Mohon tunggu...
Sulaiman Addaroni
Sulaiman Addaroni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kang Gub Menjadi Nur di Negeri ini

12 Agustus 2017   07:45 Diperbarui: 12 Agustus 2017   08:30 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lombokatraktif.blogspot.com

Perang politik pun terus berlanjut, kawan dan lawan saling berjauhan, tim sukses pun berdatangan ke gubuk-gubuk kecil negeri ini. Namun nampak sekali masyarakat sudah tidak mau terpedaya dengan janji politik para calon penguasa negeri ini. Bagaimana tidak, masyarakat bukan lagi diayomi melainkan ditindas dengan kekuasannya.

Kecerdasaran tidak mau ditipu oleh para politikus di negeri ini, masyarakat memiliki pilihan sendiri dengan penuh ikhlas, bukan karena ia kaya atau dari keluarga birokrasi tapi masyarakat hanya menginginkan kenyaman dari sang pemimpinnya kelak.

Sebaran pamflet, kaos para calon penguasa, dan bahkan sebaran sembako dilakukan, agar para penguasa dipilih oleh masyarakat. Mungkin masyarkat tidak menolak hal barang seperti itu, tapi mereka punya pilihan sendiri yang akan memimpin negerinya.

Akhirnya munculah satu nama yang tidak pernah terduga oleh para politikus handal negeri ini, sebut saja calonnya; Kang Gub sapaaan akrabnya. Melihat nama calon penguasa dipamflet baru itu, dengan tulisan yang bercetak tebal (Calon Penguasa : Kang Gub)masyarakat dinegeri ini bagaikan ada daya magnet yang tersimpan dalam diri-nya.

Ada wajah ceria masyarakat yang tersimpan selama ini, menitipkan harapan baru di negeri ini, bahwa sosok calon yang telah mereka lihat tadi adalah sosok orang yang diinginkan untuk menjadi pemimpin. Bagaimana tidak, Kang Gub kan seorang Da'i muda, dan bahkan kemashuran namanya dinegeri ini telah tersebar luas. Sifat agamis yang dimiliki tidak dimiliki oleh yang lain.

Berbagai konflik politik terjadi, hasutan, hinaan dan bahkan ejekan dari lawan dialami oleh Kang Gub. Lawan perpolitikannya pun tidak sungkan-sungkan mengatakan kiyai kok rakus kekuasaan, tidak bisa memimpin masyarakat, bisanya hanya mengajar ilmu agama saja. Hal itu pun terus terdengar lantang di negeri ini, bukan itu saja banyak pamflet yang merusak ke-kiyai-an para kiyai.

Berbekal kepercayaan masyarakat, dan para santri yang mendukungnya, dan bahkan banyak kiyai yang condong kepadanya. Menjadi amanat yang amat besar yang akan dipengang oleh Kang Gub selama ini.

Orasi kampanye dilakukan diseluruh penjuru negeri ini oleh para politikus, begitu juga dengan Kang Gub, mengikuti tradisi pemilihan di negeri ini. Sampai akhirnya pemilihan penguasa di negeri ini dilaksanakan.

Singkat cerita, masyarakat pun antusias dalam memilih karena masyarakat sudah mengantongi nama dari calon penguasa negeri ini. Sampai akhirnya pada proses penghitungan suara dilakukan. Sekitar satu mingguan penetapan penguasa sudah ditentukan dan ternyata yang memenangi pemilihan kali ini adalah Kang Gub, ya alumni pondok pesantren itu dan juga kiyai muda di negeri ini.

Para lawan politiknya pun kaget, kok bisa, kan dia hanya seorang santri dulunya, kata nomer urut satu ini."

Dijawablah oleh nomer urut tiga " iya....memang dia santri dulunya tapi sekarang dia kiyai tersohor negeri ini." sambil menggelengkan kepalanya, oh ya..!!! pantesan saja dia mampu merebut hati masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun