Letnan Gunadi terus memimpin pasukan dengan garang. Pletonku menyusup dari arah samping. Kulemparkan granat ke arah tentara Ghurka yang berlindung di lubang pertahanan. Tiga orag ghurka terlempar dan jatuh tak berkutik. Senapan otomatis Owen di tangan letnan Gunadi sempat menembus tubuh tiga orang Ghurka dan membuat yang lain kocar-kacir mengundurkan diri.
Namun tiba-tiba pesawat Cocor Merah meraung di atasku. Aku berguling-guling mencari perlindungan. Sementara cocor merah itu terus memberondong kami dengan tembakan senapan mesin.
Seorang anggota pleton kami roboh terkena pecahan mortir. Letnan Gunadi berusaha menolong. Namun berondongan senapan mesin telah menerjang tubuhnya. Dalam keadaan luka parah letnan Gunadi memerintah sersan Tukimo untuk menggantikan dia untuk memimpin pasukan .Â
Darah dari luka tembakan mengucur deras. Kulepas bajuku, kurobek dengan pisau belatiku. Aku mencoba untuk menyumpal lukanya dengan robekan baju. Tetapi darah terus mengucur.
Dalam pangkuanku letnan Gunadi berkata lirih," Sudiman, aku titip Aminah. Jagalah dia. Jangan sia-siakan Aminah."
 Kemudian dengan senyum terlintas bibirnya bergerak-gerak mengucapkan" Laa ilaha illallah."
Letnan Gunadi Gugur.
2000 lebih tentara dan pejuang yang gugur dalam pertempuran Palagan Ambarawa ini. Namun  pengorbanannya tidak sia-sia.  TKR bersama masyarakat dan pemuda pejuang menang atas Sekutu dan NICA. Indonesia menang atas penjajah! Dan ini semakin menguatkan semangat juang selanjutnya.
Yogyakarta, Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H