Menenun bukanlah suatu hal yang mudah. Kak Wani juga mencoba menjelaskan bahwa proses menenun ada dua, yaitu benang dasar dan benang motif. Benang dasar atau lungsi dimulai dari pintal, nyucuk untuk boom kemudian masuk proses boom, ngucuk gun/sisir.Â
Sedangkan benang motif atau pakan mulai dari pintal, ngeteng, ikat motif, pewarnaan (pencelupan/totol), penguraian/bungkar, palet hingga kain tenun.
Satu kain tenun mungkin bisa dikerjakan selama dua sampai tiga hari bagi yang mahir. Namun jika dihitung dari proses awal dapat mencapai satu bulan bahkan lebih.Â
Untuk bahan benangnya, Ngofa Tidore masih mengandalkan impor dari India. Bahan baku ditambah proses pengerjaan yang lama membuat harga selembar kain puta dino kayangan bisa mencapai Rp. 500 ribu bahkan lebih. Harga tergantung motif dan kerumitan pengerjaan.
Terlebih di masa pandemi permintaan kain akan puta dino terbilang menurun. Untuk mensiasatinya teman-teman dari Ngofa Tidore mencoba membuat kreasi puta dino lain seperti gelang, ikat kepala, tali-tali tenun, aksesoris tas hingga masker.
Dari penjualan kreasi puta dino yang lain maka dapat digunakan untuk membayar gaji penenun yang juga merupakan tim inti dan reguler Ngofa Tidore. "Untuk saat ini kalau ada yang membeli aksesoris yang kecil-kecil ini maka sistemnya bagi hasil.Â
Rumah tenun ambil berapa persen sisanya untuk yang menenun. Istilahnya penenun dapat uang jajan dari pembuatan tali-tali tenun tersebut.
Keuntungan tentunya belum didapatkan oleh Ngofa Tidore selaku pengelola kain khas Tidore ini. Namun semangat untuk melestarikan kebudayaanlah menjadi kunci.Â