Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menjadi Orang Halmahera

18 Januari 2022   21:57 Diperbarui: 18 Januari 2022   22:26 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Orang Halmahera (sebuah Catatan dari Lapangan) Karya Faris Bobero [dokpri, 2022]

"Dari cerita warga di pulau ini tentang sagu dan ikan, baru saaya ketahui bahwa asal mula kerupuk kamplang yang menjadi oleh-oleh khas Halmahera Selatan ini terbuat dari sagu yang dipangkur orang Makeang dan ikan yang ditangkap oleh orang Bajo, yang dahulu kala, saling memberi-menukarkan, atau sistem barter sagu dan ikan".

Kini terasa semakin sulit, nelayan Bajo tidak berjaya seperti pada tahun 1990-an. Bahan bakar sulit, biaya operasional melaut tinggi dan kesulitan pada akses untuk menjual hail tangkapan. Usaha mereka kian meredup.

Beranjak dari Bajo kita ke Taba, atau pulau Gunung Kie Besi di desa Rabutdayo. Desa ini memiliki potensi kenari. Berkebun kenari menjadi pilihan mengais rezeki bagi sebagian besar warga pulau ini. Satu kilogram kenari mentah memiliki kisaran harga Rp. 60.000. selain dijual mentah, kenari pun diolah menjadi halua kenari: kenari yang dipadukan dengan gula karamel. Biasanya halua dibentuk memanjang serupa stik dan dibungkus dengan kertas minyak.

Tak hanya kenari, desa Rabutdayo juga penghasil ikan. Kak Faris menjelaskan "dulu, mereka pakai alat tangkap huhate atau alat pancing ikan tradisional dari bambu, seperti pole and line saat ini." Namun kini digunakan sistem pajeko (kapal kayu bermesin). Para pemuda yang belum ada kerjaan biasanya ikut pajeko. Hasil tangkapan dari pajeko yang dibagikan ke masing-masing pemuda biasanya di jual ke ibu-ibu desa Rabut Dayo".

Pelajaran yang dapat dipetik dari tiga cerita diatas adalah tentang pentingnya melakukan pengelolaan terhadap potensi sumberdaya yang dimiliki di pulau Halmahera. Karena sumberdaya tersebut dapat menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar. Seperti sumberdaya laut dalam hal ini ikan yang dapat menjadi andalan suku Bajo Sangkuang, dan sebagaian masyarakat di desa Rabutdayo Pulau Taba pun juga padi ladang yang dapat menghidupi desa Aha dan Pilowo di pulau Morotai.

Sementara pada Tulisan Ketika Kopra Tergantikan Sawit, Kak Faris menguraikan kondisi hutan di pulau Gane, di Halmahera Selatan yang kini dipenuhi tanaman kelapa sawit. Ada dokumentasi di halaman 67. Keberadaan perusahaan sawit dan beberapa perusahaan kayu seakan mengancam masa depan generasi muda di Gane dalam maupun Gane luar.

"Umumnya mereka sadar akan kehilangan sumber penghidupan jangka panjang. Mereka pun mulai membayangkan bagaimana masa depan jika kebun  tidak lagi menghasilkan kopra. "kami tak mau angkat pasir terus. Kalau kebun kelapa tidak ada lagi, kami bagaimana?"

Ketika berkunjung ke Muara Enim saya melihat langsung kondisi masyarakat di daerah perkebunan sawit. Tujuh Tahun lalu, ketika berkunjung kesana, masyarakat tidak hanya menggantungkan hidupnya pada sawit. Sawit mungkin hanya sebagai sambilan karena rerata hanya menjadi buruh perusahaan. Peternakan Sapi cukup berperan, dari hobi kini menjelma menjadi pembuka rezeki. Kalau tidak salah ingat hampir setiap warga yang merupakan transmigran dari daerah Lampung ini memiliki dua  sampai tiga ekor sapi. Sapi-sapi itu juga dijadikan tabungan untuk menjaga masa depan.  

Apa pelajaran yang dapat dipetik? Tentunya, sawit bukan menjadi satu-satunya solusi untuk mendongkrak ekonomi warga. Namun bagaimana jika lahan-lahan warga sudah disulap menjadi perkebunan sawit? Pengembangan sektor lain di areal perkebunan sawit perlu dipertimbangkan untuk dapat membantu masyarakat.

Di akhir cerita kita disuguhkan Ayah dan Ibu, Orang Togutil Dodaga, Kehidupan Orang Tobelo di Hutan Halmahera dan Orang Tobelo, Benteng Terakhir Orang Halmahera. Cerita-cerita ini mengisahkan perampasan ruang hidup orang Halmahera.

Cerita diawali dari kegelisahan masyarakat adat Togutil Dodaga. Wilayah bercocok tanam, berburu-meramu, tempat bersemayam para leluhur dan sumber penghidupan tak akan lagi dapat dijelajahi karena masuk area hutan lindung. Ada proyek penanaman pohon sekitar 3 sampai 4 km diragukan oleh masyarakat adat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun