Dwi Anjani menjawab, bahwa gadget adalah pemberian dari ibunya. Giliran Dewi Indradi ditanya oleh suaminya, dari mana mendapat gadget yang diberikan kepada Dewi Anjani.
Namun Dewi Indradi tidak mau mengatakan yang sebenarnya dari mana gadget berasal. Bahkan suaminya berusaha memaksanya, namun Dewi Indradi tetap bungkam.
Tentu saja menyulut kemarahan Resi Gotama, sehingga istrinya disabda menjadi "tugu" dan dilempar hingga jatuh di tapal batas negara Alengka.
Sementara, gadget di tangan Dewi Anjani menjadi rebutan antara tiga bersaudara tersebut.
Mengetahui gadget menjadi rebutan ketiga anaknya, Resi Gotama merampas, kemudian membuangnya. Casing-nya jatuh di telaga Sumala, sedang mesinnya tenggelam di telaga Nirmala.
Ketiga bersaudara tersebut berusaha mengejarnya, diikuti oleh masing-masing pengasuhnya yaitu, Kapi Jambawan (pengasuh Subali), Kapi Menda (pengasuh Sugriwa), dan Endang Suwarsih (Pengasi Dewi Anjani).
Subali, Sugriwa dan kedua pengasuhnya tiba di telaga Sumala. Mereka langsung terjun ke dalam telaga. Seketika, empat orang tersebut berganti rupa menjadi wanara atau kera.
Sementara Dewi Anjani dan pengasuhnya yang datang kemudian hanya menunggu di tepi telaga. Kebetulan udara terasa panas, sinar matahari di atas kepala, mereka berdua mencuci muka, kaki dan tangannya. Tanpa disadari, bagian tubuhnya yang terkena air telaga Sumula, seketika berubah menjadi kera.
Ketika mereka menyelam sampai di dasar telaga untuk mencari mesin gadget, baik Subali, Sugriwa maupun kedua pengasuhnya saling beradu pandang, tapi tidak saling menyapa. Sehingga terjadilah saling tuduh di antara mereka di dasar telaga, serta berakhir dengan perkelahian sengit.
Subali dan Sugriwa, yang telah berubah wajud menjadi kera, akhirnya tersadar dan keluar dari telaga. Lantas, mereka menghadap ayahnya, memohon agar dapat dipulihkan kembali kepada wujudnya yang semula.
Tetapi sabda telah berubah menjadi kenyataan. Ketiga anak dan pengasuhnya telah berubah menjadi kera. Untuk menebus kesalahannya, ayahnya memerintahkan anak-anaknya untuk bertapa, memohon kepada dewa agar dapat pulih kembali, seperti sedia kala.