"Terima kasih, dhik," kataku.
Separuh kepalaku terbalut perban. Sedang di dadaku ada balutan menyilang dari bahu. Untung peluru itu hanya myerempet saja sehingga tak menembus jantung.
"Boleh aku tahu namamu dhik?" tanyaku sambil mengulurkan tanganku.
"Aminah,"katanya menyambut tanganku.
"Sudiman," jawabku.
Pukul 10.30 akhirnya tentara Jepang mengibarkan bendera putih. Kemenangan itu disambut gegap gempita dengan pekikan MERDEKA dan ALLAHU AKBAR. Kemudian kuketahui 380 tentara Jepang ditawan sedang 27 yang lainnya tewas.
Namun kemenangan pertempuran Kotabaru itu harus ditebus dengan gugurnya 21 pahlawan kusuma bangsa dan puluhan tentara dan pejuang luka-luka.
Hari itu kami mengibarkan bendera setengah tiang untuk tanda berkabung. Dan sore hari dilaksanakan upacara pemakaman para pahlawan kusuma bangsa yang gugur di makam  pahlawan di Semaki, di belakang masjid Kauman. Khusus untuk Faridan M Noto dimakamkan di  Glagah Kulon Progo. (di kemudian hari para syuhada yang gugur tersebut namanya diabadikan menjadi nama jalan di kawasan Kotabaru,)
.................................
Di suatu sore berselang beberapa hari dari pertempuran Kotabaru itu kami duduk santai di depan markas TKR.
"Suit sssuuuiiiit," dari mulut beberapa TKR meluncur suitan untuk menggoda rombongan gadis-gadis PMI yang berseragam putih dengan tanda palang merah di lengan.