Mohon tunggu...
Sukmasih
Sukmasih Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Resmi

Menulis berbagai hal dari sudut pandang kajian ilmu komunikasi. Belajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengenal Relational Brand untuk Mengembangkan Bisnis

5 Juni 2022   16:26 Diperbarui: 6 Juni 2022   08:20 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membangun brand relation | Sumber: Freepik

Pemahaman tentang brand berkembang seiring waktu. Semula orang-orang mengartikan brand sebagai serangkaian simbol yang memudahkan publik mengenali produk. 

Simbol ini dapat berupa logo, warna, font, nama dan lainnya. Kemudian arti brand dipahami semakin luas sebagai sebuah persepsi yang dimiliki publik. 

Brand sebagai sebuah persepsi dianggap sebagai sesuatu yang dapat dikelola, hal ini kemudian menciptakan pemahaman tentang positioning yang memandu kita untuk menempatkan brand sesuai pada keadaan audiens.

Namun, seiring waktu dan semakin tumbuhnya masyarakat demokratis, brand dipahami sebagai pengalaman yang dirasakan audiens saat menggunakan brand. 

Pemahaman ini menjadikan brand sebagai sesuatu yang tidak bisa dikelola karena kehadirannya bergantung pada bagaimana pengalaman dan perasaan audiens saat menggunakan brand kita. 

Satu-satunya hal yang dapat dilakukan pada pemahaman ini adalah memberikan kualitas produk dan pelayanan yang baik.

Dari pengalaman ini, akhirnya pemahaman brand berkembang menjadi sebuah hubungan. Saat ada pelanggan yang memberikan review baik di media sosial, Anda tidak bisa membiarkan mereka begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih. 

Begitu pula jika terdapat review buruk, Anda juga tidak bisa menutup mata atau bisnis Anda mungkin akan hancur seketika. Baik itu review baik ataupun review buruk, brand perlu menanggapinya selayaknya manusia yang sedang berinteraksi.

Kehadiran media sosial membawa perkembangan pesat bagi dunia marketing, dalam waktu sekejap brand dapat menjangkauan banyak orang yang tak terhitung jumlahnya. 

Namun, jika tersebar kabar buruk terkait brand, maka itu juga menjadi ancaman yang dapat menghancurkan brand dalam sekejap. Sederhananya, media sosial layaknya pisau bermata dua.

Makna brand sebagai hubungan berkembang seiring munculnya berbagai kanal media sosial yang hakikatnya berfungsi untuk menghubungkan manusia melalui dunia digital. 

Dari sana kehadiran brand di media sosial membawa makna baru berupa pemahaman tentang pentingnya membangun hubungan harmonis antara brand dengan audiens. 

Ilustrasi membangun brand relation | Sumber: Freepik
Ilustrasi membangun brand relation | Sumber: Freepik

Semenjak adanya media sosial, brand dituntut untuk menciptakan komunikasi transaksional alih-alih komunikasi linear. Komunikasi transaksional yang terjalin akan membentuk hubungan kolaboratif antara brand dengan audiens.

Sejumlah brand di Indonesia telah menyadari pentingnya menjalin hubungan dengan audiens mereka. 

Di industri transportasi, Gojek Indonesia mengubah hubungan antara driver dengan pelanggan menjadi partner dalam perjalanan. 

Para driver cenderung bersikap ramah dan senang menjadi teman berbicara hanya sekedar untuk menghilangkan kebosanan di tengah perjalanan. Melalui layanan Go Send, Gojek membangun brand baru sebagai mitra dalam mengembangkan bisnis kecil.

Di Industri makanan, Bango mengubah hubungan brand dengan konsumen menjadi rekan dalam menghangatkan suasana keluarga melalui masakan ibu. 

Bango juga bermain peran sebagai pendukung untuk kemajuan UMKM melalui Festival Jajanan Bango. Brand ini juga memberi pengalaman jelajah kuliner Indonesia, sehingga ia bermain peran dalam penjaga dan pelestari kuliner Indonesia.

Industri lain yang juga menjadikan brandnya sebagai upaya menjalin hubungan datang dari industry pengolahan tembakau dengan nama brand Djarum. 

Alih-alih menjadi brand rokok yang erat dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan, Djarum memilih menjadi pendorong generasi muda untuk menunjukkan baktinya pada negeri melalui program Corporate Social Responsibility yang bergerak untuk melatih anak-anak bangsa agar menjadi atlet bulu tangkis yang kompeten.

Brand kelas dunia seperti Starbuck bahkan mengubah hubungan antara brand dengan penikmat kopi menjadi penghubung bagi para penikmat kopi kepada komunitas mereka di Starbuck. 

Ya ini ada kaitannya dengan bagaimana status sosial Anda akan berubah saat menikmati secangkir kopi Starbuck. Mereka akan menemukan lingkungan baru sebagai sesama penggemar Starbuck.

Seperti ini juga para pelaku UMKM yang menjalankan bisnis kecil harus mulai memikirkan hubungan seperti apa yang ingin mereka bangun. Kita mulai dari peran sosial apa yang ingin mereka mainkan dan aksi seperti apa yang ingin mereka lakukan.

Ini seperti seorang dokter dengan pasien yang terhubung melalui aksi menolong, driver dengan pelanggan yang terhubung melalui aksi sebagai teman perjalanan, makanan dengan konsumen yang terhubung sebagai teman menghangatkan suasana, dan terus seperti itu sehingga hubungan brand dengan audiens mereka tidak terbatas pada kegiatan marketing dan periklanan atau sibuk dengan logo dan atribut lainnya.

Brand perlu menjadi lebih humanis agar lebih dekat dengan audiens mereka. Mereka perlu dikenal lebih baik alih-alih hanya sekedar seragam atau papan reklame besar berisi logo dan nama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun