika tidak pandai -- pandai berkata tidak jadilah kamu korban palak yang dilakukan anak -- anak.
Kota kecil ini semakin rapi dengan fasilitas dibangun di sana -- sini tapi anak -- anak masih saja mencari -- cari sendiri  tanpa di dampingi.
Kepada pihak yang disebut berwenang sebaiknya mulai turun tangan mengingat suatu hari anak yang menertawakan kalimat mati dan melakoni lompatan ke muara lewat jembatan bisa saja benar -- benar menghilang karena di renggut alam. Anak -- anak kecil yang berjualan  dan bernyanyi dengan nada sumbang bisa saja menjadi ancaman bagi lingkungan sekitar karena mereka perlu uang tapi tidak bisa terpenuhi dengan hasil berjualan dan bernyanyi.
Kepada orang tua yang merasa tidak mampu menafkahi mereka, cobalah berbagi cerita kepada pihak lain yang mungkin bisa membantu dari pada diam membisu seolah -- olah anak - anak adalah batu yang bisa bertahan tanpa sandang, pangan dan papan yang tidak menentu.
Blogger Diary : 15 Maret 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H