JAMAN dahulu, di jagad pewayangan ternyata, orang sudah mengenal "gadget". Entah, sejak kapan persisnya gadget pertama kali dikenalkan kepada publik. Benda yang bernama gadget ini juga sama persis dengan gadget yang ada di jaman now.
Ketika dibuka, di dalamnya dapat digunakan untuk melihat dunia maya, tak ubahnya gadget yang sekarang sudah merajalela. Di dalamnya juga terdapat fitur-fitur yang dapat untuk melihat segala peristiwa yang terjadi. Baik di angkasa, bumi maupun langit ketujuh.
Hanya tidak semua orang dapat memiliki gadget pada jaman pewayangan pertama kali. Jumlahnya hanya satu. Sayang, produk pertama merupakan produk gagal, karena hanya untuk yang pertama dan terakhir. Ini setelah dampaknya dapat membuat manusia di muka bumi bercerai berai, saling terjadi permusuhan, bahkan di antara keluarga dekat sekalipun.Â
Emisi pertama diproduksi oleh perusahaan kadewatan di bawah legitimasi Batara Surya, dengan merk produksi gadget "Manik Astagina". Sedangkan orang pertama yang memiliki dan menggunakan Gadget Manik Astagina adalah Dewi Anjani, anak sulung pasangan dari Resi Gotama di Grastina dengan bidadari Dewi Indradi, trah dari Batara Asmara.
Dewi Anjani berparas cantik dan menarik hati, tetapi karena kesalahannya, ia berubah menjadi kera dan menurunkan keturunan bangsa kera pula.
Gadget Manik Astagina itu adalah pemberian ibunya. Pada saat melangsungkan pernikahan dengan Resi Gotama, Dewi Indradi mendapat kado dari pacar lamanya, Batara Surya.
Kemudian, oleh ibunya, kado berupa gadget diberikan kepada anak perempuannya, yaitu Dewi Anjani semasa sudah dewasa. Dewi Anjani sendiri juga mempunyai adik dua orang, yaitu, Subali dan Sugriwa.
Pada suatu hari, ketika Dewi Anjani sedang asyik bermain game dan menjelajahi konten-konten dunia maya, tiba-tiba kedua adiknya datang mendekatinya.
Saking asyiknya bermain gadget, Dewi Anjani mengabaikan kedua saudaranya dengan menghardiknya untuk menjauh. Tampaknya kedua adiknya (Subali dan Sugriwa) kepo melihat keasyikan kakaknya bermain gadget. Sehingga mereka tidak mau beranjak dari dekat kakaknya. Mereka ingin meminjam untuk bermain game dan juga menjelajahi konten-konten dunia maya seperti yang dilakukan oleh kakaknya.
Namun tetap saja, kesempatan melihat pun tidak diijinkan oleh Dewi Anjani.
Subali dan Sugriwa akhirnya mengadu kepada ayahnya agar diijinkan untuk meminjam gadget milik kakaknya. Kemudian Dewi Anjani dipanggil dan ditanya, dari mana mendapatkan gadget seperti itu.
Dwi Anjani menjawab, bahwa gadget adalah pemberian dari ibunya. Giliran Dewi Indradi ditanya oleh suaminya, dari mana mendapat gadget yang diberikan kepada Dewi Anjani.
Namun Dewi Indradi tidak mau mengatakan yang sebenarnya dari mana gadget berasal. Bahkan suaminya berusaha memaksanya, namun Dewi Indradi tetap bungkam.
Tentu saja menyulut kemarahan Resi Gotama, sehingga istrinya disabda menjadi "tugu" dan dilempar hingga jatuh di tapal batas negara Alengka.
Sementara, gadget di tangan Dewi Anjani menjadi rebutan antara tiga bersaudara tersebut.
Mengetahui gadget menjadi rebutan ketiga anaknya, Resi Gotama merampas, kemudian membuangnya. Casing-nya jatuh di telaga Sumala, sedang mesinnya tenggelam di telaga Nirmala.
Ketiga bersaudara tersebut berusaha mengejarnya, diikuti oleh masing-masing pengasuhnya yaitu, Kapi Jambawan (pengasuh Subali), Kapi Menda (pengasuh Sugriwa), dan Endang Suwarsih (Pengasi Dewi Anjani).
Subali, Sugriwa dan kedua pengasuhnya tiba di telaga Sumala. Mereka langsung terjun ke dalam telaga. Seketika, empat orang tersebut berganti rupa menjadi wanara atau kera.
Sementara Dewi Anjani dan pengasuhnya yang datang kemudian hanya menunggu di tepi telaga. Kebetulan udara terasa panas, sinar matahari di atas kepala, mereka berdua mencuci muka, kaki dan tangannya. Tanpa disadari, bagian tubuhnya yang terkena air telaga Sumula, seketika berubah menjadi kera.
Ketika mereka menyelam sampai di dasar telaga untuk mencari mesin gadget, baik Subali, Sugriwa maupun kedua pengasuhnya saling beradu pandang, tapi tidak saling menyapa. Sehingga terjadilah saling tuduh di antara mereka di dasar telaga, serta berakhir dengan perkelahian sengit.
Subali dan Sugriwa, yang telah berubah wajud menjadi kera, akhirnya tersadar dan keluar dari telaga. Lantas, mereka menghadap ayahnya, memohon agar dapat dipulihkan kembali kepada wujudnya yang semula.
Tetapi sabda telah berubah menjadi kenyataan. Ketiga anak dan pengasuhnya telah berubah menjadi kera. Untuk menebus kesalahannya, ayahnya memerintahkan anak-anaknya untuk bertapa, memohon kepada dewa agar dapat pulih kembali, seperti sedia kala.
Dewi Anjani bertapa nyantoka, yaitu hidup sebagai cantoka atau katak). Subali bertapa ngalong, yaitu hidup sebagai kelelawar besar, dan Sugriwa bertapa ngidang,yaitu hidup sebagai kijang dan tinggal di hutan Sunyapringga. Semuanya disertai oleh pengasuhnya masing-masing.
Suatu hari, Dewi Anjani yang bertapa nyantoka di telaga Madirda kedatangan Hyang Pawana atau Batara Bayu. Kemudian antara Dewi Anjani dengan Batara Bayu terjadilah hubungan asmara, sehingga Dewi Anjani berputra Maruti berwujud Wanara yang berbulu putih. Dewi Anjani akhirnya mendapat pengampunan dewa, kembali berparas cantik dan disemayamkan di istana para bidadari.
Cerita di atas hanyalah sebuah seloka bahwa keberadaan gadget dapat mengakibatkan malapetaka bagi penggunanya dan orang lain apabila tidak dimanfaatkan secara bijak. Lantas bagaimana dengan pemanfaatan gadget di jaman sekarang?(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI