Mohon tunggu...
Sulasmi Kisman
Sulasmi Kisman Mohon Tunggu... Administrasi - Warga Ternate, Maluku Utara

http://sulasmikisman.blogspot.co.id/ email: sulasmi.kisman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Jilid I] Meresensi Simoan

8 Juni 2017   20:09 Diperbarui: 8 Juni 2017   22:10 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Kumpulan Cerpen Simoan Karya Rajif Duchlun

Simoan adalah Kumpulan Cerpen jebolan salah satu penulis Maluku Utara, Rajif Duchlun. Lelaki pecinta teh manis, yang biasa disapa Aji ini menggeluti dunia tulis-menulis sejak usianya belum genap dua puluh tahun. Tepat di 2009, lelaki kelahiran tanah Halmahera 25 tahun silam ini beranjak ke kota Ternate untuk melanjutkan studi S1-nya. Fakultas Perikanan Universitas Khairun menjadi tambatan hati penulis. Bersama Unkhair penulis berlayar mendalami ilmu Perikanan, diam-diam juga melirik dunia kesusasteraan.

Simoan adalah Kumpulan Cerpen perdana Rajif Duchlun terbitan Leutika Prio setelah sebelumnya "RD" (inisial Rajif Duchlun, red) berhasil menelurkan karya perdana Antologi Puisi Lentera Fajar dan sebuah Buku Orang Miskin Menatap Masa Depan. Simoan memuat 15 cerpen pilihan RD. 

Simoan

Cerpen Simoan mengangkat kisah hidup perempuan berparas cantik bernama Simoan. Gadis ini adalah anak seorang pengusaha Jagung dari kota Ratulangi. Simoan adalah derita dari ulah lelaki berdarah Cina yang tak lain adalah direktur dimana Simoan bekerja di Pulau Tomote. Dajil namanya, begitu mencinta, bak remaja yang rakus membaca catatan-catatan Gibran dan kemudian bertebaran mencari paras jelita di tengah-tengah ilalang. Cintanya pada Simoan begitu luar biasa. Tapi apa hendak dikata kekecewaan yang membuncah di kepala pun menjadikannya seperti serigala.

"Kemurkaan Dajil akhirnya berujung pada genangan darah dan teriakan pilu yang mendalam. Simoan terpental ke bahu jalan seraya meminta bantuan dan pertolongan. Keesokan harinya, berita tersiar ke mana-mana. Penemuan mayat perempuan berbadan dua menggegerkan telinga-telinga warga. Pulau Tomote, akhir desember seperti dipeluk duka"

Topeng

Topeng adalah secercah ke-abusurd-an yang disajikan penulis. Topeng itu ada di Teluk Jai, teluk yang banyak menyimpan misteri. Teluk Jai telah dikunjungi banyak sejarawan, budayawan maupun para peneliti dari kampus-kampus besar dunia. Topeng yang disajikan sekali lagi bukan topeng biasa. Sebagaimana Pengantar Prof Gufran A. Ibrahim "Dunia Pencarian-Pergelutan Rajif Duchlun" : 

"Catat misalnya dalam cerpen Topeng. Di sini Rajif menggugat kebohongan, kepura-puraan, dengan menyodorkan topeng kejujuran. Di sini Rajif dengan memanfaatkan  "topeng" sebagai alat untuk mengkritik  kepura-puraan, kemunafikan, tak sejalannya kata dan tindakan yang tengah menjangkiti sekian orang di era yang serba pragmatik ini. Bukan hanya itu, Rajif bahkan mendebatkan apakah "topeng kejujuran" itu sendiri asli atau palsu. Kritik tentang ketidakjujuran dan kepura-puraan yang tentu saja mematikan "keterusterangan". Pada titik ini, bukan saja soal "terus-terang" versus "pura-pura", "jujur" versus "bohong", tetapi pada apakah wajah pura-pura dan terus-terang itu menjadi tampilan yang benar-benar membikin jaminan tentang  "keaslian" ketika kita konfirmasi ke lakon kita sehari-hari di mana "asli" dan "palsu" begitu sulit dibedakan? "Asli" bisa tiba-tiba menjadi "palsu" ketika perilaku kemunafikan menjadi selera manusia rakus, ambisius, dan penuh watak manipulatif. Sebaliknya, "palsu" pun tiba-tiba menjadi "asli", menjadi dasar kaidah kebenaran, ketika kejujuran telah berubah menjadi barang langka dan aneh, anomaly, di tengah-tengah kepura-puraan yang menjangkiti manusia-manusia penghamba  benda-benda, materi-materi mondial yang menghapus-abis sifat berterus-terang sebagai pemarkah "manusia beradab tinggi".

