Mohon tunggu...
Usep Suhud
Usep Suhud Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Formula 5-A dalam Mengelola Destinasi Pariwisata: Belajar dari Swiss

16 September 2017   05:54 Diperbarui: 22 September 2017   01:38 19299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anda berkunjung ke Yogyakarta, misalnya, tidak sekedar ingin jalan-jalan di sepanjang Malioboro yang mungkin sudah pernah Anda kunjungi beberapa kali. Mungkin Anda ingin melakukan hal lain di luar itu, misalnya ikut mendesain dan membuat perhiasan perak sendiri di Kota Gede, ikut membuat lukisan di Museum Affandi, ikut mencanting, bukan menaiki becak tapi justeru mengayuh becak, bukan sekedar makan gudek tapi ikut masak bagaimana membuat gudek yang enak, bukan sekedar berkunjung ke halaman keraton tapi justeru kerja voluntir mengecat dan membersihkan lingkungan kerator, bukan menonton arak-arakan seni tapi justeru menjadi peserta arak-arakan... 

Sejuta aktivitas. Semakin banyak pilihan aktivitas yang dapat dilakukan oleh seorang turis, akan semakin bergairah dia, akan semakin lama tinggal, akan semakin banyak uang yang dibelanjakan, akan semakin puas juga. 

Di ibukota Swiss, Bern, ada sungai Aare yang jernih dengan arusnya yang deras. Para pengunjung, berjalan ke hulu, lalu nyemplung berenang sambil mengapung hingga ke hilir. Orang tua, orang muda, laki-laki, perempuan, semua menikmati aktivitas yang mungkin hanya asyik dilakukan pada musim panas saja ini. Bagi mereka yang ingin berenang dengan jarak yang lebih jauh, mereka akan membawa tas antiair dan memasukkan pakaian kering mereka ke dalam tas, lalu saat berenang, tas tadi mereka fungsikan sebagai pelampung. Mengingatkan masa kecil saya mengalun menggunakan ban (dalam) mobil di sungai dekat rumah di Bogor. 

Di beberapa kota, seperti Zurich, Genewa, Bern, dan kota-kota kecil lain, ada perpustakaan kota yang bisa dikunjungi. Turis, jika lelah berjalan-jalan, bisa beristirahat sambil beraktivitas membaca buku. Bahkan ada lemari-lemari besi yang berisi buku-buku yang dapat diambil bukunya, sambil Anda boleh menyumbang buku yang Anda miliki yang sudah Anda baca. Selain itu, di lereng-lereng bukit, turis tidak sekedar bisa menikmati udara yang sehat dan pemandangan yang memanjakan mata, namun juga bisa piknik gelar tikar, berolahraga jalan dan lari, hingga paragliding.   

Saya percaya, di setiap destinasi pariwisata yang ada di Indonesia sudah tersedia segudang aktivitas yang dapat dipilih oleh turis. Namun, tidak ada salahnya untuk terus kreatif dan inovatif untuk terus menciptakan aktivitas yang menyenangkan bagi turis dengan memperhatikan variasi segmen turis, agar setiap kelompok usia dapat terlayani. Dengan membuat banyak aktivitas bagi turis, diharapkan, turis tidak saja puas, tapi juga memiliki niat untuk berkunjung lagi ke destinasi tersebut. 

(3) Accessibility

Mengunjungi kota-kota di Swiss, rasanya sudah seperti templatebaku, ada bukit/gunung, sungai, danau, dan kota dengan bangunan-bangunan antik. Hampir setiap kota dikelilingi bukit dan pegunungan. Hampir di setiap kota itu pun memiliki destinasi yang menarik untuk dikunjungi. Dan, semua destinasi tersebut begitu mudah untuk diakses: mereka yang membawa kendaraan bermotor pribadi, mereka yang ingin menggunakan alat transportasi umum, dan mereka yang ingin bersepeda. Bahkan untuk ke mengunjungi gunung-gunung dengan ketinggian tertentu, akses dibuka lebar dengan disediakannya kereta gantung.

 Semua kelompok turis dengan berbagai macam latar belakang dipermudah. Termasuk, informasi detail mengenai jenis-jenis alat angkut yang dapat dimanfaat oleh turis untuk menuju, selama, dan kembali dari setiap destinasi pariwisata. Sehingga jika turis malas bertanya atau tidak ada orang yang ingin ditanyai, informasi yang tersedia sangat membantu. Meskipun, informasi tersebut kebanyakan dalam bahasa Jerman (untuk Swiss bagian barat dan utara), Prancis (untuk Swiss bagian barat), dan Itali (untuk Swiss bagian selatan). 

Mudah-mudahan di Indonesia, akses menuju destinasi pariwisata dibuat sedemikian mudah, murah, dan jelas, agar tidak ada alasan bagi calon turis untuk tidak mengunjungi destinasi tersebut.

(4) Amenity

Bayangkan, ketika Anda mengunjungi sebuah destinasi pariwisata, Anda lapar. Apa yang Anda cari? Ketika uang tunai Anda habis, apa yang Anda cari? Ketika tiba-tiba Anda atau rekan seperjalanan Anda sakit, apa yang Anda cari? Ketika Anda (jika perempuan) tiba-tiba datang bulan dan Anda tidak siap dengan pembalut, apa yang Anda cari? Nah, restoran, ATM, klinik, toko suvenir, minimarket, pasar, tempat karaoke, hingga gym, dapat dimasukkan ke dalam kategori amenity. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun