Matahari belum benar-benar naik, saya dan Delvia sudah bersiap-siap menuju Balai Kota Bogor. Jarak kosan dengan Balai Kota memang tak jauh tetapi kemacetan menjadi alasan mengapa kita harus berangkat pagi-pagi.
Perjalanan dari Dramaga menuju Bogor Kota menggunakan sepeda motor kesayangan Ija, saapan saya untuk Delvia. Tak hanya berdua saja, kami juga ditemani teman-teman sekelas. Ada Kak Devi, Kak Yuni, Caca, Fida, Fadliah dan yang lainnya.
Minggu 9 Oktober empat tahun lalu, dengan semangat kami bergegas mengikuti Bati Fun Walk. Acara ini digelar untuk memperingati hari Batik Nasional. Kompak menggunakan kaos dari Panitia. Sehari sebelumnya kaos sudah diambil. Kalau tidak salah satu minggu sebelum acara kami sudah mendaftar melalui link yang dibagikan lewat media sosial.
Kecintaan pada batik juga sudah membara sejak dulu. Kami yang ikut dalam kegiatan ini juga punya motif yang sama, memeriahkan acara sambil melatih otot kaki karena kebanyakan dari kami saban hari berkutat di laboratorium untuk menyelesaikan tugas akhir.
Start fun walk dari Balai Kota, disitu terlihat hampir ratusan orang yang turut memeriahkan acara. Mungkin bukan hanya sekadar karena hari minggu, mungkin saja karena memang semuanya benar-benar tergerak karena kecintaannya pada batik.
Rute perjalanan mengelilingi Balaikota, sepanjang perjalanan peserta Batik Fun Walk diajak menyambangi lima pos batik yang sudah disiapkan panitia. Jalan sehat sembari belajar membatik, begitulah desain acaranya.
Belum lama dari titik "start", peserta sampai pada pos pertama. Oleh panitia semua peserta dibagikan kain putih polos. Ukurannya kira-kira setengah meter. Di pos ini kain tersebut diberi cap dengan motif bunga.
Kebanyakan dari peserta terlihat kelabakan. Tentu saja, teknik membatik buka soal gampang. Bahkan memegang canting pun ada caranya, tidak asal. Canting sendiri dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan malam.
Para pengrajin sembari melukis juga member penjelasan bahwa canting memiliki beragam jenis. Ada canting loron, canting telon, canting prapat, canting liman, canting byok dan canting renteng. Ragam jenis ini dibagi berdasarkan jumlah cucuknya.
Peserta bebas berinovasi. Di sehelai kain ini terlihat beragam motif. Ada yang menggambar pola bunga membubuhkan tanda-tangan. Saya sendiri hanya biasa menuliskan nama, karena tak piawai memengang canting. Sembari belajar, para peserta diberi wejangan oleh pengrajin Batik Bogor tentang teknik membatik yang baik.
Dari Pos dua, kami melewati halaman luar Istana Bogor. Sempat berhenti sejenak mengambil foto dengan beberapa pose. Kalau tidak salah Kak Devi juga sempat mengabadikan momen dengan rusa-rusa Istana yang berjalan mendekati pagar.
Sampai di Pos Ketiga, peserta diberikan kesempatan untuk mempelajari teknik batik cap. Motifnya sangat beragam, mulai dari motif bunga, daun sampai bentuk rusa.
Batik cap yang dijelaskan dan dipraktikkan di Pos tiga terlihat lebih mudah pengerjaannya dibandingkan batik tulis. Alat untuk membuat batik cap ini serupa stempel yang terbuat dari lempengan tembaga tipis. Bahan penegcapnya terbuat dari malam atau cairan lilin.
Di pos empat, masing-masing peserta diberi kesempatan untuk mewarnai kain yang telah diberi motif-motif batik di sepanjang pos sebelumnya. Pewarnaan dilakukan dengan cara sederhana. Kain dicelupkan pada ember yang telah diisi rendeman air pewarna. Kain yang putih tiba-tiba berubah warna. Setelah proses perendaman, batik siap direbus.
Pada pos terakhir peserta diarahkan untuk melakukan perendaman lagi. Selanjutnya batik direbus kurang lebih 5 sampai 7 menit. Kemudian dibilas dengan air dingin untuk menghilangkan malam. Tahap akhir kain batik dikering-anginkan atau dijemur.
Walhasil, jadilah kain batik inovasi batik fun walk. Saya dan teman-teman hampir tak bertegur sapa karena serius mendengarkan wejangan dari pengrajin batik. Kami merasa sehat dan bugar karena "walk" pun juga "fun" karena diberikan pelajaran tentang "Batik".
Pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut diberikan untuk mengetahui seberapa peduli dan cintanya masyarakat Indonesia pada batik.Saya dan teman-teman juga termasuk dalam penerima doorprize karena berhasil menjawab pertanyaan yang diberi panitia.
"Generasi muda harus melek pada batik dan terus berupaya melestarikan batik Indonesia. Sebab kecintaan terhadap batik akan memberikan 'angin segar' pada para pengrajin Batik", begitu harapnya.
Edukasi tentang batik yang dikemas dengan apik melalui batik fun walk dapat diadopsi oleh pihak mana saja untuk menumbuhkembangkan kecintaan masyarakat terhadap batik. Yang terpenting harus dimulai dari diri sendiri.
Secara pribadi saya juga punya slogan tersendiri untuk memantik kecintaan terhadap batik, Cintai batik ayo galakkan 3M! ketika ada yang betanya apa itu 3M? saya menjawab Membeli, Memakai dan Mengajak.
Seingat saya setelah fun walk kami belum kembali ke Dramaga. Kami merayakan hari batik dengan dooprize dari Panitia. Perjalaan mengelilingi balai kota yang juga cukup menguras tenaga dibayar dengan kenikmatan Pizza di Ali Baba.
Tak hanya corak titik-titiknya yang menjadikan batik cantik tapi juga keberagamannya, membuat yang melihat pasti tertarik. Semoga saja kita tidak lapar mata, karena di seberang sana banyak koleksi batik yang sangat menggoda.
Selamat Hari Batik teman-teman semua!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H