Begitu pengantar Prof. Dr. Ghufran Ali Ibrahim, M.S yang sekarang menjabati Kepala Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Lelaki Alhambra dan Perahu Kenangan

Cerpen Lelaki Alhambra dan Perahu Kenangan menceritakan perjalanan impian antara Cortez dan perempuan idamannya.

"Aku akan merasa lebih tersiksa."

"Kenapa tersiksa?"

"Perahu itu hanya akan meninggalkan kenangan."

"Cortez?"

Dan kamu tertunduk. Membayangkan sukarnya menaklukan samudera dengan kenangan. Sebab, kamu mengerti, berlayar tanpa perempuanmu, tentu seperti menceburkan diri ke laut lepas. Kamu tak akan pernah menemukan keindahan apapun dalam perjalanan itu. Seperti kenangan, perahumu hendak menepi di sudut pantai yang paling sunyi. Saat-saat seperti itulah, kamu baru akan memahami, perjalanan ke Alhambra di Granada melalui Barcelona, melewati kota Valencia dan Murcia, serta berakhir nanti dari kota Madrid, seperti sebuah perjalanan menuju kesendirian. Kamu tak akan menemukan keramaian apa-apa di sana tanpa perempuan Halmahera.

Cerita yang menarik untuk dibaca jikalau ingin membelah Halmahera dan menjajaki kota Valencia dan mampir bertengger di sebuah bukit dengan puncak bersalju tepatnya di pegunungan Sierra Nevada.

Empat Tahun

Empat Tahun mengisahkan perjalanan perjuangan Jopi dan Nona Aprilia Sarangeang. Sebuah perjumpaan tak disengaja yang kemudian semakin dipererat dengan ditemukannya nomor telepon Nona di telepon selular milik Baban. Baban tak lain adalah senior Nona. Baban teramat baik. Baban, laki-laki berhati perempuan. Pada akhirnya Nona dan Jopi harus berpisah. Belajar menjadi pilihan Nona, ia harus pergi ke tanah Jawa.

"Jopi, ngana harus kase tahu pe dia, kalo dia itu parampuang, jadi tarusah sekolah tinggi-tinggi sudah,"

"Kalo Nona inga pe saya, Nona biar sekolah tinggi-tinggi, Nona pasti tahu Nona pe tanggung jawab sebagai parampuang."

Cerpen yang sebagian percakapannya menggunakan kata-kata dalam bahasa Ternate juga dilengkapi dengan penjelasannya. Setidaknya penulis telah mengenalkan kepada dunia akan bahasa yang kitorang punya.

Catatan:

Ngana: Kamu, Kau

Kase: Kasih, Memberi

Parampuang: Perempuan

Tarusah: Tidak usah

Pe: Punya (Kata bantu)

Adelina

Cerpen Adelina mengisahkan rencana perjalanan Adelina ke Alhambra. Adelina, perempuan dengan sepasang mata dari semenanjung Andalusia yang teduh. Adelina harus terbang ke Alhambra meninggalkan lelaki yang berkeinginan kuat menyatukan kata sepakat dengannya, yang juga telah mengajarkannya arti sebuah kesetiaan dengan apik.

22 hari dilewatkan Adelina dan lelakinya hanya untuk menyambut kata sepakat. Mereka tak sadar, waktu terus beranjak. Terbangun dari sadarnya Adelina dan lelakinya tenggelam dalam  perpisahan yang indah.

Adelina, sepasang mata dari semenanjung Andalusia yang teduh, lihatlah ke sini, aku tahu ada rindu dalam keberangkatan yang paling pilu ini. Jika, kau butuh bahu untuk tidur dan membiarkan air matamu terjun dari langit matamu yang cantik itu, maka pasanglah kepalamu di sini. Sungguh, aku menunggu peluk.

"Kau tahu arti kesetiaan?"

"Tahu sayang, seperti akar dan pohonnya."

"Tak semudah itu."

"Bukankah, akar menjaga keutuhan pohon?"

"Tapi akar tak selamanya kuat."

Lelakinya berkata..........

"Semenjak kita terikat dalam sebuah kesepakatan, dan berjalan di atas kepastian, kita hendak ke mana pun terbang menjelajahi dunia, tentu akan berpulang pada keterjagaan"

Selamat Hari Lahir

Cerpen selamat hari lahir merupakan representasi kasih sayang antara bunda pada anaknya, dan kasih sayang seorang anak lelaki yang beranjak dewasa pada perempuan yang juga disayanginya. Kado untuk Perempuan dengan nama Sumi Maharani Lasmi Afiah diberi sebagai wujud kasih sayang dan kebaikan mereka.

