Selama beberapa waktu, aku berdiri bisu memandangi gagang telepon. Tanpa kusadari, Ibu sudah berdiri di belakangku.
“Jangan bersedih,” dia menepuk pundakku. “Ibu punya sesuatu yang akan membuatmu merasa mendingan.”
Dia kemudian menghilang ke dalam kamarnya dan keluar membawa sebentuk kotak yang dibungkus kertas bergambar Hello Kitty. Dia menyerahkannya padaku, lalu aku membukanya secepat yang kubisa.
“Apa ini?” tanyaku. “Sepatu,” sahut Ibu.
Aku melihatnya baik-baik. Tak ada apapun dalam kotak tersebut. Sambil memikirkan Gelgel, aku kemudian mengenakan apa-yang-disebut-sepatu-oleh-Ibuku itu dengan gembira. Ketika aku selesai dan hendak menunjukkan betapa cocok sepatu itu untukku, aku menyadari kalau tubuh Ibu memudar, berangsur-angsur, dimulai dari kaki ke kepala, hingga hilang sepenuhnya.
Aku berkata pada diriku sendiri, jangan khawatir. Dia akan kembali—mungkin tidak dalam waktu dekat.
(Tampaksiring, 28 Februari 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H