Di tanggal yang sama dan tempat terpisah saya donor darah di Kantor Unit Donor Darah PMI Kota Semarang -- Jl. Soegijopranoto No. 31 Semarang. Mari kita menjadi pendidik senantiasa mengubah paradigma pendidikan dari menuntut siswa menjadi menuntun siswa dengan memposisikan diri kita sebagai fasilitator dengan memberikan contoh tindakan nyata yang lebih bermakna bagi siswa ketimbang hanya sekedar teoritis.
Bagaimana pendapat pendonor yang baru perrtama kali mendonorkan darahnya?
"Pada kesempatan kali ini usia saya 17 tahun 3 bulan dan berat badan saya 45 kg sehingga saya bisa ikut donor darah saat ini. Dan ini merupakan donor darah saya yang pertama kali.
Pengalaman pertama saya waktu donor darah itu terasa seru dan menyenangkan banget, terus bisa bermanfaat bagi orang lain. Dan kalo ada event donor darah lagi saya bakal ikut donor darah lagi." tutur Dias Kusumawardani kelas XII DG3.
"Semoga temen-temen yang memang belum mau mendonorkan darah kalo misalkan alasannya sakit itu nggak sakit sama sekali, Justru kita menemukan kebahagiaan karena bisa menolong orang lain yang membutuhkan darah kita demi menyelamatkan jiwanya." imbuh Dias.
Perilaku baik lainnya yang sering dilakukan Dias adalah bakti sosial di Panti Asuhan. Saat pulang sekolah jika ada temennya yang tidak membawa motor dari pada temannya jalan kaki atau naik angkot ataupun dijemput orang tuanya dan kebetulan rumahnya searah dengan perjalanan menuju rumahnya maka Dias mengajak bareng naik motornya.
Dari ungkapan Dias tersebut, kita selaku pendidik yang harus kita lakukan adalah memberikan ruang dan waktu pada siswa kita dengan cara melibatkan siswa untuk merancang kegiatan yang sesuai dengan yang mereka butuhkan dan sesuai dengan versi terbaiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H