Sumi tersenyum dan menepuk bahuku, berujar terima kasih dengan ucapan yang halus. Aku menyodorkan sebuah kado, yang semalam bersama Cak Fando---kami siapkan dengan rapi. Mengingat bunda, di lapisan teratas kado itu, tertulis: SELAMAT HARI LAHIR, SAYANGKU!! Aku mendekat, menggaruk kepala yang tak gatal; berbisik lirih dengan jantung yang tak seperti biasa, mengucap semoga hatimu, semoga cintamu seperti bunda pada ayah.

Lorong

Lorong adalah salah satu judul cerita pendek dalam Kumpulan Cerpen Simoan. Cerpen ini mengalirkan keberadaan sebuah lorong yang didalamnya tersimpan banyak kisah, adanya perasaan, ketakutan dan petualangan. Buya, Nallo, Bombi juga aku terpesona dengan lorong yang didalamnya menghadirkan syurga.

"Dia sudah bertahun-tahun di sini."

"Maksudmu? Aku tak mengerti."

"Dia yang akan membawa kita ke surga. Lihat, lihat itu..."

"Aku tak bisa membacanya."

"Dia adalah penambang internasional yang telah membangun surga di dalamnya."

"Ikut aku," ucap lelaki tadi, seraya mengajak kedua anak belasan tahun itu untuk masuk ke sebuah pintu yang terbilang aneh.

Tarian dan Kata

Tarian dan Kata, penggalan cerita penari keraton yang memiliki kemampuan meliukkan badan dengan gemulai sontak pun dengan jari-jemarinya. Tarian yang disuguhkan Tery di depan para raja juga menjadi konsumsi ribuan mata lelaki. Tery selalu besikukuh bahwasanya keliaran mata itu adalah kebebasan para lelaki.

'Dan siapa yang ingin menikmati kebebasannya maka ia sendiri yang akan menerima sendiri resiko akan kebebasan itu"

"Nikahi aku, dan kau akan tahu sendiri tentang kami, tentang keraton, dan tentang tarian itu, sayang."

Tetapi sungguh lelaki itu tak sanggup menyaksikan perempuan yang dicintainya termakan keliaran ribuan mata lelaki yang sering disebut Tery sebagai sebuah "kebebasan yang diatur".

Aku ingin, jika sudah ku pinang, dan ku antar kau ke dalam kamar dua anak manusia yang telah diamini para saksi, maka lakukanlah tarian-tarian itu pada satu mata, di satu malam, untuk satu kamar saja. Dan aku tidak akan bertanya lagi, Tery.

Duka Kota

Duka kota cerita sebuah kota yang menanggung peluh akibat keserakahan masyarakatnya. Di kota itu, hutan murka, danau-danau dan segala maha karya alam benar-benar murka. Tapi disana, ada tawaran menarik lainnya. Di hutan yang berbeda ada pengaharapam yang bisa dirangkaikan menjadi cerita-cerita indah lainnya.

"Hutan yang kau bilang adalah hutan yang murka. Sudahlah, hiduplah di sini. Di hutan kami. Tak ada hutan seperti yang kau sebut tadi."

Dan "Kau harus percaya ini, hutan ini kami menjaganya."

Hanya senyum.

"Aku takut, aku ingin dijaga seperti kau menjaga hutan."

Cerpen kesepuluh sampai kelima belas diantaranya Manifesto, Hujan dan Polisi, Aku dan Cerita, Kau Bukan Hatta?, Pulanglah, Tak Ingatkah Kau di Halmahera, Biografi Senja dan Jurus Terakhir akan diresensi pada Jilid selanjutnya. 

punten, Mengutip Pringadi Abdi Surya dalam tulisannya Rhenald Khasali dan Kantin Kejujuran bahwa ada nama-nama besar seperti Bernard Batubara, Sungging Raga, Windry Ramadhina, Bamby Cahyadi, dan tokoh indie book Indonesia, Irwan Bajang (kemudian.com) dan Dedy Tri Riyadi yang melejit itu karena ada 'proses' kerja keras dari masing-masing mereka. Penghargaan tingkat nasional yang diraih tak lain adalah hasil dari kerja keras, buah dari kejujuran mereka meskipun dimulai dari milis sastra dan web komunitas sastra mereka. 

Begitupun Rajif Duchlun, meskipun belum serupa dengan Rhenald Khasali misalnya, tetapi karya Simoan-nya sudah bisa dibaca untuk mengenali kami yang berada di semenanjung Halmahera. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun