Mohon tunggu...
Sukmasih
Sukmasih Mohon Tunggu... Lainnya - Akun Resmi

Menulis berbagai hal dari sudut pandang kajian ilmu komunikasi. Belajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wajib Masker, Perspektif Komunikasi

21 Agustus 2020   22:28 Diperbarui: 26 Agustus 2020   12:05 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam konteks ini, kita dapat memahami ada beberapa hal yang dapat dikendalikan manusia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak dapat mengendalikan keadaan.

Covid-19 menjadi keadaan yang menekan berbagai kalangan, baik masyarakat umum maupun pemerintah.

Keadaan buruk akibat pandemi Covid-19 tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Yang dapat dikendalikan manusia adalah sikap kita saat menghadapi keadaan yang menekan.

Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) seperti memakai masker, menjaga jarak fisik, menghindari keramaian, dll adalah reaksi kita terhadap maraknya penularan Covid-19.

Kita tidak dapat mengendalikan Covid-19 yang sudah terlanjur menyebar tanpa diketahui obatnya. Saya rasa bukan sikap yang bijak jika kita memilih untuk tidak mempercayai keberadaan Covid-19.

Meskipun terdapat beberapa masyarakat yang tidak mempercayai keberadaan Covid-19, hal ini justru menjadi PR tambahan bagi pemerintah. Karena sikap masyarakat yang tidak percaya dengan keberadaan Covid-19 justru akan memperparah kondisi saat ini.

Perspektif Komunikasi

Pada dasarnya, kebijakan pemerintah mengenai protokol kesehatan dan wajib Masker tak dapat lepas dari peran komunikasi. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menekan angka kasus Covid-19 di tengah pemulihan ekonomi, sebenarnya menghasilkan sebuah perubahan sosial secara masif.

Masyarakat yang sebelumnya tidak terbiasa menggunakan masker kini dituntut keras untuk menggunakan masker.

Namun,.manusia tetaplah manusia. Terkadang sisi keras kepala dan egois menjadi tantangan tersendiri dalam menerapkan regulasi ini.

Bidang ilmu komunikasi melalui teori Health Believe Model (Rosenstock) menjelaskan bahwa perubahan perilaku sosial terhadap pandangannya tentang kesehatan merupakan hasil dari keyakinan individu terhadap kerentanan terhadap penyakit, tingkat keparahan penyakit, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perilaku yang dapat mencegah penyakit tersebut, dan manfaat dari melakukan perilaku yang dapat mencegah perilaku tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun