Mohon tunggu...
Sulaiman Addaroni
Sulaiman Addaroni Mohon Tunggu... Mahasiswa -

MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kang Gub Menjadi Nur di Negeri ini

12 Agustus 2017   07:45 Diperbarui: 12 Agustus 2017   08:30 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lombokatraktif.blogspot.com

Namun, kenyatan itu belum membuat Kang Gub merasa puas, sampai Kang Gub melanjutkannya yang lebih tinggi yaitu ; Ma'had Aly setara dengan Sarjana. Menempa ilmu agama terus dilakukan oleh Kang Gub. Beberapa tahun nyantri di pondok pesantren ini mampu mengantrakannya memasuki kampus tertua di dunia, sebut saja Al-Azhar Kairo.

Disinilah Kang Gub belajar lebih matang tentang agama, namun sebelum itu Kang Gub sudah mengantongi keistimewaan yang berbeda yaitu menghatamkan Al-Qur'an 30 Juz. Dengan bekal inilah menjadi pondasai kuat untuk belajar di kampus tua ini.

Bermukim di negeri tandus dengan banyak kawan dari berbagai penjuru dunia, Menjadi pengalaman berharga yang tidak pernah terlupakan bagi Kang Gub. Menempa ilmu dari ulama berbagai dunia, menjadi pengalaman baru. Disinilah tumbuh keyakinan semakin kuat bahwa santri mampu bersaing secara nasional dan internasional.

**********

Sejak itulah Kang Gub bertekad pulang, dan mengamalkan apa yang telah didapatkan dari ulama di dunia ini, kepada masyarakat yang awam akan pemahan agama di negerinya.

Menjadi Da'i muda yang notabennya murni lulusan pondok pesantren merupakan sesutau keinginan yang diharapkan oleh masyarakat, lebih-lebih Kang Gub sudah mumpuni dalam bidang itu. Maklum lulusan Al-Azhar harus bisa mengajar masyarakat, karena ilmu yang diajarkan berkaitan dengan agama.  

Kepiawaian, sopan santun terhadap yang lebih tua, tutur kata dan bahasa yang runut digunakannya dalam berdakwah memberikan ketersimaan bagi yang mendengarkan ceramah dan dakwahnya. Tanpa mengenal lelah, dari kampung ke kampung, dari masjid ke masjid terus dilakukan oleh Kang Gub tanpa berhenti, sebagaimana para kiyai mengajarkannya.

Diusia yang cukup muda, dia mampu menguraikan sekian banyak kitab-kitab klasik yang telah ditempanya dari para kiyai, ulama, dan bahkan cendikiawan muslim dunia.

Setiap pengajian umum yang dilakukan oleh masyarakat, maka berbondong-bondong lah masyarakat yang ingin mendengarkan nasehat dan patuah Da'i muda ini. Perkataanya bagaikan benang putih yang merupakan simbol cahaya Ilahi yang mampu menuntun umat manusia dari jalan kesesatan meuju jalan yang lebih baik.

Rutinitas ini terus dilakukan oleh Kang Gub selama ini, tanpa ada pamrih sedikit pun, namun dia bahagia melihat masyarakat yang mau belajar agama kala itu. Kebanjiran masyarakat yang berdatangan ditempat majlis ilmu seakan-akan menjadi ruh baru dalam jiwanya. Hal yang seperti ini yang membuatnya selalu semangat, tidak ada rasa canggung antara masyarakat dengannya.

Dengan sekian banyak ilmu yang dikuasainya dan segudang pengalaman hidup di negeri orang menjadi bekal untuk berdakwah. Sampai-sampai Kang Gub diberikan gelar baru oleh masyarakat yaitu; Kiyai Muda. Kepercayan masayarakat ini menambah ta'zimnya kepada orang yang mempercayainya dan bersifat tawadhu' terhadap orang yang lebih tua darinya. Lebih-lebih guru yang telah mendidiknya selama nyantri di pondok pesantren.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun