Membangun Komunitas Kelas
Menciptakan lingkungan yang inklusif berarti mengajak siswa ke dalam proses membangun komunitas yang ingin mereka ikuti.
* Pedoman Komunitas:Â Di awal tahun ajaran atau semester, undang siswa untuk bersama-sama membuat serangkaian "Peraturan Komunitas." Pedoman ini dapat membantu mengatur interaksi dengan instruktur, sesama siswa, dan selama diskusi kelompok. Proses kolaboratif ini dapat membuat siswa merasa terlibat dalam lingkungan tersebut dan lebih bertanggung jawab satu sama lain.
* Pertemuan Kelas: Menggelar pertemuan mingguan atau dua mingguan yang singkat seperti pertemuan keluarga memungkinkan siswa untuk mendiskusikan perasaan mereka tentang kelas, kemajuan mereka, dan masalah apa pun yang mungkin mereka miliki. Hal ini juga memberi mereka wadah untuk mendengar dari orang lain, menumbuhkan rasa memiliki bersama dan saling mendukung.
* Membina Sudut Pandang yang Beragam:Â Mendorong dialog terbuka dan menerima berbagai perspektif sangatlah penting. Siswa harus merasa nyaman dalam mengungkapkan sudut pandang mereka tanpa takut dihakimi. Mencontohkan rasa ingin tahu daripada kritik dapat membantu siswa merasa lebih aman untuk berbagi pemikiran mereka.
Hindari Mengkategorikan Siswa
Memberikan label kepada siswa sebagai "berisiko", "generasi pertama", atau "non-tradisional" secara tidak sengaja dapat menciptakan hambatan untuk menjadi bagian dari kelompok. Meskipun kategori-kategori ini sering digunakan dengan maksud baik, kategori-kategori ini dapat mengisolasi individu dan memperkuat gagasan bahwa mereka berbeda dari siswa lainnya. Sebaliknya, fokuslah pada kesamaan yang mengikat siswa, sambil mengakui dan menghargai pengalaman unik mereka tanpa mengucilkannya.
Kesimpulan: Menjadi Bagian dari Kelompok Adalah Proses yang Berkelanjutan
Pada akhirnya, menciptakan rasa memiliki di kelas dan di sekolah adalah proses yang berkelanjutan. Hal ini dibangun melalui tindakan, sikap, dan praktik kolektif para pendidik, administrator, dan siswa. Hal ini memerlukan kesengajaan, empati, dan komitmen berkelanjutan untuk menciptakan ruang inklusif di mana setiap siswa merasa bahwa mereka adalah bagian penting dari komunitas. Rasa memiliki bukanlah sesuatu yang dapat dibuat-buat---rasa memiliki dipupuk melalui hubungan yang tulus, kepedulian, dan penegasan yang konsisten bahwa kehadiran setiap orang itu penting.
***
Solo, Sabtu, 14 September 2024. 9:19 am
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H